Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan agar Presiden ke-7 Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana pulang ke Solo dengan pesawat Boeing 737-800 TNI Angkatan Udara dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dan dikawal oleh delapan pesawat tempur.
Selalu Ada yang Pertama...Pada masa Orde Baru (1967-1998), tidak pernah ada jalan keluar yang indah bagi wakil presiden pada saat masa tugasnya berakhir. Berbeda dengan Presiden (dalam hal ini, Presiden Soeharto) yang setiap lima tahun sekali terpilih kembali sebagai Presiden, untuk lima tahun berikutnya. Mulai dari tahun 1968-1973, tahun 1973-1978, tahun 1978-1983, tahun 1983-1988, tahun 1988-1993, tahun 1993-1998, hingga tahun 1998. Dengan demikian, Soeharto selalu diperlakukan sebagai presiden, setiap kali masa jabatannya berakhir.
Berbeda dengan wakil presiden, pada saat jabatan diserahterimakan kepada wakil presiden baru, maka wakil presiden yang lama langsung ditinggalkan sendirian. Hal itu dialami oleh Wakil Presiden Sultan Hamengku Buwono IX (1973-1978), Wakil Presiden Adam Malik (1978-1983), dan Wakil Presiden Umar Wirahadikusuma (1983-1988). Namun, karena ketiga wapres tidak mengungkapkan apa yang mereka alami setelah jabatan wapres diserahterimakan kepada penggantinya, maka tidak ada memperhatikan, atau bahkan membahasnya.
Berbeda dengan Wakil Presiden Sudharmono (1988-1993), ia mengisahkan apa yang dialaminya, ”Pada tanggal 11 Maret 1993 malam, saat serah terima jabatan wakil presiden dilakukan, ketika berangkat dari rumah, saya masih mendapatkan perlakuan protokoler lengkap, dengan konvoi, pengawal, ajudan, dan menggunakan mobil kepresidenan yang memakai nomor polisi RI 2. Akan tetapi, ternyata ketika pulang ke rumah, saya sendirian.”
Menurut Sudharmono, ”Konvoi sudah tidak ada, para ajudan yang mengiringi tidak ada, ajudan lain sudah bergabung dengan para ajudan wakil presiden yang baru (dalam hal itu, Wakil Presiden Try Sutrisno) menuju kediaman resmi Wakil Presiden. Muncul pergolakan aneh dalam diri saya… Tiba-tiba saya sendirian.”
”Saya berpikir, seharusnya kan tidak begitu… Wakil presiden yang telah diganti pun masih harus mendapatkan perlakuan protokoler lengkap, dengan konvoi, pengawal, ajudan, dan mobil kepresidenan sampai kembali ke kediaman pribadi. Hanya saja nomor polisinya nomor biasa, bukan lagi RI 2. Jadi berangkat dari rumah sebagai wakil presiden, dan kembali ke rumah dengan status wakil presiden. Setelah sampai di rumah kembali, barulah ia menjadi warga negara biasa.”
Ini, kata Sudharmono adalah salah saya. Sebagai Menteri Sekretaris Negara (1983-1988), saya tidak memperhatikan hal tersebut. Baru setelah mengalaminya sendiri, saya merasa bahwa seharusnya tidak begitu, Itu sebabnya, peraturan tentang hal itu diperbaiki.
Dan, ketika jabatan wakil presiden diserahterimakan, Try Sutrisno (1993-1998) sudah mengikuti peraturan yang baru. Demikian juga, Jusuf Kalla (2004-2009), Boediono (2009-2014), Jusuf Kalla (2014-2019), dan Ma’ruf Amin (2019-2024).
Sementara itu, Wakil Presiden B.J. Habibie (1998) diangkat menjadi Presiden, 21 Mei 1998. Demikian juga, Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri (1999-2001) diangkat menjadi Presiden, 23 Juli 2001.
Presiden Soeharto pun setelah mengundurkan diri tetap diperlakukan sebagai presiden hingga ia tiba di kediaman Jalan Cendana.
Demikian juga, Presiden B.J. Habibie ke kediaman di Patra Kuningan, Presiden Abdurrahman Wahid di Ciganjur, Presiden Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar dan kemudian di Kebagusan, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas.
Presiden Joko Widodo berbeda karena setelah serah terima 20 Oktober 2024 di Istana Merdeka, ia berniat pulang ke Solo. Ini belum ada presedennya. Tidak seperti presiden-presiden sebelumnya yang pulang ke rumah masing-masing di Jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan mobil kepresidenan. Bahkan, sempat ada pembicaraan bahwa Presiden ke-7 Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana akan pulang ke Solo menggunakan pesawat komersial dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma.
Namun, Presiden Prabowo Subianto sangat cermat. Masak sih naik naik pesawat komersial? Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan agar Presiden ke-7 Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana pulang ke Solo dengan pesawat Boeing 737-800 TNI Angkatan Udara dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dan dikawal oleh delapan pesawat tempur.
Bukan itu saja, Presiden Prabowo Subianto pun mengantar Presiden ke-7 Joko Widodo dari Istana Merdeka ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Keduanya duduk bersama di dalam mobil kepresidenan MV3 Garuda Limousine putih. Itu belum semua, Presiden Prabowo Subianto pun memerintahkan Panglima TNI Jenderal Agus Subianto dan Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo untuk mengantar Presiden ke-7 Joko Widodo hingga ke Solo.
Ini adalah yang pertama kali dilakukan oleh presiden pengganti kepada pendahulunya, tidak ada presedennya. Namun, dalam kehidupan, selalu ada yang pertama…
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews