Abdul Somad mau dijadikan ikon baru, mentang-mentang bisa melawak saat berdakwah. Maka nama Somad terus digoreng seperti balabala kebanyakan minyak. Kata ustad Muhammad Abdullah Ade, yang memviralkan Somad ini adalah para simpatisan HTI.
Jadi ketika mereka dibabat habis via UU Ormas, orang-orang ini mencari celah untuk membuat isu yang membentur-benturkan masyarakat. Nah, Somad makanan empuk. Apalagi kayaknya orang ini suka popularitas. Klop.
Ketika teman-teman di Bali meminta Somad sumpah setia pada NKRI sebelum ceramah di sana, mukanya Somad menolak. Tapi akhirnya dipersilakan setelah Somad mau menunjukkan sikapnya untuk tetap pada NKRI.
Ternyata gak cukup. Pulang dari Bali, Somad justru membuat laporan polisi. Sepasukan tim cyber mengobok-obok peristiwa Bali dan membelokkan isunya. Kasus Bali digoreng sedemikian rupa untuk mengadu sesama anak bangsa.
[irp posts="6660" name="Penolakan Ustad Abdul Somad dan Pesan Fahri Hamzah"]
Lalu terjadi kasus Hongkong. Somad yang diundang ceramah di Hongkong ditolak imigrasi di sana. Eh, tiba-tiba kasusnya digoreng seolah Pemerintah Indonesia tidak melindungi warganya.
Lha, Somad ditolak masuk ke Negara orang, mungkin karena alasan tertentu. Soal keamanan dalam negeri, misalnya. Atau soal administrasi yang tidak diurus panitia lokal dengan baik. Wajar kalau ditolak.
Apalagi di Hongkong ditengarai banyak pekerja migran kesusupan paham radikal. Sebagai negara berdaulat, wajar saja jika mereka berhati-hati. Meskipun disana ada Jet Lee, Jacky Chan dan Andy Lau kalau sama teroris mereka ngeri juga.
Teroris dan paham radikal gak cukup ditundukkan dengan Kungfu dan Kuntaw. Jika Hongkong kesusupan paham radikal, bahkan Jacky Chan pun akan kehilangan selera humornya. Yang terkena dampaknya adalah para pekerja migran lain asal Indonesia.mereka yang selama ini bekerja serius ingin mencari nafkah, mungkin akan jadi ribet.
Jadi ketika Hongkong mengambil tindakan preventif, dengan cara para pembawa pesan radikal dilarang masuk, kiranya itu positif juga bagi saudara kita pekerja di sana. Mestinya panitia di Hongkong juga mempelajari dulu latar belakang pembicara yang akan diundang. Jangan sampai justru jadi kontraproduktif.
Anehnya kasus Somad terjadi di Hongkong itu, eh malah Jokowi ditarik-tarik? Ajib, kan?
Tapi itulah. Para burung nazar politik dan HTI akan terus mencari celah mengacau di Indonesia. Para antek-anteknya juga bergerilya mempersekusi masyarakat.
[irp posts="5692" name="Jokowi Harus Minta Maaf pada Ustad Abdul Somad"]
Di Batam baru saja kejadian. Cun Hin hanya seorang nitizen. Dia juga khawatir ajaran gampang mengkafirkan yang dibawa Somad merusak negerinya. Dia menuliskan kekhawatirannya itu.
Apa yang terjadi? Cun Cin didatangi sekelompok orang. Diancam dan dipersekusi. Ini adalah tindakan yang mengambil wewenang polisi. Sebab yang berhak melakukan tindakan hukum di Indonesia hanya penegak hukum. Tidak boleh ada masyarakat bertindak di atas hukum.
Kenapa Cun Cin dipilih? Karena etnis dan agamanya. Pilihan pada Cun Cin bukan pilihan asal-asalan. Sambil mempersekusi mereka hendak mengibarkan permusuhan etnis dan agama. Karena itulah Cun Cin yang dipilih untuk diserang.
Somad ingin dijadikan ikon baru oleh para pengasong khilafah. Sayangnya Somad juga menikmati suasana itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews