Dengan perpaduan antara elemen fantasi dan realitas politik, Pedang Api Mahameru berhasil menempatkan Roby Irzal Maulana sebagai salah satu penulis Indonesia yang mampu menghadirkan kritik sosial melalui karya sastra yang mendalam.
Roby Irzal Maulana kembali menggebrak dunia literasi dengan karya terbarunya, Pedang Api Mahameru. Novel ini mengangkat tema yang kental dengan intrik politik dan konspirasi di antara para penguasa, mencerminkan ketegangan yang sering kali terjadi di balik layar pemerintahan. Dalam balutan cerita fiksi epik, Maulana menghadirkan kisah penuh teka-teki dan pengkhianatan yang merefleksikan dinamika kekuasaan yang sering tersembunyi dari pandangan publik.
Mengambil latar di sebuah kerajaan fiktif yang kaya akan sejarah dan budaya, Pedang Api Mahameru menyoroti perebutan takhta dan pengaruh di antara elite politik. Pedang legendaris Mahameru, yang dianggap memiliki kekuatan luar biasa, menjadi simbol kekuasaan yang diperebutkan oleh berbagai pihak. Namun, lebih dari sekadar konflik militer, novel ini mengupas tuntas intrik, aliansi rahasia, dan pengkhianatan yang sering kali terjadi di kalangan penguasa.
Roby Irzal Maulana mengakui bahwa inspirasi utama novel ini datang dari pengamatannya terhadap berbagai konspirasi politik di dunia nyata. "Meski ceritanya fiksi, banyak elemen dalam novel ini yang bisa kita lihat relevansinya dengan kejadian politik masa kini, baik di dalam negeri maupun secara global," ungkapnya dalam sebuah wawancara. Menurutnya, pertarungan kekuasaan selalu melibatkan taktik licik dan permainan strategi yang rumit, sesuatu yang ia cerminkan dengan jelas dalam setiap bab novel ini.
Penggunaan tokoh-tokoh yang kompleks dan jalan cerita yang penuh kejutan membuat Pedang Api Mahameru mendapatkan perhatian khusus dari pembaca, terutama mereka yang tertarik pada politik dan sejarah. Novel ini juga mengundang diskusi mengenai bagaimana kekuasaan sering kali disalahgunakan demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, meskipun bersembunyi di balik kedok "kepentingan rakyat."
Dengan perpaduan antara elemen fantasi dan realitas politik, Pedang Api Mahameru berhasil menempatkan Roby Irzal Maulana sebagai salah satu penulis Indonesia yang mampu menghadirkan kritik sosial melalui karya sastra yang mendalam.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews