Hanya dalam keheningan pribadi yang bertanggung jawab, ketuhanan bisa membawa kehidupan publik yang damai dan sentosa. Tentram di hati, sejahtera di bumi.
Saudaraku, masalah penumpulan otak dan etik dalam kehidupan bangsa boleh jadi karena dunia politik dan kebudayaan kita dirundung surplus kegaduhan, defisit keheningan.
Demokrasi dirayakan dengan pesta jorjoran, miskin substansi dan refleksi; budaya dipadati tontonan ingar-bingar, kurang tuntunan etis dan estetis; agama diekspresikan dalam kerumunan dan kebisingan, miskin perenungan dan penghayatan.
Dalam kegaduhan dan kedangkalan, apakah bisa dihayati ketuhanan? Inti ketuhanan adalah bercengkerama dengan kekudusan (numinous). Hanya dalam hening, kedirian mudah menyatu dalam kekudusan. Secara kuat hal ini dibahasakan Amir Hamzah, ”sunyi itu kudus”.
Dalam hening kesunyatan, menurut Abraham Maslow, kebatinan mikrokosmos menyatu dalam kebatinan makrokosmos; tidak ada oposisi, kesenjangan, dan perbedaan antara ego dan kosmos: bahwa bahasa jiwa merupakan vibrasi dari semesta.
Dan suatu upaya aktualisasi diri dalam puncaknya yang tertinggi dan terdalam adalah usaha meleburkan diri dengan kosmos bagi penemuan kebenaran, keindahan, dan keadilan tertinggi.
Patut direnungkan, apakah bangsa ini benar-benar religius? Apakah sila Ketuhanan benar-benar menjadi landasan moralitas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara?
Nama Tuhan kerap diseru, tetapi Tuhan sendiri sebagai manifestasi kebenaran, keindahan, dan keadilan tertinggi seakan menjauh, terusir oleh kedangkalan dan kegaduhan.
Di tengah hiruk-pikuk gebyar lahir yang miskin perenungan dan perasaan, mari kita lahirkan kembali spirit ketuhanan yang welas asih lewat khidmat keheningan. Seperti kata ’Ali bin Abi Thalib, ”Sepatutnya seorang hamba merasakan kehadiran Tuhan pada waktu sendirian (ketika tidak dilihat orang banyak), memelihara dirinya dari segala cela, dan bertambah kebaikannya ketika usianya bertambah tua.”
Hanya dalam keheningan pribadi yang bertanggung jawab, ketuhanan bisa membawa kehidupan publik yang damai dan sentosa. Tentram di hati, sejahtera di bumi.
(Makrifat Pagi, Yudi Latif)
Selamat Hari Raya Nyepi bagi yang merayakan!
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews