LGBT: Angka-angka, Gerakan, dan Proyeksi ke Depan

Rabu, 27 Desember 2017 | 10:14 WIB
0
1641
LGBT: Angka-angka, Gerakan, dan Proyeksi ke Depan

Ada 3.000 pelajar di Batam yang menyukai sesama jenis. Pertanyaannya, mungkinkan mereka yang sebegitu banyak serentak mengidap kelainan gen? Di Sumatera Barat, sudah ada puluhan ribu laki-laki yang menjadi gay. Masuk akalkah mereka ini serentak terkena penyakit natural? Di Bogor, ada 2.672 pria yang mempraktikkan perilaku gay. Apa iya ribuan orang bisa sama-sama mengidap penyakit bawaan lahir?

Di seluruh Indonesia, sesuai data Kemenkes tahun 2012, ada 1.095.970 pria yang hidup dengan perilaku seks sesama pria (LSL atau Lelaki Seks dengan Lelaki). Ini angka lima tahun yang lalu. Hampir pasti sudah bertambah ratusan ribu lagi. Perkiraan lain menyebutkan jumlah kaum gay setidaknya tiga persen dari total populasi Indonesia atau sekitar 7 juta orang.

Apakah mungkin sebegitu banyak laki-laki Indonesia mengalami penyakit orientasi seksual yang diidap secara alami? Rasanya tak masuk akal. Kalau begitu, apa kesimpulannya?

Tampaknya tidak ada ruang untuk berteori ke sana ke mari selain konklusi ini: bahwa pertumbuhan yang spektakuler jumlah kaum gay di Indonesia tercapai melalui gerakan penyebaran dan pengrekrutan yang dilakukan secara besar-besaran dan ‘organized’ (tertata rapi). Bukan penyakit bawaan, melainkan gaya hidup (life-style).

Karena itu, ada pihak yang memprediksikan jumlah pria gay di Indonesia akan mencapai 10 juta orang dalam waktu yang tak terlalu lama.

Sungguh mengerikan! Sungguh tidak bisa dibiarkan. Seluruh elemen bangsa Indonesia harus ikut aktif mencegah epidemi gaya hidup yang sangat merusak itu.

Kita semua tidak mungkin lagi berpangku tangan. Semua orang yang waras harus melakukan sesuatu dalam kerangka mengekang epidemi gay dan kemudian mengurangi jumlah yang telah terperangkap ke dalam gaya hidup yang menyimpang itu.

Perlu dicatat bahwa gerakan penyebaran gaya hidup gay (LGBT) didukung oleh dana internasional yang memang bertujuan untuk melegalkan keberadaan gay dan perkawinan sejenis. Di negara ini ada dua organisasi besar yang aktif melancarkan gerakan advokasi untuk LGBT.

Yang pertama, Gaya Warna Lentera Indonesia (GWL-INA). LSM ini tidak secara eksplisit menyebut diri sebagai pendukug gay tetapi mereka bermitra dengan 119 organisasi yang terkait dengan gay, langsung atau tidak langsung, di 28 provinsi.

Yang kedua, LGBTIQ Indonesia. LGBTIQ adalah Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex, Queer. Lebih luas lagi cakupannya. LGBTIQ adalah organisasi dan gerakan internasional untuk perilaku seksual yang aneh-aneh.

[irp posts="6623" name="Yuk, Bantu LGBT Agar Bisa Kembali Normal"]

Seberapa kuat gerakan LGBT di Indonesia? Sangat kuat. Pada tahun 2013, Komnas HAM hampir saja memberikan pengakuan hak eksistensial kepada kaum gay sewaktu Komnas melaksanakan rapat paripurna yang membicarakan soal pengakuan terhadap LGBT.

Kembali ke jumlah gay di Indonesia. Kalau jumlah resmi Kemenkes yang disebut di atas kita urai menjadi kekuatan rekrutmen mereka, maka akan didapat angka yang sangat menakutkan tentang gerakan mereka. Di Indonesia ini ada 83.184 desa dan kelurahan. Pada 2012, jumlah gay 1.095.970. Dengan pertumbuhan 10% per tahun, berarti hari ini ada sekitar 1.500.000 gay. Itu berarti, di setiap desa atau kelurahan ada 18 orang gay. Ini kalau dibagi rata.

Kalau dizoom ke provinsi-provinsi yang paling rawan, maka peta penyebaran (rekrutmen) gay semakin mencemaskan.

Sebagai contoh, Jawa Barat memiliki 300.198 gay (2012); sekarang mungkin mencapai 400.000. Dengan jumlah desa dan kelurahan di provinsi ini 5.899, berarti di setiap desa atau kelurahan ada 67 pria gay.

Jawa Tengah memiliki 218.227 pria gay (2012); sekarang mungkin saja mencapai setidaknya 300.000 orang. Dengan jumlah desa dan kelurahan di provinsi ini 8.576, berarti di setiap desa atau kelurahan ada 34 pria gay.

[irp posts="6409" name="Bahas Putusan MK Terkait LGBT dan Kumpul Kebo: Jangan Salah Paham!"]

Artinya, di dua provinsi besar ini kampanye penyebaran gaya hidup gay jauh lebih besar gaungnya dibandingkan dengan desa atau kelurahan di provinsi lain. Dan kalau di kedua provinsi ini kita zoom ke kota-kota besar, berarti jumlah pegiat gay mencapai ribuan orang. Kenyataannya, di kawasan perkotaanlah pertumbuhan populasi gay berlangsung dalam angka yang fantastik.

Bagaimana ke depannya? Dengan jumlah resmi versi Kemenkes itu saja, kita pastilah menghadapi PR yang cukup berat untuk mencegah ekspansi gerakan LGBT. Apalagi kalau jumlah mereka sekarang diyakini mencapai 3.000.000 plus kucuran dana dan tekanan internasional. Tentulah tak terbayangkan ancaman terhadap anak-anak remaja Indonesia.

Kita tidak punya pilihan lain. Ancaman yang nyata ini harus dihadapi dengan macam-macam cara. Alhamdulillah sekali kalau negara bersedia turun tangan mengahadapinya. Kalau tidak, terpaksalah kita berlakukan konsep “vigilant” (waspada). Cara “vigilant” ini sama seperti Anda menghadapi kemungkinan maling masuk ke rumah Anda di malam hari.

***