Humor Itu Seni Menertawai Diri Sendiri

Senin, 8 Januari 2018 | 08:22 WIB
0
730
Humor Itu Seni Menertawai Diri Sendiri

Meskipun terkesan main-main, humor dihasilkan dari proses kreatif dan daya pikir yang sungguh-sungguh. Humor lahir dari pengalaman berpikir, interaksi budaya, situasi sosial, politik, hingga pengalaman religius yang serius.

Sebagai seni olah rasa, humor lebih banyak mengusung narasi kritik ketimbang lelucon yang hanya menggaet tawa. Humor mengajak orang-orang berani menertawai dirinya sendiri, menertawai lawan-lawannya, menertawai pemerintahannya, kultur sosial dan budayanya.

“Kemampuan untuk menertawakan diri sendiri adalah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain.” Mengutip pengantar Gus Dur pada buku Mati Ketawa Cara Rusia.

“Mengapakah kemampuan menertawakan diri sendiri menjadi demikian menentukan?” pancing Gus Dur kemudian, “Karena orang harus mengenal diri sendiri, sebelum mampu melihat yang aneh-aneh dalam perilaku diri sendiri itu.”

Srimulat misalnya, grup lawak bentukan Teguh Slamet Rahardjo ini banyak membawakan lakon satir menertawakan keadaan zamannya. Lawakannya disukai rakyat menengah kebawah yang memang butuh hiburan di tengah tekanan kekuasaan.

Lalu ada Trio Bagito yang aktif melucui negaranya sendiri di masa Orde Baru. Bagito mempersenjatai masyarakat dengan kebahagiaan untuk melawan rasa ketakutan. Warkop DKI begitu juga.

Melucu juga pekerjaan berbahaya. Majalah Ekspres, 8 Agustus 1970, seperti pernah ditulis Historia.id lima tahun lalu, menyebut Cak Durasim, seorang pemain ludruk di Surabaya, pernah ditahan pemerintah Orde Baru lantaran melontarkan kritik lewat lawak. Humor merupakan gambaran kompleks sebuah peristiwa.

Humor sebagai asupan senyum memiliki banyak cara pandang. Logika humor adalah logika siklikal, naik turun, jumpalitan, jungkir balik yang melibatkan fakta-fakta kehidupan. Kesimpulannya sulit ditebak bahkan sering juga abstrak. Demikianlah cara kerja humor sehingga membuat orang tebahak-bahak.

Secara umum boleh dibilang humor adalah seni mengkritik tanpa meluka. Menertawai diri sendiri dan sesama. Yang dikritik maupun mengkritik diajak tertawa bersama. Lalu merenung.

Meskipun Tuhan berfirman bahwa “tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan senda gurau”, tetapi hidup saya sangat sungguh-sungguh. (Al-An’am: 32). Entah siapa yang main-main dan senda gurau. Tapi saya tidak. Saya hanya tertawa karena bersyukur”. (Emha Ainun Nadjib dalam Serial Daur-nya).

***