Antara Bumbu Minahasa, Ekonomi Kreatif, Pandemi dan Anak Muda

Para pelaku ekonomi kreatif dari hadirnya bumbu minahasa di masyarakat Indonesia turut ambil bagian acara dengan membagikan tips serta pengalaman.

Senin, 21 Juni 2021 | 19:22 WIB
0
283
Antara Bumbu Minahasa, Ekonomi Kreatif, Pandemi dan Anak Muda
Foto: Penulis

Bagi penggemar kuliner nusantara terutama berbumbu kuat dan pedas biasanya menyukai pakem masakan orang Manado, atau bumbu Minahasa. Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) gelar acara bincang-bincang Bacirita Kawanua pada Minggu (20/06/2021) yang disiarkan langsung di kanal DPP-KKK. Mereka mengangkat tema Bumbu Minahasa di Meja Makan Indonesia.

Mengingat situasi pandemi, memang banyak sektor dihantam dan mecoba bertahan. Salah satunya, perkulineran. KKK mengangkat tema ini yang merupakan seri kedua dari "Pancasila dalam Pandangan Tou Kawanua".

Ketua Umum DPP KKK, Irjen Pol. (Purn.) Dr. Ronny Franky Sompie, S.H., M.H, mengapresiasi acara daring ini. Bacirita Kawanua bertujuan untuk menggelorakan dan memperkuat semangat orang kawanua. “Terutama dalam menejewantahkan wawasan kebangsaan terutama Pancasila, dasar negara Indonesia dalam mereka kehidupan sehari-hari, khususnya di bidang ekonomi kreatif,” jelas Ketum KKK.

Dirjen Imigrasi Kementrian Hukum dan HAM tahun 2015-2020 ini berharap acara yang dimoderasi oleh Pdt. Treisje L. Mambo tesebut bisa menginspirasi masyarakat dalam membangun usaha secara mandiri dimulai dari anak muda sampai kepada pelaku UMKM, khususnya orang Kawanua.

Bacirita Kawanua menghadirkan 3 narasumber yang kompeten di bidang mereka. Yaitu, Prof. Dr. Roy Sembel, MBA, seorang praktisi bisnis, edukator, trainer, komisaris, direktur di berbagai perusahaan. “Juga penggemar kuliner,” tambah Roy Sembel kepada moderator Viddy Supit, saat membacakan latar belakang para narasumber.

Kemudian, Renny Octavianus Rorong, MBA, Ketua Umum Persekutuan Karyawan Kristen Oikoumene juga Wakil Ketua Umum Kawanua Sedunia. Selanjutnya, Moudy Lintuuran, Ketua Departemen Ekonomi Kreatif KKK dan pemilik usaha Dapur Mami Ros.

Usai narasumber memberikan paparan tajam dan menginpirasi, anak muda yang tergabung dalam Utu Keke Kawanua menganggapi dengan sudut pandang pribadi mereka secara langsung.  

Para pelaku ekonomi kreatif dari hadirnya bumbu minahasa di masyarakat Indonesia turut ambil bagian acara dengan membagikan tips serta pengalaman. Wanita-wanita ini ialah Sandra Wullur, dari Resto Rempah Manado juga Leifia Mamahit, pemilik Rasarica Woku Woka dan Dapoer Manado Pidis.

Wasekjen DPP KKK. Pdt. Donald Sendouw menutup kegiatan ini dengan mengulang kesimpulan yang telah diambil. Antara lain, tetap kreatif dalam menghadirkan bumbu minahasa dengan segala modifikasi menu yang bisa diterima oleh selera umum dan jangan menyerah dengan berbagai rintangan terutama untuk anak muda.

Akhir acara, penulis merasa lapar dan berkeinginan memesan masakan manado melalui ojek daring. Berarti salah tujuan mengadakan acara ini sukses, salah satunya tetap membuat bumbu minahasa bertahan di masa pandemi ini. Dengan membuat masyarakat tetap mengkonsumsi masakan manado.