Beras dan Garam Politik, Siasat Menikam Pemerintah dari Dalam

Senin, 29 Januari 2018 | 19:57 WIB
0
656
Beras dan Garam Politik, Siasat Menikam Pemerintah dari Dalam

Sebanyak 500.000 ton beras dan 3,7 juta ton garam industri bakal di impor oleh Indonesia di tengah giatnya pemerintahan Jokowi melakukan upaya pembenahan ketahanan pangan yang banget serius. Pembangunan waduk, baik yang baru sekaligus yang mangkrak diselesaikan tanpa basa basi.

Ada yang janggal atas rencana impor itu karena di tengah isu di mana kecukupan beras sudah disampaikan sebelumnya oleh menteri pertanian, kenapa tiba-tiba ada instruksi wakil presiden untuk impor dan katanya yang impor bukan Bulog melainkan swasta yang ditunjuk.

Dalam waktu bersamaan garam juga menjadi perdebatan karena rekom menteri Susi hanya 2,3 juta ton untuk diimpor tiba-tiba melonjak menjadi 3,7 juta ton. Saya bukan suuzhon tapi kalau percaya atau tidak, kadar kepercayaan saya 99.9% masih kepada Bu Susi menteri fenomenal yang integritasnya tinggi kepada negeri dan Jokowi. Dia bukan Enggartiasto Lukito sang menteri perdagangan sekaligus juga pedagang.

 

Terus kenapa ini terjadi? Kenapa instruksinya dari Wapres, kenapa tidak dibahas di rapat kabinet, kenapa Presiden di by pass, apakah Pak JK akan mengulang suksesnya saat mendampingi SBY pada awal pemerintahannya di mana "kelincahannya" membuat SBY jadi ban serep dan JK menjadi pengendali pada beberapa sektor?

Wallahu a'lam bissawaf.

Pak JK yang sukses membuat becak masuk Jakarta lagi setelah 46 tahun hilang dari jalan-jalan di Jakarta, sukses membuat motor masuk Jalan. Thamrin, sukses membuat Tanah Abang menjadi dagelan rumit sepanjang Tanah Abang ada. Kenapa Pak JK, ya karena Pak JK yang mengusung Anies, Pak JK yang membiarkan masjid dijadikan mesin penyerang lawan politik, menjadikan rumah ibadah jadi kegiatan "haram jadah".

Beras dan garam ini bukan cuma soal kenyang dan asin, tapi di balik itu tetap ada agenda pelemahan pemerintah yang ada seolah tidak prorakyat, seolah membodohi rakyat, di mana beras katanya banyak kenapa masih impor, kenapa garam impor padahal garam rakyat bisa diberdayakan, kenapa, kenapa, kenapa... ya karena pendamping ini selalu tak setia kepada pasangannya, menjadi pendamping, dia sekaligus jadi pesaing.

[irp posts="2637" name="Asam dan Garam Pisah Ranjang"]

Ah seandainya dia kenyang berpolitik dan banyak makan asam garamnya harusnya tidak begitu adanya...  apakah karena dia menyimpan gen Arung Palaka.

Kasian kita sebagai rakyat, mata kita dimarjinalkan seolah tak mampu melihat, padahal isi batok kepala kita masih ada dan belum berulat.

Oh andai saja komitmen menjadi buah moral, maka ia tak akan jadi hanya komat kamit, dan kita yang melihat mengatakan amit-amit. Sebuah politik keserakahan dipertontonkan, dan dagelan itu makin menunjukkan bahwa mereka bukan negarawan, mereka hanya kelas picisan yang kelakuannya murahan untuk ambisi kekuasaan.

Hai anak muda, garamilah politik agar bisa mengkristal dengan baik, serta kenyangkan pikiran dengan bobot moral agar kalian kelak tak lagi bertemu kelas manusia kadal.

***

Editor: Pepih Nugraha