Politik adalah soal kekuasaan dan kekuasaan di dunia ini adalah uang. Maka, bila uang yang berbicara, politik dapat dikuasai. Itu politik pragmatisme. Ini yang disebut low-politics, politik rendahan. Politik uang untuk memenangkan kompetisi kekuasaan. Uang bisa merajalela dan menjadi penentu bila kekuasaan sebagai tujuan (politics for power). Tapi, tidak semua politik bersifat pragmatis, oportunis dan hanya soal perebutan kekuasaan. Ada yang lebih dari itu.
Agama membimbing manusia agar politik bukan soal praktis-pragmatis, soal uang atau hanya soal berkuasa dan kekuasaan, tapi sarana untuk menciptakan kepemimpinan yang benar atau alat untuk memperjuangkan hal-hal yang lebih tinggi: keadilan, supremasi hukum atau terimplementasinya ajaran kitab suci dalam ranah politik dan kekuasaan tentang kebenaran, kejujuran, amanat dll.
Ini yang disebut high-politics, politik tingkat tinggi. Politik tingkat tinggi tidak mesti berkuasa, yang lebih penting berpengaruh.
Oleh mereka yang kesadaran dan tradisi berpikirnya praktis pragmatis, bahkan oportunis, high-politics ini akan susah difahami dan diterima karena referensi di kepalanya yang disebut politik itu ya yang praktis pragmatis dan rebutan kekuasaan semata itu.
Politik Islam harus mengarah ke high politics siapapun yang berkuasanya. Bila yang berkuasa lebih mempertahankan kekuasaan kelompoknya ketimbang pesan-pesan agama dan nilai-nilai ilahiyah maka itu bukan politik Islam walaupun para ulama berjejer di situ berkuasa, seperti wilayat el-faqih di Iran misalnya.
Sama juga, bila rakyat, partai, kelompok, kaum oposan atau apa saja, orientasi politiknya kekuasaan semata atau ingin giliran berkuasa, itu pun bukan politik Islam. Maka, niat berpolitik di sini menentukan. Siapa yang tahu niat? Masing-masing diri, kelompok, partai dan sebagainya.
Niat akan menentukan nilai dan kualitas berpolitik. Oleh niat yang lurus, semua praktik politik busuk akan mudah kelihatan dan terbongkar.
[irp posts="6333" name="Konsep Islam Politik"]
Sekarang, tujuan NKRI, Pancasila, demokrasi dsb apa niatnya? Bila semua itu digunakan hanya untuk berkuasa sekompok orang, maka itulah politik kekuasaan yang rentan penyelewengan, pembusukan dan otoritarianisme atas nama Pancasila dan NKRI.
Atau, negara Islam, syariat Islam dan khilafah, apa niatnya? Bila tujuannya hanya untuk berkuasa kaum agamis, itu bukan politik Islam, itulah topeng agama untuk politik atau politisasi agama.
Politik Islam harus hanya berorientasi dan digunakan untuk memperjuangkan kebenaran, keadilan, kejujuran, kesejahteraan rakyat dst. Tujuannya utamanya "baldatun thayyibatun warabbun ghafur."
Wallahu a'lam.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews