Istu Hari Subagio, Jenderal yang Siap Dipasangkan dengan Siapa Saja

Rabu, 23 Agustus 2017 | 23:05 WIB
0
941
Istu Hari Subagio, Jenderal yang Siap Dipasangkan dengan Siapa Saja

Di antara lima nama bakal calon gubernur yang sudah mendaftarkan diri ke DPD Partai Golkar Jawa Timur untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim 2018, nama Mayjen TNI (Purn) DR. Istu Hari Subagio, menjadi salah satu nama yang cukup membetot perhatian. Siapakah dia?

Istu merupakan pensiunan jenderal bintang dua yang menjabat Pangdam I Bukit Barisan, Gubernur Akmil, AsOp Kodam V Brawijaya, Dandim Surabaya Selatan, dan Komandan Yonif 507.Sebelumnya, Berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor: Kep/643/IX/2014 tanggal 5 September 2014 tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI, ia dimutasi menjadi Staf Khusus Panglima TNI, jabatan terakhir sebelum pensiun Desember 2016.

Setelah menjadi orang sipil, bagi Istu pensiun dari militer ternyata hanya "batu loncatan" ke dunia politik. Pensiun bukan berarti kipas-kipas cari angin tanpa aktivitas apa-apa. Masih berbilang bulan selepas pensiun, ia langsung terjun ke arena Pilkada Jatim 2018 dengan target cukup bakal calon wakil gubernur saja. Konon, Istu siap dipasangkan dengan bakal calon gubernur siapapun.

Sampai saat ini tercatat sudah ada lima nama yang mendaftar di DPD Golkar Jatim, yaitu Syaifullah Yusuf, Kombes Polisi Syafiin, Istu Hari Subagio (Wakil Ketua DPD Golkar Jatim/Mantan Pangdam), Nurwiyatno (Kepala Inspektorat Jatim), dan Ridwan Hisyam (anggota DPR RI dari Golkar).

Sedangkan Khofifah Indarparawansa, meski namanya santer dibicarakan di Partai Golkar sebagai tokoh yang akan diajukan sebagai bakal calon gubernur, hingga kini belum mendaftarkan diri. Pada Rabu 22 Agustus 2018, Khofifah dikabarkan telah bertemu dengan para petinggi Golkar.

Meski pendaftaran untuk penjaringan bakal calon gubernur Jatim melalui DPD Golkar Jatim sudah ditutup pada Sabtu 19 Agustus 2918, tetapi berdasarkan Juklak DPP Golkar  No. 06/2018, dimungkinkan bagi DPD Partai Golkar untuk menambah pencalonan. Alasannya, yang memiliki kuasa untuk menetapkan itu adalah DPP.

“Khofifah masih ada peluang untuk dicalonkan oleh DPP meskipun secara resmi belum mendaftar melalui DPD Golkar Jatim. Sebab, yang kuasa menetapkan itu DPP Golkar, bukan DPD,” kata Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPD Harun Al Rasyid.

Pernyataan Istu yang siap dipasangkan dengan siapapun, jelas sangat menarik. Sebab, selama ini biasanya ada egoisme pribadi soal posisi calon dan selalu menginginkan jabatan tertinggi. “Pak Istu siap dipasangkan dengan siapapun yang direkomen DPP Golkar,” ujar Harun.

Jika menyimak pernyataan pria kelahiran Kertosono pada 13 November 1958 tersebut, siapapun yang akan direkomendasi Golkar, Istu siap dipasangkan dengan bakal calon gubernur dari Partai Golkar, baik itu Syaifullah Yusuf alias Gus Ipul, Khofifah, ataupun Ridwan Hisyam, Istu siap menerimanya sebagai bacawagub Jatim 2018.

Begitu pula sebaliknya, jika Golkar merekomendasikan untuk maju sabagai bakal calon gubernur, Istu juga siap menerima siapapun bakal calon wakil gubernurnya. Sosok berlatar belakang militer seperti Istu saat ini memang sepertinya dibutuhkan lagi mengingat posisi strategis provinsi Jatim.

Saat mengambil formulir pendaftaran di DPD Golkar pada 18 Agustus 2017, Istu menyatakan bahwa ia senang hidup di Jatim. “Orang-orangnya fair dan terbuka,” ungkapnya kepada pers. Apalagi, Istu sendiri kelahiran Kecamatan Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur.

