Sebenarnya kita sudah diperkenalkan dengan istilah senioritas dimulai saat menjadi siswa baru entah itu ditingkat SD, SMP atau SMA. Berhubung pengalaman saat SD dan SMP tak terlalu mencolok jika menyoal permasalahan senioritas, jadi aku akan sedikit menceritakan pemandangan sederhana dan pasaran sebagaimana yang banyak ditayangkan di sinetron-sinetron anak SMA saja.
Kejadian ini bukan pertama kalinya aku saksikan, namun memang kejadian ini yang paling mirip dengan sinetron yang pernah aku tonton di TV, apalagi saat itu sudah SMA. Entah kejadian ini terjadi pada bulan keberapa setelah aku resmi menjadi pelajar SMA, tapi yang jelas aku sudah bisa akrab dan bermain ke kelas kelas siswa lain untuk sekedar mengobrol atau mencari contekan.
Nah jadi begini ceritanya, saat itu ada seorang siswi yang jalan dengan gagah naik ke lantai atas menghampiri salah seorang siswi (kebetulan saat itu aku di sampingnya tapi dia jalan dengan cepat), ya sudah bisa ditebak dia adalah kakak kelas yang terlihat marah dengan si junior.
Karena penasaran dengan suasana depan kelas yang tiba-tiba ramai, aku langsung menghampiri untuk melihat. Si kakak kelas ini terus mengucapkan kata-kata kasar di hadapan juniornya, kemudian disusul dengan beberapa kawannya yang bermaksud menenangkan si kakak ini.
Kata-katanya memang cukup kasar untuk ukuran seorang pelajar wanita, akupun penasaran dan menanyakan kepada siswa lain yang menonton. Wah ternyata eh ternyata permasalahannya hanya karena si kakak ini tak sengaja kesiram air mineral dari lantai atas oleh salah seorang adik kelasnya. Si kakak ini terus marah-marah dan mengucapkan kata - kata yang seolah-olah merasa direndahkan oleh seorang adik kelas, waduh.
Mungkin dari kejadian tersebut masih bisa dimaklumi karena ada sebab ada akibat, ya si kakak itu tak sengaja tersiram air yang akhirnya dia jadi marah karena basah (walau tak terlalu basah sih). Namun bagaimana jika kejadiannya tanpa ada konteks sama sekali? Lah, maksudnya gimana sih?
Hmmm... jadi gini maksudnya, ketika di sekolah aku termasuk siswi yang masabodo dan sedikit tengil kelakuannya tapi walau begitu aku sama sekali tak ada maksud untuk mencari masalah dengan siapapun di sekolah. Akan tetapi hal tersebut ditanggapi dengan rasa tidak senang oleh salah seorang senior di sekolah, dan tepatnya ketika di sekolah tengah mengadakan suatu acara di mana aku sebagai peserta dan si kakak ini sebagai panitia.
Si senior atau kakak kelas ini memberikan arahan kepada para junior (termasuk aku) untuk bersikap hormat dan tidak nyolot kepada panitia, karena aku penasaran nyolot yang dimaksud itu seperti apa eh si senior ini malah jawab begini kurang lebih "Ya nyolot kayak lo, banyak tingkah".
Waduh, ya memang selama di sekolah juga aku sudah mencium aroma ketidaksukaan si senior ini terhadapku, mulai dari cara dia melihatku atau sindirannya yang secara tak langsung mengarah kepadaku, tapi karena aku orangnya masabodo jadi gak mau diambil pusing.
Beda cerita dengan temanku yang menjadi sasaran empuk juga oleh salah satu senior, karena takut mendapatkan sindiran atah ocehan nyinyir jadi apabila berpapasan atau melihat si senior tersebut maka temanku akan berputar balik dan enggan melewatinya, bahkan di jam istirahat hendak jajanpun dia lebih memilih untuk menunggu si senior ini tak ada di hadapannya.
Dari kejadian tersebut sepertinya telah menjadi bukti nyata bahwa beberapa orang yang menjadi seorang senior akan memiliki pemikiran bahwa "Senior harus ditakuti oleh junior".
Mau alasannya suka tidak suka terhadap tingkah si junior, si senior berhak untuk menindas junior sekalipun tingkah para junior sama sekali tak merugikan si senior ini atau bahkan orang lain di sekitar. Dan ketika aku menjadi seorang senior pun beberapa temanku ada juga yang bertingkah seolah dia harus ditakuti oleh juniornya, wkwkk lucu juga sih lihatnya.
Kejadian antara senior dan junior yang aku lihat memang tak pernah terjadi kekerasan fisik sama sekali, mereka hanya sekedar menyindir melalui kata-kata ala anak sekolahan, tapi bagiku hal tersebut tetap saja berbahaya. Lah kok berbahaya ? Ya jelas berbahaya dong, kurang lebih seperti ini alasannya :
Jadi masih percaya dengan lagu lama kaset kusut kalau mereka para senior yang kelakuannya seenak jidat adalah korban dari perlakuan senior mereka yang sebelumnya juga?
Ya aku sih setengah-setengah percaya deh hehee. Toh selama yang ada dipikiran para senior adalah "Senior harus ditakuti oleh junior" itu bagiku merupakan alasan yang lebih memungkinkan bagi mereka untuk berprilaku seenak jidat kepada para juniornya.
Seperti biasa dalam tulisan ini tak ada maksud sama sekali untuk memojokan seseorang. Oh ya, untuk kalian para senior dalam organisasi apapun, mejadi senior yang ditakuti itu belum tentu dihormati lho oleh junior.
Salam…
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews