SBY Copot Ruhut Sitompul, Terkait Dukungan ke Ahok?

Senin, 22 Agustus 2016 | 01:05 WIB
0
484
SBY Copot Ruhut Sitompul, Terkait Dukungan ke Ahok?

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mencopot Ruhut Sitompul sebagai juru bicara partai. Untuk selanjutnya mantan Presiden RI yang biasa dipanggil SBY itu akan memimpin langsung tim Juru Bicara Demokrat. Dengan mengangkat diri sendiri, SBY menjadi satu-satunya ketua umum partai politik di Indonesia dan bahkan di dunia yang merangkap juru bicara.

Ketua DPP PD Didik Mukrianto menyebut pencopotan Ruhut sebagai penyegaran pengurus agar kader lain bisa mendapat kesempatan yang sama. Namun alasan Didik tidak sepenuhnya memuaskan rasa penasaran publik. Soalnya, Ruhut meskipun bukan penyanyi termasuk vokalis PD dan sering bicara blak-blakan. Pencopotannya pun tidak didahului "hujan dan angin" politik yang menerpa. Mendadak begitu saja.

Ruhut sendiri beralasan, pencopotan dirinya terkait dengan kerapnya ia bersuara lantang dalam kasus operasi tangkap tangan salah satu kader PD, Putu Sudiartana. Namun kuat dugaan, dicopotnya Ruhut juga terkait sikapnya yang terang-terangan mendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, bahkan ia sempat mengaku sebagai tim sukses Ahok.

Seperti diketahui bersama, PD sampai saat ini belum bersikap mengenai bakal calon gubernur DKI Jakarta. Di level Jakarta, bersama 6 partai lainnya PD memang berkumpul dalam Koalisi Kekeluargaan alias KoKeluar. Namun sejauh itu, KoKeluar belum mengusung bakal calonnya, apalagi nama yang diusulkan PD. Sebagai peraih kursi yang tidak dominan, PD cukup bisa menahan diri untuk tidak bergenit-genit mengusung sendiri calonnya.

Dalam banyak kesempatan, tanpa tedeng aling-aling Ruhut memang mendukung Ahok sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta yang kini mendapat restu Megawati Soekarnoputri berpasangan dengan Djarot Saeful Hidayat. Bahkan Ruhut mengaku telah menyampaikan sikapnya itu kepada SBY. Menurut Ruhut, SBY merespons positif sikapnya sebagai bentuk komunikasi politik.

Tetapi itu menurut Ruhut, belum tentu menurut SBY dan para petinggi partai PD. Boleh jadi, dicopotnya Ruhut itu justru terkait dukungannya terhadap Ahok secara PD diam-diam akan menyorongkan sendiri calonnya.

Siapa tahu Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas adalah jago yang dielus-elus partai berlambang "mercy" ini untuk maju ke gelanggang.

Dikabarkan, pencopotan Ruhut oleh SBY itu disampaikan melalui pesan khusus sebagai berikut;

1. Tetap aktif dan kritis di Komisi III DPR. Terutama dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Serta komunikasi aktif dengan Ketua Fraksi Partai Demokrat.

2. Lebih aktif dalam jabatan di DPP sebagai koordinator Polhukam.

3. Mengimplementasikan sikap politik Partai Demokrat Non blok, tak masuk koalisi. Dukung kebijakan pemerintah yang prorakyat.

4. Menyangkut isu politik yang sangat sensitif dan berkaitan posisi Partai Demokrat harus lebih memahami posisi Partai Demokrat.

5. Saya berharap Ruhut Sitompul tetap kritis dan aktif dengan sikap kebijakan ketua umum. Jika ada yang ingin dikonfirmasikan agar langsung menghubungi ketua umum atau sekretaris jenderal dan ketua fraksi DPR RI.

6. Untuk dilaksanakan dan Sukses Selalu.

Dari enam pesan yang ditandatangani langsung oleh SBY itu jelas, pesan ke-4 merupakan "pesan mematikan" yang membuat Ruhut sulit membela diri, yakni; "Menyangkut isu politik yang sangat sensitif dan berkaitan posisi Partai Demokrat harus lebih memahami posisi Partai Demokrat". Kalimat kuncinya adalah "isu politik yang sangat sensitif".

Mendukung Ahok atau siapapun bagi PD adalah isu sensitif, mengingat sampai kini PD masih "wait and see" sebagai strategi partai. PD tidak mau terburu-buru, termasuk dalam hal memilih teman koalisi. Bahwa politisi PD di level Jakarta masuk KoKeluar, PD tingkat pusat belum bersikap, apalagi dalam hal pencalonan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Tinggallah Ruhut sendiri. Kemana dia akan melangkah dan apa yang akan dikatakannya, selalu "seksi" dan menarik minat media untuk memuatnya, meski kadang tidak ada isinya. Setidak-tidaknya "sinyal" politik selalu terpancar dari pernyataan ceplas-ceplosnya dan itu lebih baik dari pernyataan "dukun politik" seperti Permadi yang kini sudah jarang terdengar ramalannya.

**