Mexico, Why Not?

Pengalaman aku selama di Mexico benar-benar di luar my expectation, mereka tidak seperti yang di beritakan di media, mereka sangat religious, sangat optimist.

Minggu, 29 September 2019 | 17:07 WIB
0
434
Mexico, Why Not?
Guanajuato city[photo:IG gtomeconquista]

To be honest mengunjungi Mexico tidak termasuk dalam my bucket list, walau  disana ada banyak World Heritage  yang layak untuk di kunjungi tapi menurut informasi mbah google  Mexico termasuk salah satu negara yang tidak aman untuk female traveller dengan  reputasi buruk nya seperti criminal record, drug cartels dan pembunuhan, woman trafficking dan lainnya.

Saat akhirnya aku memutuskan mengunjungi Mexico city karena saat itu aku berada di Miami kebetulan  berbarengan dengan Hurricane  yang melanda wilayah Florida, instead of menikmati Hurricane di Miami aku pilih menikmati Mexico.

Dengan bermodalkan Visa USA aku memasuki Mexico city, perasaan yang campur aduk antara ngeri-ngeri seru, karena begitu banyak informasi negatif tersimpan di kepala ku,  aku hanya bisa berdoa semoga semua nya lancar.

Tiba di Mexico city malam hari, aku dijemput oleh teman ku Carlos, dia asli Mexican, mahasiswa jurusan artistek, dengan perawakan yang mirip dengan Pria di Indonesia, tinggi badan sedang , kulit sawo matang dan rambut hitam,  dia menjemput aku dipintu kedatangan dengan sign board besar bertuliskan “Bienvenido a Mexico Hermosa “ wow what a sweet welcome signs, dengan senyumnya yang lebar dia langsung menyapa aku dengan kata-kata pertama nya adalah, “Hola Diana, don’t worry I will take care of you.”

Melihat senyum genuine nya  rasa takut dan cemas berlangsung sirna. Pintar sekali Carlos membuka percakapan dan membuat suasana menjadi santai dan nyaman, sepanjang perjalanan dari airport menuju rumahnya lumayan lama sekitar satu jam lebih tidak terasa karena asik mendengarkan cerita-cerita lucunya.

Carlos tinggal di rumah yang lumayan besar bersama ke lima  temannya, mereka satu kampus, mostly mereka berasal dari kota yang berbeda lalu patungan untuk sewa rumah, mereka punya kamar sendiri-sendiri dan aku di perbolehkan tidur di kamar Carlos sedangkan Carlos tidur di sofa di ruang tamu yang cukup besar. So gentlemen.

Setelah dikenalkan oleh semua penghuni rumah aku ijin untuk mandi, selesai mandi  aku ke ruangan tamu disana sudah ada  taco dan Birria (sejenis semur yang terbuat dari daging domba dan rasa nya spicy], mereka yang memasak,  penyambutan yang beyond my expectation ni, entah karena lapar atau karena aku terbawa suasanya membuat makan malam saat itu sangat seru dan yummy.

Aku pun menawarkan diri untuk memasak makanan Indonesia dengan menu andalan : Indomie Goreng dan the magic sauce “Belibis”, setelah matang aku sajikan di meja makan, dan geli rasanya melihat mereka berebut mie goring tersebut, mereka bilang wah ternyata kamu jago masak dan enak pula dan saus belibis seketika menjadi favourite mereka, aku tertawa dalam hati hahaha.

Kalau diperhatikan rumah-rumah disana mirip seperti rumah-rumah di Jakarta yang berada  di daerah kota, pagar rumah yang tinggi dan nyambung dengan terali besi diatas pekarangan, dengan teraris besi di semua kaca, mirip seperti penjara,  aku bertanya kenapa kok gaya rumahnya seperti itu, kata Carlos karena tingkat criminal seperti perampokan sangat tinggi.

Keesokan hari nya Carlos menyempatkan diri menemani aku untuk sightseeing, dengan menggunakan motor kita ke beberapa non tourist spot seperti: Calle Donceles, tempat untuk Literature Lovers , disana menjual buku-buku bekas yang sudah lama, buku langka.

Itu salah satu benefit tinggal dengan local people, mereka dengan senang hati menemani aku mengunjungi spot-spot yang biasa di kunjungi oleh mereka yang so pasti non tourist spot.

Tak terasa sehari penuh kita menghabiskan waktu disana, lalu Carlos mengajak aku makan di food street dengan traditional Mexican food di iringi oleh group pengamen yang memakai custom tradional plus Mexican hat Sombrero nya, seru dan yummy campur menjadi satu, makan malam yang indah sangat berkesan.

Guanajuato

Esok hari nya aku ditemanin oleh teman Carlos  yaitu Miguel karena Carlos berhalangan,  kami  menuju ke Guanajuato salah satu Unesco  World Heritage menggunakan bus ditempuh selama 6 jam.

Tiba disana malam hari aku langsung takjub melihat pemandangan kota yang sangat cantik, tenang dan vintage, perpaduan warna warni rumah-rumah di atas bukit dan kilatan lampu dimalam hari membuat aku jatuh cinta seketika, kondektur bus dan pak sopir pun sangat ramah, semua orang dengan ramah menyapa “hola de donde eres”? Mostly mereka mengira aku berasal dari Taiwan atau Japan, hmm masa sih, anyway keramahan mereka tidak kalah lo dengan kita, dan hal itu yang membuat aku sangat nyaman.

Rasanya lima  hari tidak cukup untuk menikmati indahnya kota Guanajuato, buat aku Guanajuato sangat cocok untuk long stay travellers dan untuk yang ingin mengambil Spanish class. Hasrat hati ingin lebih lama disana tapi sayang aku harus meninggalkan one of the most beautiful city in Mexico untuk melanjutkan ke next destination.

Juarez

Walaupun hampir semua teman-teman aku {non Mexican]  tidak setuju aku mengunjungi one of the most dangerous city in the world akan tetapi rasa ingin tahu aku jauh lebih besar, lagi pula who knows, siapa tahu Juares tidak seburuk yang diberitakan media, we will never know if we never try, plus aku ditemani oleh Miguel, aku percaya jika niat baik Insya Allah aman. Bismilah.

Perjalanan dari Guanajuato ke Juarez ditempuh selama 18 jam dengan bis, jalanan disana tidak sebagus dan semulus di Jakarta, tidak ada aturan baku yang diterapan untuk penggunaan jalan tol,  tidak ada privilege untuk jenis kendaraan,  jadi kebayang ngeri nya melihat pengendara sepeda mengayuh sepeda nya disamping bis yang berjalan dengan kencang di jalan tol.

Sedikit info mengenai Juarez

Juarez merupakan kota perbatasan Mexico dengan US, juga disebut sebagai “murder city” tercatat sebagai salah kota dengan tingkat pembunuhan tertinggi di dunia, kota yang sarat dengan perdagangan narkoba, cartel, pemerkosaan dan perdagangan manusia, dengan reputasi buruk yang super komplit menjadikan kota ini seperti kota pembantaian didunia, dikota ini semua orang bisa melakukan apapun tanpa ada hukuman.

Miguel bilang factor utama yang menyebabkan Juarez menjadi kota paling berbahaya didunia adalah tidak balance nya antara pertumbuhan manusia dengan perkembangan ekonomi, hal ini menjadikan banyak nya pengangguran, anak-anak tumbuh di jalanan tidak bersekolah, tidak ada nya lowongan pekerjaan, penjualan narkoba dan  pembunuhan menjadi hal yang sangat biasa disana.

Akan tetapi dari tahun ketahun Juarez berbenah diri dan tentunya ada campur tangan Amerika terutama untuk sector ekonomi sangat berperan penting untuk perubahan kota tersebut.

Terlepas dari semua label buruk yang menempel pada Juarez, ternyata banyak juga orang –orang yang berhati baik yang aku temukan, seperti ketika aku tiba-tiba pusing karena dehidrasi dan kehausan karena cuaca yang sangat panas dan saat itu Miguel terpaksa meninggalkan aku untuk mencari minuman.

Aku duduk dijalan sendiri menunggu tiba-tiba ada seorang pria yang bertanya apa aku baik-baik saja, lalu aku bilang aku haus sekali dan perlu minum, dia bilang “wait a minute I will get something for you” tak lama dia kembali dengan membawa satu cup berisi kopi dan roti, wah baik ya, lima menit kemudian Miguel datang membawa 2 botol air mineral.

Walaupun image kota Juarez sangat menyeramkan akan tetapi  banyak spot yang layak dikunjungi seperti Kentucky club yang terkenal sebagai tempat favourite untuk pasangan yang ingin melakukan “quickie divorce”, setiap hari minggu jam 11 am ada pagelaran Matachines dance, buat aku yang paling aku suka  di Juarez adalah tidak banyak turis berlalu lalang.

Secara keseluruhan pengalaman aku di Juarez seru dan aman, tidak seperti  yang diberitakan di media, bukan berarti ketika aku disana tidak ada kejahatan sama sekali, aku melihat turis di rampok di depan ku  akan tetapi itu disebabkan karena si turis yang terlihat bourjois dengan tas dan jam tangan mewahnya.

Jika berkunjung ke satu kota yang sudah menjadi rahasia umum kota tersebut berbahaya maka sebaiknya berpenampilan sederhana, itu yang aku lakukan tiap kali berpergian ke negara-negara yang tidak aman, aku  selalu berpakaian mengikuti gaya wanita setempat, yang membuatku  merasa  menyatu dengan mereka. 

Mexicans versi aku

Pengalaman aku selama di Mexico benar-benar di luar my expectation, mereka tidak seperti yang di beritakan di media, mereka sangat religious, sangat optimist, contohnya walaupun mereka tidak suka dengan government, aturan yang berlaku dan korupsi tingkat dewa, akan tetapi mereka tetap optimis dan yakin terhadap pemimpin mereka untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, mereka murah senyum dan senang berguyon dengan sesama, sangat helpful, dan hobi menonton TV khususnya sinetron.

From my perfective Mexico is not what Mexico is actually like. In fact, the real Mexico is so different that you’ll be stunned. So if someone ask me is it safe to go to Mexico and my answer is Definitely Yes

***