Cerber: Pepih Nugraha
Sukaesih bercerita dengan sungguh-sungguh tentang perjalanan hidup Anita selama di Jakarta, sebuah upaya rekonstruksi yang ia dengar langsung dari Pendi, suaminya, baik melalui suara di henpon atau sekadar membaca pesan. Raka menyimak khidmat tanpa banyak menyela. Seperlunya saja, itupun jika Sukaesih bertanya dan jawabannya pun pendek-pendek.
Begini penuturan Sukaesih kepada Raka....
Usai memperoleh pinjaman uang darimu, Anita menumpang bus malam untuk sampai di Jakarta. Rupanya ada seorang kenalannya yang bersedia menampung sementara selama ia belum mendapat pekerjaan di sana. Kepada kenalannya itu ia tidak menceritakan niat yang sesungguhnya untuk membalas dendam kepada para lelaki yang telah mengadalinya, melainkan akan mencari pekerjaan.
Karena termakan omongannya sendiri, kenalannya yang janda beranak satu itu benar-benar mencarikannya pekerjaan buat Anita. Pemandu suara di sebuah karaoke menjadi pilihannya. Tidak lain karena kenalannya itu juga bekerja di karaoke yang sama.
Kamu tahu sendirilah, Anitamu itu selain cantik juga juara menyanyi di sekolah, bukan? Nah, banyak pria jatuh hati padanya. Anehnya bukan karena suaranya, tetapi karena kecantikannya, tentu saja. Dia memang punya tubuh sempurna, yang membuatmu susah melupakannya, bukan? Salah satu lelaki yang kepincut itu Mahmud.
Kamu tahu siapa orang ini? Mahmud, maksudku? Dia tidak lain seorang kontraktor kaya, suami seorang pejabat di kementrian urusan perempuan. Dialah pria yang paling royal di antara belasan pria dalam memberi hadiah kepada Anita saat Mahmud nyanyi-nyanyi di karaoke itu.
Selanjutnya kamu tentu bisa menebak, kedekatan Anita dengan Mahmud membuat kenalannya itu jatuh cemburu dan meninggalkannya dengan hati luka. Bagaimanapun, kenalannya itu berharap Mahmud bisa berpaling kepadanya, bahkan bisa menikahinya. Tetapi kamu tahulah, buah yang ranum jauh lebih menarik mata pria manapun, bukan?
Sepeninggal kenalannya itu, Anita tidak harus kesepian. Mahmud yang royal menyewa satu unit apartemen mewah lengkap dengan isinya. Aku sendiri tidak tahu apa itu apartemen. Dunia ada digenggamannya. Kurasa, Anita juga mungkin sudah lupa kepada niat semula; melampiaskan dendamnya.
Singkat cerita, Anita dinikah siri oleh Mahmud. Sampai.... terjadilah peristiwa yang menggemparkan itu....
Sukaesih berhenti sejenak.
“Kau belum boleh berhenti, Esih!” pinta Raka.
“Kukira kamu sudah bisa menerka-nerka kelanjutan cerita Anitamu itu, Raka.”
“Aku bukan dukun yang bisa mengira-ngira.”
Sukaesih melanjutkan dengan membuka percakapan....
“Istri Mahmud, Si Nyonya Pejabat itu, suatu saat melabrak apartemen Anita. Mahmud sedang ada di situ.”
“Hanya soal melabrak... Apanya yang membuatnya menggemparkan?”
“Kamu catat ini; Mahmud membunuh istrinya sendiri yang sedang kalap di apartemen Anita!”
Raka terdiam. Berupaya keras mengunyah kata-kata temannya itu. Anak Esih digendongan menggeliat dan memicingkan mata kecilnya, seakan-akan ingin juga mendengarkan emaknya berkisah.
“Apa yang terjadi dengan Anita setelah itu, Esih?”
“Dia dibui dengan tuduhan bersekongkol membunuh orang, membunuh Nyonya Pejabat! Kamu tahu, betapa gegernya kejadian itu di koran-koran dan televisi. Kamu boleh saja bilang Anita tidak mungkin bisa melakukan pembunuhan, tetapi hukum bicara lain!”
Raka menarik nafas panjang. Ia mengira riwayat Anita sudah tamat di jeruji besi dan tidak akan pernah melihatnya lagi untuk selamanya. Tetapi kelanjutan cerita Sukaesih sungguh mengejutkannya...
“Memang Anita sempat dipenjara. Tetapi akhirnya dilepas kembali karena tidak terbukti bersekongkol menghabisi nyawa orang. Suamiku bilang, Anita cuma dijadikan saksi dan setelah itu dilepas kembali. Pertimbangan lainnya, soal kemanusiaan. Tak perlulah kuceritakan makna kemanusiaan itu kepadamu sekarang, bukan waktunya,” katanya.
Diam-diam, Raka kagum kepada perempuan sekampung yang mahir menyusun kalimat sehingga penuturannya mampu membangkitkan emosi jiwanya.
Raka membayangkan Anita yang labil, Anita yang mudah tertekan dan selalu kesulitan melepaskan tekanan, Anita yang sesungguhnya baru saja sembuh dari keolengan jiwanya. Kalau Anita mampu berpikir jernih dan sampai memberi pesan itu kepada Sukaesih, tentulah ada kekuatan dahsyat yang membuatnya menjadi tidak waras lagi.
Kemanusiaan dan kekuatan dahsyat. Dua misteri yang menantang untuk disibak, tetapi tidak untuk saat ini.
“Jadi.... di mana Anita sekarang, Esih?”
“Kurasa ia sedang dalam perjalanan pulang naik kereta api ekonomi.”
"Kapan sekiranya Anita tiba, Esih?"
"Malam ini, kukira!"
Hening. Setelah sekian lama terjebak dalam diam.
“Baiklah, Esih..." Raka akhirnya memecah keheningan, "Akan kujemput segera Anita malam ini!”
“Kapan kamu akan berangkat ke stasiun?”
“Sekarang juga.”
(Bersambung)
***
Anita Sebelumnya:
[irp posts="1857" name="Merugilah Orang Yang Berlari Kencang Memburu Waktu (Anita 11)"]
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews