Keseriusan Hanung untuk meramu mantra "make belief" medium film untuk roman "Bumi Manusia" patut dipuji.
Semalam saya sempat menonton film "Bumi Manusia" arahan sutradara hebat Hanung Bramantyo. Filmnya berdurasi 3 jam 1 menit. Saya baru selesai nonton jam 01.00 lewat tengah malam.
Saya suka. Terharu, karena selain plot kisahnya memang sarat emosi. Juga karena akhirnya buku pertama dari tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer ini bisa diangkat ke layar bioskop.
Buku adalah bentuk produk Media Massa tertua sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Disusul koran, majalah, radio, film, televisi, dan rekaman musik. Ketika itu media massa belum digital atau masih analog sehingga lazim disebut Media konvensional atau Old Media. Begitu muncul Media Baru yang digital dan berbasis Internet, maka kejayaan Media Lama mulai memasuki senja kala.
Betapapun, penerbitan buku masih ada. Begitu pula penerbitan koran/majalah cetak, walaupun sudah lewat masa jayanya. Film justru menunjukkan kebangkitan kembali, baik produksi luar maupun dalam negeri.
Film "Bumi Manusia" salah satunya, yang dirilis berbareng film "Perburuan" (dari novel Pramoedya juga, arahan sutradara Richard Oh) tanggal 15 Agustus lalu. Ini sungguh penghargaan kepada Pram, sastrawan Indonesia yang banyak dipuji pengamat dalam dan luar negeri.
Keseriusan Hanung untuk meramu mantra "make belief" medium film untuk roman "Bumi Manusia" patut dipuji.
Tentu ada siasat komodifikasi dengan casting memasang Iqbal Ramadhan sebagai Minke. (Iqbal sukses memerankan Dilan dalam film remake "Dilan 1991".) Dan mengajak penonton ikut menyanyikan lagu "Indonesia Raya" pada awal film, serta lagu "Ibu Pertiwi" yang dinyanyikan Iwan Fals pada akhir film.
Beberapa adegan film "Bumi Manusia" menunjukkan kerja para wartawan dan penerbit koran. Termasuk Minke yang menjadi penulis kolom opini.
Jika di buku "Bumi Manusia" tokoh Minke belum diungkapkan nama dan sosok aslinya, maka di film arahan Hanung ini disebutkan bahwa Minke adalah Raden Mas Tirto (Adhi Soerjo), putra Bupati Blora.
RM Tirto Adhi Soerjo alias Minke (panggilan olok-olok yang sebenarnya merendahkan) adalah sosok "Sang Pemula" yang ditulis juga sebagai buku oleh Pram. Tirto adalah perintis pers Indonesia dan wirausaha (pendiri Serikat Dagang Islam) sekaligus pembuka jalan bagi lahirnya Nation bernama Indonesia.
Masih dalam suasana HUT ke 74 Kemerdekaan Republik Indonesia, film "Bumi Manusia" teramat sayang jika kita lewatkan menontonnya. Juga bukunya layak dibaca dan dikoleksi. Tak perlu takut dirazia Kejaksaan Agung dll.
Kita justru perlu berbangga, di alam Indonesia Merdeka pernah ditulis (dengan teramat susah payah) buku dan film tentang salah satu Bapak Bangsa Indonesia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews