Meskipun terkesan main-main, humor dihasilkan dari proses kreatif dan daya pikir yang sungguh-sungguh. Humor lahir dari pengalaman berpikir, interaksi budaya, situasi sosial, politik, hingga pengalaman religius yang serius.
Sebagai seni olah rasa, humor lebih banyak mengusung narasi kritik ketimbang lelucon yang hanya menggaet tawa. Humor mengajak orang-orang berani menertawai dirinya sendiri, menertawai lawan-lawannya, menertawai pemerintahannya, kultur sosial dan budayanya.
“Kemampuan untuk menertawakan diri sendiri adalah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain.” Mengutip pengantar Gus Dur pada buku Mati Ketawa Cara Rusia.
“Mengapakah kemampuan menertawakan diri sendiri menjadi demikian menentukan?” pancing Gus Dur kemudian, “Karena orang harus mengenal diri sendiri, sebelum mampu melihat yang aneh-aneh dalam perilaku diri sendiri itu.”
Srimulat misalnya, grup lawak bentukan Teguh Slamet Rahardjo ini banyak membawakan lakon satir menertawakan keadaan zamannya. Lawakannya disukai rakyat menengah kebawah yang memang butuh hiburan di tengah tekanan kekuasaan.
Lalu ada Trio Bagito yang aktif melucui negaranya sendiri di masa Orde Baru. Bagito mempersenjatai masyarakat dengan kebahagiaan untuk melawan rasa ketakutan. Warkop DKI begitu juga.
Melucu juga pekerjaan berbahaya. Majalah Ekspres, 8 Agustus 1970, seperti pernah ditulis Historia.id lima tahun lalu, menyebut Cak Durasim, seorang pemain ludruk di Surabaya, pernah ditahan pemerintah Orde Baru lantaran melontarkan kritik lewat lawak. Humor merupakan gambaran kompleks sebuah peristiwa.
Humor sebagai asupan senyum memiliki banyak cara pandang. Logika humor adalah logika siklikal, naik turun, jumpalitan, jungkir balik yang melibatkan fakta-fakta kehidupan. Kesimpulannya sulit ditebak bahkan sering juga abstrak. Demikianlah cara kerja humor sehingga membuat orang tebahak-bahak.
Secara umum boleh dibilang humor adalah seni mengkritik tanpa meluka. Menertawai diri sendiri dan sesama. Yang dikritik maupun mengkritik diajak tertawa bersama. Lalu merenung.
“Meskipun Tuhan berfirman bahwa “tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan senda gurau”, tetapi hidup saya sangat sungguh-sungguh. (Al-An’am: 32). Entah siapa yang main-main dan senda gurau. Tapi saya tidak. Saya hanya tertawa karena bersyukur”. (Emha Ainun Nadjib dalam Serial Daur-nya).
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews