Doktor Ke-1.019 Yang Dihasilkan UGM Itu Kini Jadi Menteri

Rabu, 17 Januari 2018 | 13:31 WIB
0
634
Doktor Ke-1.019 Yang Dihasilkan UGM Itu Kini Jadi Menteri

Gelarnya Doktorandus, Doktor, plus Master of Science. Pemiliknya Idrus Marham. Tadi pagi, politikus Partai Golkar ini diangkat Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Sosial menggantikan Khofifah Indar Parawansa. Kini, Idrus tak lagi menyandang "Sekjen Abadi", sebuah ledekan di kalangan politisi Partai Golkar karena sudah menjadi menteri.

Bagi Idrus, diangkatnya sebagai menteri adalah buah kerja keras dan konsistensinya di ranah politik. Ia konsisten berada di satu partai bernama Golkar. Setidak-tidaknya, ia bukanlah golongan politikus yang biasa disebut "kutu loncat". Bahwa ia menjadi "orang" Aburizal Bakrie-lah atau "orang" Setya Novanto-lah, itu biasa dalam politik. Seni memilih perkoncoan juga bagian dari politik.

Bahwa pria kelahiran Pinrang, Sulawei Selatan 55 tahun lalu itu dianggap kontroversi dan "licin" oleh lawan-lawan politik meski itu tubuh Golkar sendiri, itu biasa. Bukankah politisi di partai ini dikenal licin-licin?

Contoh beberapa waktu lalu ketika pentolan Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) Sirajuddin A Wahab mencap Idrus Marham selaku Sekjen sangat berambisi untuk menjadi menteri dalam pemerintahan kabinet Jokowi, sebuah tudingan yang kemudian terbukti. Ambisi dalam politik itu perlu, ambisius yang perlu direm. Sirajuddin melempar wacana panas itu terkait pemecatan Ahmad Doli Kurnia dari keanggotaan Partai Golkar.

Dalam keterangan tertulis yang kala itu disebar ke berbagai media September 2017, Sirajuddin selain mengatakan Idrus tidak punya adab politik, ia juga menilai sikap Idrus dalam tiga tahun terakhir ini sudah sangat berubah dan berlawanan.

Seperti ramai diberitakan, Idrus menyampaikan berita pemecatan terhdap Doli sesaat setelah peluncuran bukunya yang bertajuk "Keutamaan Jokowi" di Gedung DPR RI, Rabu, 30 September 2017.

[irp posts="5506" name="Membedah Isi Kepala Idrus Marham, Sang Spesialis Sekjen Golkar"]

Jauh ke tahun 2014 silam, Idrus juga memecat Agung Laksono dan kawan-kawannya yang sebagian besar adalah pimpinan Kosgoro 1957. Alasannya, tutur Sirajuddin, karena saat itu Agung Laksono mendukung Jokowi-JK sebagai pasangan capres-cawapres. Saat itu Idrus masih berada di "kubu sebelah", sebutan bagi kelompok Jokowi untuk Koalisi Merah Putih pimpinan Prabowo Subianto.

Tetapi beberapa tahun kemudian saat Idrus merapat ke Jokowi, ia memecat Doli dalam suasana yang dikatakan Sirajuddin "memuja-muji Jokowi setinggi langit". Padahal, kata Sirajuddin, dalam Pilpres 2014 Idrus menjelek-jelekkan Jokowi dan malah memecat pendukungnya. Ya, karena pada saat itu Idrus sebagai tim sukses inti pasangan Prabowo-Hatta.

"Hal itu dia (Idrus) lakukan karena sangat berambisi untuk diangkat jadi Menteri dalam isu reshuffle kabinet akhir-akhir ini. Padahal, dulu dia juga pernah mengatakan ke publik, bahwa dia hanya akan mau jadi Menteri bila Presidennya adalah Aburizal Bakrie," kata Sirajuddin lagi.

Dalam hal semangat memberantas korupsi, Idrus juga dinilai kontradiktif. Dalam buku yang ditulisnya "Keutamaan Jokowi" di mana ia bercerita salah satu keutamaan Jokowi adalah sangat tegas dan kuat dalam memberantas korupsi, tetapi pada saat yang bersamaan ia pembela paling gigih Setya Novanto yang terlilit kasus kurpsi KTP elektronik.

Buah dari kerja kerasnya, wara-wirinya ia ke kampus-kampus untuk merekrut kader Golkar dari kalangan kampus kala Idrus baru hangat-hangatnya masuk Golkar, sebagaimana yang ditulis Andi Setiono Mangoenprasodjo, terbayar sudah saat ia didapuk menggantikan Khofifah yang mundur untuk bertarung di Pilkada Jawa Timur.

Suami dari Ridro Ekasari ini adalah anggota DPR periode 2009-2014. Namun pada 8 Juni 2011, ia mengundurkan diri karena konsentrasi di Partai Golkar sebagai Sekjen. Pernilkahannya dengan istrinya itu dihadiri Presiden Republik IndonesiaSoesilo Bambang Yudhoyono sebagai saksi, sementara saksi dari pihak sang istri adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla. Komplit, bukan?

[irp posts="5023" name="Idrus Marham dan Golkar"]

Idrus menempuh pendidikan dari SD, PGAN (setingkat SMU untuk pendidikan guru agama), hingga perguruan tinggi IAIN Alaudin Makassardi Sulawesi Selatan.

Pada tahun 1983 Idrus melanjutkan pendidikan S2 di Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang dan tahun 2009 saat masih menjadi anggota DPR periode 2004-2009 menyelesaikan pendidikan S3 nya di  Universitas Gadjah Mada.

Menurut Wikipedia, Idrus meraih gelar doktor ilmu politik dengan predikat cumlaude setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul “Demokrasi Setengah Hati; Studi Kasus Elite Politik di DPR RI 1999-2004” melalui ujian terbuka promosi doktor yang diuji oleh Prof. Dr. Ichlasul Amal, Dr. Pratikno dan Prof. Dr. Bachtiar Effendi.

Idrus tercatat sebagai doktor ke 1019 yang telah diluluskan oleh UGM.

***

Editor: Pepih Nugraha