Politik dan Agama Berkelindan dalam Perjuangan "Passion" Kemanusiaan

Dalam perkembangannya, putra-putra mahkota yang tak sabar menanti giliran berkuasa lebih tertarik menganut paham Siwais yang lebih mendukung perubahan/pembaruan.

Senin, 29 Juli 2019 | 19:08 WIB
0
390
Politik dan Agama Berkelindan dalam Perjuangan "Passion" Kemanusiaan
Paul MIchel Munoz (Foto: EDMbooks.com)

Bagaimana kita menjadi penduduk negeri ini? Baiklah, hari ini saya membaca ulang buku "Early Kingdoms: Indonesian Archipelago & the Malay Peninsula," karya Paul Michel Munoz (2016). Zaman pra-sejarah Nusantara, kepulauan Indonesia-Malaysia sudah dihuni oleh dua kelompok penduduk;

1. Australo- Melanesoid, pendatang dr Afrika Timur yang sudah menetap sejak zaman es terakhir (sekitar 50 ribu SM). Setelah zaman es, kelompok ini berdiversifikasi jadi Veddoids, Negritos, dan Papua-Melanesia.

2. Austronesia (Malayo-Polynesia) dari Asia Tenggara/Timur, yang tersebar di kepulauan Nusantara sekitar 3.500 SM.

Sebagai perantau dan penjelajah di lautan, kelompok Austronesia hidup dengan budaya pesisir yang egaliter dan demokratis. Hidup dlm satuan keluarga (marga), dimana produksi dikerjakan semua untuk kepentingan semua, dengan institusi musyawarah dlm mengambil keputusan. Beberapa keluarga berdekatan membentuk entitas kesukuan.

Dengan terbukanya lalu lintas perdagangan dengan China Selatan (sejak 2000 SM), dan dengan India (sejak 400 SM), kelompok-kelompok suku mulai terkonsolidasikan sebagai kekuatan politik. Namun, dengan tradisi egalitarianisme, perluasan pengaruh kekuatan suku itu jarang mengarah pada penaklukan militer thd suku yang lain.

Peningkatan kekuatan ekonomi mengarah pada ambisi perluasan pengaruh. Demi mendapatkan kesetiaan dari suku-suku lainnya, kepala-kepala suku yang kuat merasa perlu mendapatkan legitimasi teologis.

Dalam konteks itu, mereka tertarik mengadopsi keyakinan keagamaan dari India yang melegitimasi raja sebagai representasi keilahian. Maka sejak abad pertama masehi, muncullah kerajaan-kerajaan awal di Nusantara, dengan corak Indianisasi.

Persaingan antara pengaruh Hindu dan Buddha di India menjalar dalam bentuk pendirian kerajaan-kerajaan bercorak Hinduisme dan Buddisme di kepulauan ini. Dalam konteks Hinduisme, kerajaan awal di Nusantara banyak yang menganut paham Wisnuis (yang lebih menopang pemeliharaan/ kemapanan/ stabilitas).

Dalam perkembangannya, putra-putra mahkota yang tak sabar menanti giliran berkuasa lebih tertarik menganut paham Siwais (yang lebih mendukung perubahan/pembaruan).

Demikianlah, sejak zaman baheula, politik dan agama berkelindan dalam perjuangan passion kemanusiaan.

***