Setelah pensiun dari TNI AD, pada April 2017, Istu bergabung dengan Golkar dan mendapat posisi sebagai Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPD Golkar Jatim. “Saya masuk ke Golkar, karena yang namanya pengabdian itu tidak ada berhentinya,” Istu berlasan.

Keberanian Golkar diuji

Bersamaan adanya Pilgub Jatim 2018, Istu merasa terpanggil ikut mendaftar bakal calon gubernur. Jika masyarakat Jatim cocok dengan dirinya untuk menjadi Gubernur Jatim Periode 2018-2023, Istu akan mengabdikan diri, dan jiwa-raganya dihibahkan untuk Jatim.

Persolannya, beranikah Golkar mengajukan Istu sendiri bersaing dengan dua tokoh sekaliber Gus Ipul dan Khofifah yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Jatim? Jika berani, tentunya ini bisa menjadi tantangan berat bagi Gus Ipul dan Khofifah di saat mereka “berseteru”.

[caption id="attachment_2820" align="alignleft" width="220"] Istu Hari Subagio[/caption]

Istu bisa menjadi “alternatif” pilihan rakyat Jatim ketika keduanya “bertarung” habis-habisan untuk ketiga kalinya dalam Pilgub Jatim, setelah dua kali Pilgub Jatim Khofifah “dikalahkan” pasangan Soekarwo-Gus Ipul yang kini dua periode menjabat Gubernur-Wagub Jatim.

Sebagai sosok berlatar belakang militer, tentu saja Istu akan mudah diterima oleh masyarakat Jatim sebagai pemimpin baru yang tidak punya musuh sebelumnya. Sehingga, Istu dengan mudah bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi yang melebihi capaian nasional.

Pasalnya, provinsi Jatim ternyata masih memiliki kantong-kantong kemiskinan yang menjadi tantangan tersendiri untuk diselesaikan oleh gubernur mendatang. Istu yakin, potensi SDA-SDM Jatim yang luar biasa dapat dijadikan modal besar untuk kemakmuran rakyat.

Sosok Istu memang cukup menarik ditelisik. Di luar kesibukannya sebagai pejabat militer, ia ternyata menyandang gelar Doktor dari Universitas Negeri Semarang (UNNES), Semarang, setelah berhasil mempertahankan disertasi promosi Doktor Manajemen Pendidikan.

Ujian terbuka berlangsung pada 15 Januari 2015. Istu merupakan Doktor ke-4 dari Satuan Tempur TNI setelah DR. Susilo Bambang Yudhoyono, DR. Moeldoko, dan DR. Wijanarko. Istu menyelesaikan disertasinya dalam waktu sangat singkat: 2 tahun 5 bulan 15 hari.

Ia berhasil meraih gelar Doktor dengan capaian IPK 3,97 sehingga dinyatakan lulus dengan predikat Cum Laude. Dengan prestasi akademis yang sedemikian gemilang itu, kepiawaian Istu dalam mengelola tata pemerintahan di Jatim tentu saja sangat diharapkan tentunya.

Persoalannya keputusan rekomendasi itu kini berada di tangan DPP Golkar. Akankah Golkar berani merekomendasikan Istu sebagai bacagub Jatim 2018? Tentunya ini semua bergantung perkembangan di lapangan nanti, sampai batas akhir pendaftaran ke KPUD Jatim.

Jika hasil survei di lapangan memang tidak memungkinkan, Golkar tidak perlu memaksakan diri mengajukan Istu sebagai bakal calon gubernur, cukup sebagai bakal calon wakil gubernur juga tidak masalah. Sebagai sosok dengan latar belakang militer, figur Istu sangat diperlukan di provinsi Jatim.

Makanya, tidak salah jika di awal tadi Istu menyatakan siap dipasangkan dengan siapa pun meski sebagai bakal calon wakil gubernur Jatim. Bagaimana dengan dukungan parpol lainnya, seperti Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Nasional Demokrat dan Partai Hanura?

Yang jelas, selain ke Golkar, sebelumnya Gus Ipul sudah mendaftar melalui PDIP dan PKB. Di Demokrat, ada La Nyalla Matalitti, Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur, yang mendaftar melalui Demokrat pada 17 Juli 2017 lalu.

Selamat Berjuang Kanditat!

***