Cikeas, tempat kediaman mantan Presiden RI sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono menjadi markas terakhir tempat penggodokan penantang kuat bagi Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta.
Rabu, 21 September 2016 kemarin, pentolan empat partai yang pernah tergabung dalam Koalisi Kekeluargaan alias KoKeluar, berkumpul di Cikeas untuk mengegolkan sepasang bakal calon gubernur dan wakilnya yang diperkirakan mampu menandingi atau setidak-tidaknya mengimbangi Ahok.
Dengan kembali turun gelanggang alias "cawe-cawe"-nya SBY di palagan Pilkada DKI Jakarta, diperkirakan "Perang Bharatayudha" antara SBY versus Juragan PDIP Megawati Soekarnoputri akan terus berlanjut setelah Pilpres 2004 dan 2009 untuk keunggulan SBY. Kini dengan "Cikeas" yang dijadikan simbor perlawanan terhadap Ahok-Djarot yang diusung PDIP, perang sesungguhnya tengah berkecamuk lagi.
Sebelumnya PDIP telah resmi mengusung pasangan Ahok dengan kader PDIP Djarot Saiful Hidayat sebagai wakilnya. Sedangkan empat “partai sempalan” KoKeluar yang merapat ke Cikeas itu adalah PPP, PKB, PAN, dan tuan rumah PD. Kemana tiga anggota KoKeluar lainnya yang tidak hadir di Cikeas?
PDIP yang oleh Bambang Dwi Hartono diseret-seret menjadi anggota KoKeluar tanpa “Restu Ibu” jelas tidak akan hadir karena sudah mengusung Ahok-Djarot, bergabung dengan tiga koalisi partai sebelumnya, yaitu koalisi Golkar, Nasdem, dan Hanura alias KoGanahan.
Sedangkan Gerindra dan PKS sudah kadung mengusung pasangan Sandiaga Uno yang sempat menjomblo cukup lama akhirnya berpasangan dengan kader PKS Mardani Ali Sera. Namun “perkawinan dini” ini belum mendapat restu siapapun, kecuali pentolan PKS tentunya. Prabowo sendiri sebagai Ketua Umum Gerindra belum secara resmi mendukung pasangan yang kemungkinan sudah akan “kawin lari” ini.
Sebagaimana diungkapkan Wakil Ketua Umum PD Syarief Hasan Gerindra dan PKS tidak ikut dalam “Cikeas Idols” di kediaman SBY karena koalisi dua partai alias KoDuapa ini telah menentukan pasangan yang akan diusung untuk Pilkada DKI Jakarta 2017. Sementara PKB, PPP, PAN dan Demokrat yang boleh dibilang Koalisi Empat Partai Sisa alias Koppasis, belum menentukan calon.
Apa yang direncanakan Koppasis adalah membuat “Poros Baru” atau “Poros Alternatif” di luar KoGanahan plus PDIP dan KoDuapa. Empat partai yang tergabung di Koppasis memiliki 28 kursi, sama dengan perolehan kursi PDIP, yang berarti sudah boleh mengusung pasangannya karena minimal kursi 22 boleh mencalonkan pasangan.
Namun tetap saja memutuskan siapa pasangan yang akan diusung bukan persoalan sulit. Kalau dalam “Idols” yang lain keputusan ada di tangan empat juri, di “Cikeas Idols” keputusan berada di tangan SBY.
Nama-nama yang beredar dan naik pentas di “Cikeas Idols” tidak lain nama yang selama ini disebut-sebut, antara lain Yusril Ihza Mahendra, Anies Baswedan, dan Sandiaga Uno.
Namun karena Sandiaga sudah “kawin lari” dengan Mardani Ali Sera, besar kemungkinan nama Sandiaga akan dicoret selaku bakal calon gubernur, kecuali “turun derajat” menjadi sekadar bakal wakil calon gubernur, di mana bakal calon gubernurnya ditentukan oleh Koppasis dengan SBY sebagai penentunya.
Akan tetapi, apa rela boss Gerindra Prabowo Subianto hanya menempatkan kadernya selaku bakal calon wakil gubernur sedang dari sisi perolehan kursi Gerindra memiliki 15 kursi?
Jika semangatnya mencari penantang kuat bagi Ahok-Djarot, meleburnya KoDuapa dan Koppasis sehingga bakal menjadi Koalisi Enam Partai alias KoNampar, bukan hal yang mustahil terjadi. Dua poros besar dengan jumlah kursi 50 di DPRD di Jakarta ini diperkirakan akan menjadi lawan seimbang bagi Ahok-Djarot yang memiliki total kursi 52. Jadi seimbanglah dan bakal seru!
Tinggal dicari saja siapa bakal calon gubernur yang bisa “dijual” dan dikenal publik Jakarta jika Sandiaga rela menjadi sekadar bakal calon wakil gubernur. Sandiaga harus dipaksa berpisah dengan Mardani Ali Sera dari “kawin lari” mereka selama ini.
Jadi siapa bakal calon gubernur hasil “Cikeas Idols” dari Koppasis dengan atau tanpa KoDuapa?
Ketua PAN Zulkifli Hasan kemarin melempar teka-teki sekaligus “hint” bahwa calon yang akan diusung selaku bakal calon gubernur DKI Jakarta adalah nama baru yang bakal mengejutkan wartawan, media, sekaligus publik Jakarta.
Kemudian PepNews! memperkirakan, nama yang “mengejutkan” yang akan diusung Koppasis hasil “Cikeas Idols” itu tidak lain dari Agus Harimurti Yudhoyono yang adalah putra SBY sendiri. Semacam putera mahkotalah, begitu.
Memang benar mengejutkan, setidak-tidaknya mengapa tidak dipilih Edhie Baskoro Yudhoyono, putra SBY lainnya yang jauh lebih dikenal karena posisi selaku politisi papan atas sekaligus pejabat tinggi di PD.
Akan tetapi sesungguhnya yang jauh lebih mengejutkan lagi sebagaimana “petunjuk” Zulkifli hasan adalah jika Koppasis mengusung Ny Ani Yudhoyono selaku bakal calon gubernur DKI Jakarta.
Ini baru benar-benar kejutan!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews