Mengapa Orang Tak Mau Konsultasi Meski Keadaan Psikologis Memburuk?

Mampu bertahan sampai sejauh ini adalah bukti bahwa kita memang kuat. Tapi kuat bukan berarti tidak pernah memerlukan bantuan.

Jumat, 11 Oktober 2019 | 06:04 WIB
0
444
Mengapa Orang Tak Mau Konsultasi Meski Keadaan Psikologis Memburuk?
Ilustrasi depresi (Foto: Beritagar.id)

Jika ada orang yang tidak mau berkonsultasi psikologis walaupun dia tahu dia sedang butuh, walaupun layanan kesehatan mental sekaligus obatnya sudah sepenuhnya ditanggung JKN (BPJS-KIS) dan layanannya sudah sangat tersebar di banyak puskesmas, rumah sakit, atau kampus-kampus yang ada fakultas psikologinya...

Maka itu karena ketiadaan rasa percaya.

Antara skala 1-10, jika kau bertanya seberapa tahu orangtuaku tentang diriku, mungkin 4. Sedangkan (mantan) pacar atau teman-teman dekatku mungkin 6 (untuk alasan-alasan tertentu, beberapa hal memang tak bisa kubagi dengan orangtua). Sedikit, ya?

Tapi ada yang tahu sampai angka 8. Mereka adalah para profesional kesehatan mental yang pernah aku kunjungi, seperti konselor, psikolog, atau dokter jiwa.

Masyarakat memiliki stigma bahwa yang pergi untuk meminta bantuan profesional adalah orang gila atau orang lemah yang tak bisa menolong dirinya sendiri.

Yang benar adalah, butuh keberanian sangat besar untuk mengekspos diri kita yang seutuhnya di depan manusia lain. Tak semua sanggup "telanjang", membuka diri, diasesmen, baru bisa ditolong (diintervensi). Proses itu menghancurkan segala topeng sosial yang kita bangun demi diterima atau disukai.

To be completely vulnerable to another human being takes tremendous amount of courage.

Tak salah. Wajar saja kalau kita memilih terus bertahan dalam kondisi yang kacau daripada harus menanggung ketidaknyamanan sesaat. Memang sulit kok untuk mempercayai orang.

Tapi itulah poinnya: percaya.

Perbaikan diri berpijak di atas rasa percaya. Sulit, sulit sekali untuk menolong orang yang percaya bahwa tidak ada kekuatan lebih besar yang sanggup menolongnya-- atau menganggap bahwa tidak ada pihak lain lagi yang lebih tahu dan bisa memahami dia selain dirinya sendiri.

Bagaimana cara menolong orang yang menganggap dia paling kuat? Sulit.

Untuk bisa ditolong, kita harus percaya bahwa orang bisa menolong kita, bahwa kita bisa tertolong.

Mampu bertahan sampai sejauh ini adalah bukti bahwa kita memang kuat. Tapi kuat bukan berarti tidak pernah memerlukan bantuan.

Selamat memperingati hari kesehatan mental sedunia 10 Oktober! 

Asa Firda Inayah, Mahasiswi Psikologi

***