Beragama bukannya membuat jiwa tenang, malah sibuk cari musuh. Semua orang dicari kesalahannya, hanya karena tak sama dengan agamanya yang tertentu itu.
Apakah kalau kamu sudah beragama kemudian tidak rasis? Bagaimana kalau justeru setelah beragama malah jadi rasis? Bagaimana mungkin? Mungkin saja.
Apa yang tak mungkin menurut manusia? Agama apa sih yang dianutnya? Bisa dipastikan, agama tertentu. Juga penganut tertentu. Karena sudah barang tentu hanya orang tertentulah yang berperilaku tertentu seperti itu.
Entah karena cethek ilmu agamanya, atau mendapatkan guru agama yang juga tak kalah dangkal ilmunya. Jadi makin dangkal dan dongkol saja isinya.
Beragama bukannya membuat jiwa tenang, malah sibuk cari musuh. Semua orang dicari kesalahannya, hanya karena tak sama dengan agamanya yang tertentu itu. Cuma karena tak punya ilmu memadai, mangsud membela agama justeru bisa berakibat sebaliknya.
Dikira memuliakan agama, padal malah menista. Dikira tuhan seneng, padal mungkin saja sebel (itu kalau kita gambarkan tuhan berkarakter seperti manusia, sebatas pengertian kita).
Mangka ada yang berkutbah di mimbar, bahwa manusia dengan kulit item, tidak masuk sorga.
Waduh. Dia yang mengucapkan itu, sudah pasti dia pula yang telah menghina, menistakan, karena mendustakan tuhan. Gimana mungkin? Jangan-jangan cerminan diri yang ngomong?
Tapi, senyampang itu, bagaimana dengan etnis China yang berkulit putih atau berkulit kuning seperti bangsa Jepang? Apakah mereka juga tak layak masuk sorga? Lantas, yang paling berhak masuk sorga siapa? Dirinya semata, dengan kulit sebagaimana miliknya, meski mulut dan hatinya kotor seperti itu?
Mati aja takut, ribet ngomongin sorga. Dikiranya sorga bisa untuk beli onde-onde. Padal dia bisa beli onde-onde karena honornya berkutbah. Tapi, kok sayangnya, dia nggak menjaga lidahnya, yang sebagai penyambung dapat menikmati sorga dunia?
“Hati manusia adalah seperti binatang buas. Barangsiapa hendak menjinakkan, akan diterkamnya,” berkata Ali bin Abi Thalib suatu ketika.
Tapi, di tepi sebuah pantai, ada larangan membuang sampah sembarang. Sebenarnya bukan larangan, tapi ajakan.
Kalimat awalnya, preposisi untuk menjelaskan; bahwa binatang tidak pernah membuang sampah di laut. Baru kemudian kalimat ajakannya; Mari kita tiru perilaku binatang!
@sunardianwirodono
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews