Elektabilitas Ahok-Djarot Jeblok, Masih Perlukah Demo Yang Menohok?

Jumat, 25 November 2016 | 08:15 WIB
0
604
Elektabilitas Ahok-Djarot Jeblok, Masih Perlukah Demo Yang Menohok?

Survei terbaru yang dilaksanakan lembaga sigi Indikator menunjukkan elekktabilitas pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat benar-benar "elek" (jelek), jeblok, digeser pasangan calon nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.

Sementara pasangan nomor urut tiga Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tetap di urutan tiga meski elektabilitasnya pun naik.

Survei terbaru itu menunjukkan elektabilitas Agus-Sylvi berada di urutan pertama dengan angka 30,4 persen, diikuti Ahok-Djarot di urutan kedua dengan eletabilitas 26,2 persen, dan pasangan Anies-Sandiaga dengan elektabilitas 24,5 persen.

Bagi orang yang beriman penuh, melorotnya elektabilitas Ahok-Djarot adalah "azab" Yang Maha Kuasa akibat penistaan agama yang dilakukan Ahok, yang kemudian membuat Ahok memiliki status tersangka dan siap-siap dipenjara kalau pengadilan dunia membuktikan Ahok bersalah.

Bagi anak-anak sekolah dasar, pergeseran elektabilitas yang mengerek Agus-Sylvi ini memudahkan mereka menghapal nomor urut pasangan sesuai hasil survei jika survei dianggap sudah menjadi bayang-bayangan kemenangan, yakni No 1 Agus-Sylvi, No 2 Ahok-Djarot, dan No 3 Anies-Sandiaga.

[irp posts="1499" name="Mengapa Elektabilitas Agus Harimurti Mengungguli Anies Baswedan?"]

Bagi Agus-Sylvi, survei LSI terbaru ini setidak-tidaknya membuat kepercayaan diri pasangan calon ini meningkat dan secara psikis maupun psikologis harus sudah menyiapkan diri untuk menjadi gubernur dan wakil gubernur. Bagaimanapun hasil survei bakal mempengaruhi persepsi publik dan bisa jadi menggoyahkan serta mengubah preferensi dalam memilih.

Tentu saja anjloknya elektabilitas Ahok-Djarot sangat erat kaitannya dengan demo besar 4 November lalu dan status tersangka bagi Ahok. Dengan fakta ini, masih haruskah demo besar lainnya, yakni 25 November dan 2 Desember 2016 dilakukan lagi dan status ahok ditingkatkan dari tersangka menjadi terdakwa agar elektabilitas Ahok-Djarot semakin menukik mencapai titik nadir?

 

Bagi pesaing Ahok-Djarot, yakni Agus-Sylvi maupun Anies-Sandiaga, membuat elektabilitas juara bertahan menjadi 0 alias tidak ada yang memilih adalah harapan agar kemenangan berada di tangan. Hal yang tidak mungkin kedua pasangan calon ini berdoa elektabilitas Ahok-Djarot naik lagi apalagi sampai menyalip lagi.

 

Meski demikian, menurut Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadisatu ketiga pasangan calon tersebut memiliki peluang masuk ke putaran kedua. "Tidak ada satu pun yang bisa mengklaim bisa menang satu putaran," katanya saat mengumumkan hasil survei di Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 24 November 2016, sebagaimana diberitakan Kompas.com.

[caption id="attachment_2118" align="alignleft" width="375"] Burhan Muhtadi[/caption]

Burhan juga sempat menanyakan kepada responden untuk menjawab secara spontan siapa tokoh yang akan mereka pilih sebagai gubernur DKI. Hasilnya Agus Harimurti yang merupakan putera Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono berada di urutan pertama dengan 22,3 persen; diiuti Ahok urutan kedua 19,4 persen; disusul berturut-turut Anies 17,4 persen; Sandiaga Uno  0,4 persen; Djarot Saiful Hidayat 0,2 persen; dan pemimpin Front Pembela Islam Rizieq Shihab 0,1 persen.

Menarik adalah masuknya nama Rizieq Shihab dalam survei Indikator ini. Terbukti bahwa demo besar bertajuk "Aksi Bela Islam" 4 November itu telah mengerek nama Rizieq karena media menyebut dialah motor penggerak utama aski yang juga disebut "Anti Ahok" itu. "Ada yang menjawab Habib Rizieq kami tidak bisa melarang. Namanya juga jawaban spontan," Burhan beralasan.

Menurut Burhan, survei dilakukan pada 15 November sampai 22 November 2016 atau dimulai sehari sebelum Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama. Survei dilakukan terhadap 798 responden warga DKI Jakarta yang sudah mempunyai hak pilih dengan wancara tatap muka. Metode survei multistage random sampling dengan margin of errror 3,6 persen.

