Jawa Pos meng-headline-kan memontum kembali ke keberagaman. Statement ini menguatkan bahwa kita merasakan kebersamaan dalam keberagaman yang menguatkan negeri akhir-akhir ini pernah diganggu. Kita merasakan pembiaran oleh pemegang kekuasaan akan prilaku manusia-manusia rendah laku dan mengambil ruang berusaha mengoyak Indonesia, memaki Pancasila serta ulama, setelah bermasalah membalikkan fakta mereka mengatakan dikriminalisasi, ulama yang mana dan siapa.
HTI sudah dihabisi, FPI dalam proses mati suri, tiba-tiba ada ustad sosmed sekarang malang melintang memaki-maki dengan cara yang dia sengaja membuat kita gerah dan harus bicara, karena Hari Ibu pun diharamkannya.
Keberagaman dalam kebersamaan itu mahal, bangsa ini lama terseok karena dikuasai rezim pencuri. Harusnya kita sudah berlari bukan mati berdiri cuma gara-gara saling memaki. Agama dijadikan komoditas politik kelas murah oleh orang-orang murah yang mudah marah, mereka ingin menjarah pemerintah yang sah dengan cara tidak lumrah.
Menebar teror kepada sebuah usaha yang sedang dijalankan untuk negara, kerjanya tak bisa diukur dengan nyata, bahkan ngurus rumah tangga saja tak bisa ngimpi mau ngurus negara, sakit lu ndro...
Natal kali ini kok terlihat beda, tidak ada sweeping dari barisan picisan seperti biasanya. Kenapa? Yang pasti pemerintah tidak lagi dipimpin oleh golongan tebar pesona yang cuma ngurusi dirinya dan melakukan pembiaran terhadap teror jalanan dari orang-orang bertopeng agama.
Inilah mulai terasa hadirnya pemerintah dalam sebuah negara, jadi mestinya yang waras tidak lagi cari gara-gara bermanuver mau ngurus negara dengan cara yang belum tentu bisa. Biarkan Jokowi yang ngurus dengan jalan yang lurus, kalian tak perlu mendengus karena eranya memang bukan lagi era retorika teriak-teriak di atas kuda. Sekarang kami bekerja untuk masa depan bersama yang muda, yang tua-tua sudah saatnya ikut hadir saja kalau ada upacara, tak usah kepingin berdiri di atas podium karena kakipun sudah tak bisa untuk berdiri seperti biasa.
[irp posts="6525" name="Natalan Cukup di Gereja atau di Rumah Saja, Tak Perlu di Monas"]
Natal dalam suasana batin yang lega karena tidak perlu lagi bertanya akankah mereka bakal datang seperti biasa, sampai merepotkan Banser segala, apakah tahun ini karena Nasdem juga buat Banser penjaga Natal. Ah semoga bang Surya bukan punya niat nakal mengambil momentum hari Natal dijadikan pendulum partainya. Masih ada yang tersisa, Bang, izin rumah ibadah di daerah tetap belum berpihak semestinya kepada saudara-saudara kita yang punya keyakinan berbeda.
Semoga keberagaman dalam agama, suku dan budaya bisa kembali seperti semula, tidak lagi ada orang yang mau berkuasa dengan cara-cara durjana.
Indonesia itu ragam budaya dan agama, ber-Maulid, ber-Natal, Nyepi... Ah, bila saja mereka bisa merasakan nikmatnya, kita sekarang sedang memandang lilin dan beduk berirama bersama di tengah tari kecak Bali yang menghentakkan hati diiringi tari sakral Baduy... karena kapanpun itu terjadi kita adalah satu jiwa raga untuk negeri ini, negara Indonesia dan Pancasila membangun Nawacita.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews