ICMI dan Kekuasaan

Kamis, 14 Desember 2017 | 11:07 WIB
0
312
ICMI dan Kekuasaan

Cendekiawan atau intelektual walaupun bisa dibedakan secara konseptual tapi mirip, dekat dan sama dalam fungsi-fungsi sosial dan politik kulturalnya. Karenanya banyak orang menyamakan cendekiawan dengan intelektual, intelektual dengan cendekiawan.

Cendekiawan artinya kaum cendikia, kaum terpelajar, kaum cerdik pandai di masyarakatnya. Jumlah mereka sedikit karena mereka adalah kaum elit intelektual. Sebutan lain adalah ilmuwan dan akademisi. Semua sebutan itu memiliki kemiiripan fungsi dalam perannya yang berbeda-beda.

Terhadap kehidupan politik dan kekuasaan, fungsi dan tugas kaum cendekiawan adalah mengontrol, mengarahkan, memberikan guide, mengkitik, memberi masukan dan memberi pencerahan.

Karena orientasinya adalah pembelaannya pada kebenaran, cendekiawan/intelektual menurut Julien Benda adalah yang “whose activity not the pursuit of practical aims” (aktivitasnya tidak mengejar tujuan-tujuan praktis dan pragmatis). Atau, seperti kata Lewis Coser ”tidak pernah puas dengan kenyataan sebagaimana adanya … mereka mempertanyakan kebenaran yang berlaku pada zamannya dan mencari kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas” (1997: xvi).

Jadi, intelektual/cendekiawan itu menjaga jarak dengan kekuasaan, mengontrol, mengritik dan memberi masukan serta pencerahan dalam posisinya yang independen sebagai cendekiawan.

Dukungan ICMI pada Presiden Jokowi untuk dua periode melalui mulutnya Jimly Ash-Shiddiqy, terlepas dari tidak mewakili suara ICMI, menuai kritik internal dan eksternal, bahkan hoax, perlu diingatkan itu bertentangan bahkan merusak hakikat, citra dan fungsi kecendekiawanan. Tidak pantas cendekiawan terjebak pada praktik-praktik politik praktis dan dukung-mendukung kekuasaan.

Organisasi ICMI sebagai jenjang karir politik untuk naik ke yang lebih tinggi, itu juga menyalahi. Bila cendekiawan seperti itu maka dia bukan cendekiawan tapi politisi atau praktisi yang memanfaatkan organisasi cendekiawan untuk kepentingan karir pribadinya.

[irp posts="5463" name="Independen, Tapi Dukung Jokowi 2 Periode, Ada Apa dengan ICMI?"]

Bila sudah mentradisi, aktivis ICMI seperti itu, sebagai jenjang karir atau digunakan kendaraan politik dari tingkat daerah sampai pusat, lebih baik ICMI segera membubarkan diri saja karena itu mereduksi fungsi-fungsi kecendekiawanan dan wibawa intelektual. Itu disebabkan karena banyak aktivis ICMI adalah para politisi bukan benar-benar cendekiawan dan intelektual independen dalam kemampuan, sikap mental dan kesadarannya.

Sebagai organisasi, bahwa ICMI bernuansa politik, itu tak akan terhidarkan tetapi menggunakan ICMI untuk jenjang karir politik dan dukung-mendukung kekuasaan, sekali lagi, lebih baik membubarkan diri saja karena sudah keluar dari ruh dan nubuwwah kecendekiaan. Jangan sampai sindirian Gus Dur, "cendikiawan kok berorganisasi" terbukti dengan menjadikannya sebagai jenjang karir dan alat politik praktis.

***