Tentu tak elok bila kita menggeneralisir bahwa semua orang berilmu dan terpelajar berprilaku tidak baik. Akan tetaoi begitu rendahnya, sekedar merujuk pada fakta, bahwa ketinggian ilmu, baik ilmu duniawi maupun ilmu akhirat, tak ada artinya bila tidak disertai dengan keluhuran budi. Karena bila telanjur terjebak dalam kondisi ini, maka kepintaran yang sesungguhnya merupakan hal yang patut disyukuri, ternyata telah bermetamorfosa menjadi kecerdikan searah.
Mengajarkan tentang kebaikan tentang budi luhur dan mengingatkan orang tentang akhirat tapi mendadak lupa ingatan dan melakukan justru hal hal yang bertentangan, yakni tentang harkat manusia yang berbudi luhur.
[irp posts="6635" name="Konsistensi Tak Hanya Milik Orangtua, Anak Muda Juga"]
Sungguh sangat sulit dipercayai, tapi ternyata hal tersebut adalah fakta aktual yang telah terjadi dan masih terus berlangsung. Tanpa harus menyebutkan nama-nama, sudah menjadi rahasia umum bahwa yang tertangkap basah adalah orang orang yang menyandang gelar berlapis-lapis. Tipe manusia seperti ini telah melakukan transformasi dari kepintaran menjadi "kecerdikan", yakni berpura pura jadi orang baik, sehingga ditokohkan oleh masyarakat. Menunggu saat yang tepat untuk menjalankan rencananya.
Ada begitu banyak contoh contoh hidup, betapa tingginya kemampuan intelektual dan tingginya ilmu akhirat yang dikuasai ternyata tidak mampu membuat orang menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang menodai marwah dan martabat manusia. Sehingga yang kaya semakin memperkaya dirinya dengan menghalalkan segala cara, sedangkan yang hidupnya Senen-Kemis, masih berkutat kerja keras hanya untuk dapat bertahan hidup.
Dunia tidak adil?
Menengok semuanya ini, paling kita hanya dapat menarik nafas panjang dan berkata: "dunia sungguh tidak adil". Padahal dunia tidak bersalah apa-apa, justru penghuninya yang telah menodai dunia ini dengan melakukan tindakan yang sangat tidak bermoral dan memalukan serta menista harkat umat manusia itu sendiri.
Tentu tidak pas bila kita langsung mengambil kesimpulan: "Kalau begitu lebih baik manusia tanpa ilmu, tapi kaya akan budi daripada kaya ilmu dunia akhirat tapi miskin budi?"
Didik anak sejak dini
Apapun harapan kita untuk terjadinya sebuah perubahan dalam masyarakat selalu harus dimulai dari diri kita dan keluarga kita. Alangkah eloknya bila sedini mungkin kita didik anak anak kita, untuk menuntut ilmu, menjadi manusia yang cerdas dan sekaligus dituntun agar jangan sampai anak anak kita terjerumus menjadi orang yang miskin budi.
Cara yang paling efektif adalah menyediakan waktu kita sebanyak mungkin untuk anak anak. Karena saat mereka masih kecil ini adalah kesempatan emas bagi orang tua untuk mendidik mereka memahami dan menghargai harkat dirinya.
Kelak ketika mereka sudah beranjak dewasa sudah terlambat untuk membentuk kepribadian mereka. Ibarat ranting pada pohoh masih bisa dibengkokan ke arah mana kita kehendaki, tapi bilamana sudah menjadi dahan bila dipaksa membengkokannya pun maka dahannya akan patah atau sebaliknya tangan kita yang akan patah.
Waktu yang berlalu tak mungkin diraih kembali
"Lost time, will never found again", kata pribahasa bahasa Inggris yang berarti waktu yang sudah berlalu tidak mungkin dapat diraih kembali. Karena itu, jangan terlena dan terbuai oleh kesibukan meraup rejeki hingga hampir tidak ada waktu lagi untuk anak anak.
Semakin jarang komunikasi antarsesama anggota keluarga, secara tanpa sadar kita sudah menyimpan bom waktu yang setiap saat bisa meledak. Karena anak anak yang merasa ditinggalkan tanpa perhatian dan kasih sayang orang tua dalam hati mereka telah tertanam gambaran yang negatif terhadap orang tua mereka. Karena itu tidak mengherankan bila ada anak yang sudah dewasa melawan kepada orang tuanya karena merasa selama ini mereka diabaikan.
Kalau terlambat sehingga ketinggalan kereta api masih ada kereta api lainnya yang akan lewat. Namun kalau terlambat mendidik anak anak, maka ketika mereka sudah dewasa, kesempatan itu tidak ada lagi. Terlambat merawat sawah akan rusak padi semusim. Tapi terlambat mendidik anak akan rusak seumur hidupnya. Dan itu adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews