Sesungguhnya ia hanyalah seorang profesional dalam arti sesungguhnya. Ia akan tampil dan berbicara sesuai permintaan.
Somad ceramah. Ditanya soal salib. Dia bilang ada jin di sana. Somad melecehkan simbol agama lain. Meski salib juga sebetulnya bukan lambang iman. Sebab dulu, kayu berbentuk silang itu digunakan untuk menghinakan. Bukan untuk memuliakan.
Ketika dia bicara soal salib, saya tidak melihat dia sedang mengajarkan ilmu pada jemaahnya. Tidak juga menasehati dengan hikmah. Apalagi mencontohkan dengan ahlak. Lelaki itu hanya mencela sesuatu yang dibencinya dari atas mimbar agama.
Somad bicara tentang apa yang mau didengar jemaahnya. Sekali waktu, di depan orang-orang HTI, ia malah menghina Kanjeng Nabi. Demi menyenangkan hati pada pengasong khilafah itu.
"Nabi itu belum bisa menegakkan Islam yang rahmatan lil alamin," ujarnya.
"Untuk keluarganya, Nabi bisa mewujudkan Islam rahmatan lil alamin. Tapi bukan untuk semua. Nabi tidak mampu mewujudkan khilafah di seluruh dunia."
Dan orang-orang Hizbut Tahrir tepuk tangan. Somad menipu mereka bahwa mereka lebih hebat dari Rasulullah. Sebab HTI berniat menegakkan khilafah seluruh dunia. Sementara Rasulullah baru bisa menegakkan aturan sosial di Madinah dan Mekkah.
Bayangkan. Jangankan agama lain. Nabinya sendiri tidak lepas dari ketajaman mulut Somad. Dan juga kekerdilan fikirannya.
Jadi ketika saya mendengar ceramah Somad yang melecehkan salib, kita makkum. Dia memang bukan penceramah agama. Dia hanya orang yang disewa untuk bicara apa yang mau didengar jemaah. Bukan bicara apa yang mestinya penting disampaikan.
Sekali waktu, di depan pejabat ia juga pernah bicara. "Jika pengajian membuat kamu membenci orang. Jika pengajian merusak ukhuwah. Maka 2019," ujarnya lantang. "Kamu harus ganti pengajian."
Pejabat yang mendengarnya tersenyum. Manggut-manggut. Ini ceramah yang sejuk dan membawa persatuan.
Tapi kali lain, ia mencela-cela orang yang berbeda. Menggesek rasa persatuan hingga terpercik.
Kali lain ia tampil meng-endorse Prabowo. Ia memang diplot untuk menjadi seorang marketing saat itu. Dan sesungguhnya ia hanyalah seorang profesional dalam arti sesungguhnya. Ia akan tampil dan berbicara sesuai permintaan.
Ketika jemaah Ansor sering menghadangnya, ia datangi Habib Lutfi. Seolah bertakzim pada Kyai besar dari NU itu. Agar usaha Somad sebagai profesional penampil agama tidak terganggu oleh Ansor.
Tujuan Somad hanya memuaskan pendengar. Memuaskan orang yang menanggapnya. Bukan mau menasehati jemaah dengan hikmah.
Singkatnya dia cuma seorang penghibur. Seorang entertainer. Gak lebih.
Jadi kalau Somad bicara soal salib dengan cara melecehkan, saya sih, biasa saja. Sebel, emang iya. Orang-orang seperti ini hanya mengikuti arus. Jangankan salib, Nabi Muhamad juga direndahkan kok. Gak usah kaget.
"Mas, kalau manggil Somad untuk melecehkan HTI, bisa kali ya?" tanya Abu Kumkum.
Coba aja...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews