Atmosfir Pilkada selalu membuka isi kepala yang berminat dengan syahwat berkuasa. Pilkada 2018 diikuti 7 jendral bahkan ada yang masih aktif, malah ada yang ngotot harus pensiun tanpa bisa ditawar, dialah Pangkostrad Edy Rahmayadi yang begitu bernafsu jadi gubernur Sumut.
Coba tebak apa yang ada dibenak kepala barisan orang-orang yang merasa mampu mengurus negara ini, tanya apa prestasinya dan kenapa harus jadi kepala daerah kalau mau mengabdi. Dari sini sudah kebaca bahwa jabatan dan kekuasaan luar biasa menggoda, karena di sana dia menjadi penguasa dan ujung-ujung duitlah yang akan disapa.
Polemik mahar dari suara La Nyala walau akhirnya dia menganulir lidahnya sendiri apa karena takut dihabisi atau sudah dapat ganti, dapat amunisi, cuma dia yang tau. Tapi rahasia umum tentang uang itu bak kentut di ruang terbuka, terasa baunya kemana-mana tapi tak kelihatan rupanya, dan kita sudah lama menganggap itu biasa.
[irp posts="6530" name="Pangkostrad Edy, Tirulah AHY Yang Memberi Contoh Politik Beretika!"]
Pertanyaannya kalau muara segala biaya harus ada gantinya, maka uang negara pasti sasarannya, kalaupun tidak, fee proyek dan perizinan akan menjadi lahan garapan, imbasnya proyek rendah kualitas, usaha berbiaya tinggi dan bisa dimonopoli.
Sekali lagi tanyakan kepada jendral-jenderal yang ngotot jadi pejabat itu, apa ada konsepnya, mungkin saja visi misipun mereka tak punya, setelah dilantik nanti malah salah gaya.
2018 adalah tahun kita menghela nafas panjang, akrobat politik tetapi menampilkan tarian lama, berkuasa, tertawa-tawa, bergaya, ujung-ujungnya tidak ada hasil karyanya yang bisa dinikmati rakyatnya. Boro-boro ada perubahan, yang baik dibuat berantakan asal bisa ada kerjaan dan bisa sama-sama dimakan.
[caption id="attachment_8839" align="alignleft" width="299"] Jenderal di Pilkada 2018 (Foto: Detik.com)[/caption]
Warna Indonesia menuju hitam putih, nyaris tidak ada warna pelangi keberagaman. Hitam putih adalah warna kontras dan dianalogikan kondisi sosial kita yang sengaja dibentuk kesana oleh manusia-manusia murah dengan otak penjarah.
Setiap jam kita disusupi ujaran kebencian, fitnah, caci maki, menghantam kebenaran yang sedang ditegakkan. Kita memasuki kondisi di mana yang masih berpikiran benar harus melawan badai kemungkaran, tidak ada pilihan karena kebenaran harus ditegakkan. Kita harus terus membiasakan yang benar jangan membenarkan yang biasa.
Jendral, memimpin itu tidak sama dengan berkuasa. Pemimpin itu harus bijaksana, bukan memijak pihak sana yang tak sama dengan Anda. Semoga kelak Anda tidak salah gaya atau memaksa bergaya.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews