Ajarkan Anak tentang Toleransi

Setiap keputusan yang diambil oleh orang tua akan membentuk karakter dan keberanian untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan yang sudah ada.

Minggu, 20 Juni 2021 | 09:08 WIB
0
303
Ajarkan Anak tentang Toleransi
https://pixabay.com

'Ajarkan Anak Tentang Toleransi"

Secara etimologi, toleransi berasal dari bahasa latin, 'tolerare' yang artinya sabar dan menahan diri. Sedangkan secara terminologi, toleransi adalah sikap saling menghargai, menghormati, menyampaikan pendapat, pandangan, kepercayaan kepada antar sesama manusia yang bertentangan dengan diri sendiri.

Jika anak dipukul teman mainnya. Apa yang Anda sarankan pada anak agar tidak terjadi kekerasan dan pembulian padanya. 

1. Jika anda sebagai orang tua menyarankan anak untuk diam saja, artinya anda mengajarkan membernarkan tetap mengakui kekerasan atau perilaku buruk dan kekeliruan orang lain terhadap anak sendiri.

Dampaknya

Di kemudian hari, anak akan menganggap bahwa perlakuan buruk orang lain terhadap sesama dan dirinya adalah sesuatu yang wajar, akhirnya anak tidak percaya diri dan merasa memang layak diperlakukan seperti itu, hal ini tentu akan membunuh karakter dan keberanian untuk membela sudah tidak ada padanya.

Selain itu, anak dapat tumbuh sebagai pribadi yang terbiasa dengan kekerasan, dendam, marah, emosi yang tidak stabil dan berdampak negatif, sehingga gampang diperlukan oleh teman sebayanya.

2. Jika sebagai orang tua menyarankan anak untuk membalas dengan memukul temannya, artinya sebagai orang tua telah mengajarkan anak untuk menggunakan kekerasan, agresif, barbar, intoleransi. Agar anak mampu menyelesaikan masalah dengan cara membalas dendam bukan dengan cara memaafkan, maka tidak akan menemukan titik perdamaian.

Dampaknya:

Anak akan memakai kekerasan untuk menyelesaikan segala persoalan atas apa yang terlah berada dalam benaknya untuk mencapai tujuan, masih juga dengan kekerasan. 

Sebagai orang tua sebaiknya apa yang harus di lakukan?

A. Melatih anak untuk berani berkata pada siapapun, di manapun keadaan tidak memungkinkan. Selalu memiliki komitmen bahwa si anak tidak mau ikuti konflik yang berkepanjangan, karena itu salah dan sebaiknya stop melakukan, karena saya tidak menyukai hal itu.

B. Melatih anak untuk tidak ikut campur urusan teman-teman agar tidak menimbulkan konflik yang berujung pada kekerasan verbal dan nonverbal. Jika terjadi konflik, sebaiknya menghindari hal-hal yang akan merugikan dirinya sendiri, jika terpancing dengan omongan kasar, cacian, ocehan, kata-kata bersifat provokatif .

C. Segera melaporkan kepada orang-orang dewasa di sekitar lingkungan, atau mencari perlindungan pada pihak keamanan, misalkan satpam, RT/RW, kantor desa, polisi agar terlindung dari kejahatan.

D. Jika berada di sekolah segara laporkan pada guru kelas, kepala sekolah. lingkungan rumah, maka segera laporkan pada orangtua. 

E. Ajarkan anak untuk berkata benar, jika ia mengalami kekerasan, atau di ancam oleh teman-temannya dan memberikan informasi yang akurat, jangan berlebihan.

F. Ajarkan anak tetap waspada, meski masalah yang perna ia hadapi sudah diselesaikan, tetapi bisa saja ada unsur dendam yang berkepanjangan.

3. Ajak anak-anak untuk berdiskusi tentang masalahnya, berikan ketenangan, rasa aman, nyaman bagi dirinya. Orangtua perlu ketahui emosi anak, jelaskan padanya bahwa mengapa ada rasa sedih, emosi, marah, sakit hati, iri dan dengki pada teman sebayanya.

4. Berikan pemahaman dan pujian pada anak bahwa, kamu hebat dalam menahan emosi, amarah dan sehingga tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Tetap percaya diri, jangan mudah disakiti oleh orang lain.

5. Memaafkan pada lawan adalah proses bagaimana bisa mengendalikan diri sendiri, dengan menahan emosi, tidak gampang di adu gengsi. Karena memaafkan bukan berarti anak tidak kuat, tidak bisa membalas, tidak berguna, dan merasa kalah.

Orang tua harus tanamkan rasa empati dan belajar dewasa dengan hal-hal sederhana dan moralitas,

5. Melatih kemampuan anak agar mampu menyelesaikan semua masalah yang sedang dilewati pada proses pertumbuhan mental dan spiritual sosial anak. 

6. Orang tua harus menjadi solusi bagi anak, ketika anak dalam situasi sulit dan mengadu, karena tindakan temannya yang begitu jahat padanya. Orangtua perlu bijak dalam memberikan keputusan dan menyelesaikan dengan diskusi, jangan panik saat anak berkali-kali mengadukan masalahnya.

7. Pahami psikologi anak, tau kemampuan, arahkan anak untuk tetap percaya pada dirinya dan orangtuanya. Ajak anak-anak jalan-jalan dan menonton kartun-kartun yang bisa menyelesaikan masalah sendiri, beritahau anak jangan mengulang hal yang sama lagi.

8. Berikan penghargaan atas prestasi dan proses yang keberanian yang terus-menerus di asa agar menjadi anak yang kuat, tidak mudah cengeng, tidak mudah menyerah, tidak takut dengan ancaman. Selalu bersikap adil dalam mengambil keputusan yang mutlak bagi anak-anak.

Setiap keputusan yang diambil oleh orang tua akan membentuk karakter dan keberanian untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan yang sudah ada.

Ajarkan anak mulai dari sekarang dengan nilai-nilai dan moral sehingga menjadi prioritas dalam hidupnya.

Elison Manisa

***