[irp posts="1886" name="Demo 411 Malah Lambungkan Elektabilitas Virtual Ahok"]

Sebelumnya, LSI Denny JA juga merilis hasil survei setelah penetapan tersangka terhadap Ahok atas kasus dugaan penistaan agama. Survei yang dilakukan 31 Oktober 2016 hingga 5 November 2016 melibatkan 440 responden di mana dukungan untuk Ahok-Djarot turun dari 24,6 persen menjadi "tinggal" 10,6 persen lagi.

Survei LSI Denny JA itu dilakukan sebelum penetapan Ahok sebagai tersangka, namun responden sudah ditanya tentang dukungan jika Ahok menjadi tersangka kasus dugaan penistaan agama.

Sebelum Ahok tersangka, elektabilitasnya masih di angka 24,6 persen dan elektabilitas pasangan Agus-Sylvi berada di angka 20,90 persen. Setelah Ahok menjadi tersangka dukungan untuk Agus-Sylvi meningkat menjadi 30,90 persen (pertanyaan terbuka) dan 32,30 persen (pertanyaan tertutup).

Sementara pasangan Anies-Sandiaga meningkat menjadi 31,90 persen (pertanyaan terbuka) dan 31,10 persen (pertanyaan tertutup), dari semula 20,00 persen sebelum Ahok tersangka.

Menanggapi hasil survei itu, Anies mengatakan meningkatnya elektabilitasnya tersebut juga merupakan hasil kerja keras para pendukungnya. "Kami bersyukur bahwa angkanya meningkat signifikan. Kami apresiasi kepada teman-teman relawan pekerja, semua yang bekerja di dalam proses kampanye ini," kata Anies di Gelanggang Remaja Jakarta Timur, Sabtu 19 November 2016.

Agus juga mengucap syukur atas peningkatan elektabilitas dirinya. Meski demikian, ia mengaku tidak mau merasa cepat puas. "Namun, saya bersyukur. Saya tak cepat merasa puas, saya bersyukur dan insya Allah terus bekerja yang terbaiklah untuk bisa meningkatkan (elektabilitas)," kata Agus.

Apa dan bagaimana komentar "si pecundang" Ahok menurut dua lembaga survei ini?

Seperti biasa, Ahok yang merupakan calon gubernur petahana seperti tidak terlalu pusing dengan hasil survei itu. Ia menilai justru bagus jika elektabilitasnya disebut rendah karena akan membuat anggota PDIP semua pendukungnya semakin bersemangat memenangkan untuk memenangkan Ahok-Djarot, bila perlu cukup satu putaran saja seperti yang digembar-gemborkan selama ini.

"Kalau hasilnya semakin menurun berarti teman-teman tambah semangat bekerja. Katanya mereka (LSI), saya bakal tersingkir di putaran pertama. Tentunya teman-teman PDIP akan berjuang supaya kami menang satu putaran," kata Ahok tertawa, seperti biasa.

Secara kasat mata saja mudah terlihat bahwa demo besar "Anti Ahok" pada 4 November dan penetapan status tersangka terhadap Ahok yang diduga menistakan agama telah benar-benar merontokkan elektabilitas Ahok. Dari sisi pendemo, ini cara efektif untuk menjatuhkan lawan yang tidak disukai sekaligus menaikkan elektabilitas kawan yang diharapkan keluar sebagai pemenang.

[irp posts="2031" name="Demo 2 Desember; Mencintai Tuhan dengan Cinta, Bukan dengan Benci"]

Bagi pendukung pasangan Ahok-Djarot dan khususnya Ahok sendiri, melorot dan jebloknya elektabilitas itu harus disikapi dengan serius, bukan dengan ketawa-ketiwi,  kecuali sudah berprinsip nothing to lose. Pelajaran berharga lainnya, menjaga sikap itu ternyata sangat penting, sebab jejak digital di era Internet ini sukar dihapus, baik verbal (ucapan) maupun literal (tulisan). Akibatnya memang sudah terbukti sangat fatal.

Bagi pendukung Ahok-Sylvi, berpestalah dengan elektabilitas yang menyodok Ahok-Djarot ini sambil berharap adanya demo besar lagi pada 25 November atau 12 Desember dan peningkatan status Ahok dari tersangka menjadi terdakwa dan kemudian terpenjara.

Bagi pendukung pasangan Anies-Sandiaga, berdoa dan berusahalah agar bisa menyalip minimal elektabilitas Ahok-Djarot sehingga menjadi yang kedua. Adalah berita menarik lagi kalau dalam survei nanti elektabilitas pasangan Anies-Sandiaga berhasil menyalip pasangan Ahok-Djarot yang menjadikannya jurukunci.

***