4.300 Agama dan Tiga Gelombang Narasi Besar

Tertulis dalam epik Gilgamesh itu kisah banjir besar yang melanda. Kisah ini dianggap memberi inspirasi lahirnya peristiwa Nabi Nuh dengan kapal besarnya. -

Selasa, 23 Juni 2020 | 07:21 WIB
0
737
4.300 Agama dan Tiga Gelombang Narasi Besar
Epic of Gilgamesh (Foto: aeon.co)

Hormuzd Rassam (1848-1910) mungkin tak menduga. Penemuannya ikut mengubah persepsi dunia tentang peradaban dan sejarah agama.

Ia warga Irak dan ahli peradaban kuno. Di tahun 1852, ia mengunjungi dan meneliti Nineveh. Ini termasuk kota paling tua yang dikenal sejarah. Letaknya di pinggir sungai Tigris, Irak.

Ia menemukan kumpulan dan pecahan tanah liat dengan tulisan kuno. Tak pula ia mengerti apa yang tertulis pada pecahan tanah liat yang berserakan. Temuannya dikumpulkan dan disimpan di British Museum.

Dua puluh tahun kemudian, (1872), George Smith, arkeolog Inggris yang ahli bahasa kuno Asyria, berhasil merangkai kembali serakan tanah liat itu. Bahkan ia berhasil menerjemahkan isi tulisan itu ke dalam bahasa Inggris.

Dimulailah kisah yang disebut salah satu penemuan arkeologi terbesar sepanjang sejarah. Ia berhasil mengkonstruksi apa yang kemudian disebut Epic of Gilgamesh (1)

Ini termasuk dokumen paling tua soal kisah yang kemudian dikaitkan dengan agama. Dokumen tersebut berisi narasi puitis era Mesoptamia, sekitar 1800- 2500 tahun sebelum masehi. Jelaslah ini dokumen yang jauh lebih tua dibandingkan kitab suci manapun yang kini ada.

Yang menarik, tertulis dalam epik itu kisah banjir besar yang melanda. Kisah ini dianggap memberi inspirasi lahirnya peristiwa Nabi Nuh dengan kapal besarnya.

Sangat mungkin banjir itu memang melanda Mesopotamia yang berada di tepi sungai Tigris. Namun narasi banjir itu dikisahkan dengan kerangka yang kini disebut mitologi.

Lima dewa besar bernama Anu, Enlil, Ninurta, Ennugi, dan Ea membuat kesepakatan sangat rahasia. Mereka akan menciptakan banjir besar kepada dunia sebagai pelajaran. 2)

Namun rahasia para dewa ini dibocorkan kepada seorang manusia yang saleh bernama Utnapishtim. Pada dewa memberi perintah agar Utnapishtim membuat perahu besar dengan segala cara. Perahu besar itu akan menyelamatkan kehidupan.

Uthnapisthim berjanji kepada dewa. Ia akan segera membuat perahu itu.

Ketika banjir datang, Ia membawa serta keluarga, hewan ternak dan semua yang hidup ke dalam perahu.

Banjir itu benar-benar tiba. Utnapishtim, manusia lain dan aneka hewan yang ia bawa, selamat. Sementara di luar perahu, kehidupan disapu oleh banjir badang.

Badai mengerikan menerpa dan menyertai banjir. Namun di hari ketujuh, situasi mulai reda. Perahu pun mendarat di bukit Nimush.

Uthnapisthim bersyukur rombangannya selamat. Ia pun merayakannya dengan kurban domba. Karena keberhasilannya menyelamatkan kehidupan, Uthnapishtim sang manusia diberikan kekuatan seorang dewa.

Dunia tercengang membaca kisah banjir ini. Bukankah kisahnya sangat mirip dengan kisah Nabi Nuh yang tertulis di Taurat dan perjanjian lama, juga Al-Quran, ratusan tahun bahkan lebih dari seribu tahun kemudian.

Baca Juga: Animisme Baru dan Tumbuhnya 4.300 Agama: Apa Penyebabnya?

Hanya terjadi perubahan narasi. Kisah lima dewa berganti dengan konsep Tuhan yang lebih monoteis. Utnapisthim berganti dengan Nabi Nuh. Banjir badang pun dikisahkan sebagai banjir yang menenggelamkan dunia.

Mungkinkah kisah Nabi Nuh itu ditulis oleh Rabi Yahudi, terinspirasi oleh kisah dalam Epich of Gilgamesh?

Para ahli meneliti lebih jauh. Kisah para Nabi seperti Musa, Nuh, Adam, ada dalam kitab suci tiga agama. Ia ada dalam Quran (Islam). Tapi ia ada juga dalam kitab yang lebih tua: perjanjian lama Injil (Kristen). Dan awal perjanjian lama itu adalah Taurat (Yahudi).

Kitab genesis yang berisi kisah para Nabi itu pada mulanya diduga dituliskan oleh Nabi Musa, berdasarkan wahyu yang ia terima dari Tuhan. Dengan kata lain, kisah para Nabi itu diberi tahu oleh Tuhan sendiri lewat wahyu.

Tapi kisah sejarah yang terjadi di bumi kita bisa juga dilacak oleh metode ilmu pengetahuan. Para ahlipun mempelajari lebih detail soal kitab suci perjanjian lama dan taurat, berdasarkan dokumen dan fosil di luar kitab suci.

Kini lazim disepakati bahwa besar kemungkinan bukan Nabi Musa yang menuliskan kitab taurat itu. Tiga alasan dikemukakan. (3)

Pertama, kitab itu juga berisi kisah kematian Nabi Musa dan penguburannya. Juga terdapat kisah yang terjadi setelah kematian Nabi Musa. Mustahil Nabi Musa menuliskan kematiannya sendiri dan kehidupan di bumi setelah itu.

Kedua, perjanjian lama itu berisi lima kitab yang sangat berbeda tata bahasa. Kitab itu tak hanya ditulis oleh orang yang berbeda. Tapi juga kitab itu ditulis dalam zaman yang berbeda jika dilihat dari sisi tata bahasa.

Bahkan ada kitab yang masih menyebut Tuhan dengan nama Elohim. Kata Elohim itu berbentuk plural. Ia bukan God, tapi Gods. Diduga bahkan Judaisme ini berevolusi bermula juga dari politeisme.

Di kitab lain, Tuhan mulai disebut dengan Yahwe. Berbeda dengan Elohim yang plural, Yahwe itu kata tunggal. Barulah di kitab Yahwe, Judaisme berevolusi menjadi monoteisme.

Dari struktur tata bahasa dan gaya penulisan, para ahli berpendapat perjanjian lama dan taurat itu ditulis setidaknya oleh lima penulis yang berbeda zaman. Kisah beberapa nabi pun disusun oleh sebagian dari lima penulis itu.

Ketiga, Nabi Musa sendiri kini menjadi obyek riset para arkeolog. Kisah eksodus bahkan kisah Nabi Musa sendiri tak ditemukan dokumennya di luar kitab suci, ataupun dalam riset arkeologi. (4)

Para arkelolog cenderung berpendapat, sebagaimana kisah Nabi Adam, dan Nabi Nuh, kisah Nabi Musa juga bukan kisah historis. Kisah itu tidak terjadi di dunia nyata. Itu kisah yang dibuat dalam rangka pengajaran moral.

-000-

Paparan di atas membuka mata kita. Betapa kisah banjir badang dan Nabi Nuh bisa dijelaskan oleh tiga narasi besar yang berbeda. Tiga narasi besar ini yang sudah mengisi 200 ribu tahun evolusi kesadaran homo sapiens.

Pertama, narasi besar mitologi. Banjir itu dikirim oleh lima dewa. Lalu para Dewa membuat perjanjian dengan Uthnapisthim.

Narasi mitologi ini dominan mewarnai sejarah homo sapiens dalam menjelaskan realitas sampai abad ke enam masehi. Segala hal ihwal kehidupan pribadi dan masyarakat, dipandu dan diberi makna oleh narasi mitologi.

Kedua, narasi besar wahyu. Kisah banjir itu datang dari wahyu, disampaikan oleh Tuhan sendiri, dan dicatat dalam kitab suci. Bukan para dewa yang mengirimnya, tapi Tuhan yang Maha Esa. Bukan Uthnapisthim yang menerima, tapi Nabi Nuh.

Narasi wahyu dominan mewarnai sejarah homo sapiens. Pengaruhnya bertahap dimulai dengan kelahiran agama Kristen lalu Islam hingga ditemukannya Ilmu Pengetahuan.

Di era narasi besar wahyu, segala urusan ekonomi, politik dan masyarakat disesuaikan dengan panduan wahyu. Bahkan diyakini Tuhan ikut pula mengatur cara wanita berpakaian.

Ketiga, narasi besar ilmu pengetahuan. Banyak ahli meyakini tak pernah ada banjir bandang yang menenggelamkan bumi. Ada lebih dari seratus gunung yang ketinggiannya di atas 7000 meter.

Untuk menenggelamkan bumi dan gunung setinggi 7000 meter itu, bahkan di alam semesta tak tersedia volume air sebanyak itu. Ada 21 alasan secara keilmuan kisah Nabi Nuh yang ditulis kitab suci tidak terjadi. (5)

Kisah Nabi Nuh dianggap bukan kisah historis. Itu kisah yang dibangun dalam rangka pengajaran moral dan teologi.

Narasi besar ilmu pengetahuan kini dominan dalam sejarah homo sapiens terutama di abad ke 21. Public policy di dunia maju, baik bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan diputuskan berdasarkan riset. Kebijakan publik tak lagi didikte oleh narasi besar wahyu, ataupun narasi besar mitologi.

Di zaman ini, di era Google, tiga narasi itu bebas didakwahkan dan diyakini. Prinsip hak asasi manusia membolehkan siapapun mempercayai apapun.

Walau ilmu pengetahuan sudah menunjukkan bumi itu bulat, tapi setiap individu tetap boleh meyakini bahwa bumi ini datar.

Walau logika menyatakan hanya satu fakta yang benar, mustahil dua duanya benar, individu tetap dibolehkan percaya yang mana saja. Umat Kristen percaya Yesus mati disalib. Umat Islam percaya yang mati disalib bukan Yesus (Nabi Isa). Dua duanya boleh diyakini dan disebar.

Umat Kristen percaya yang akan dikorbankan Nabi Ibrahim adalah Ishak. Umat Muslim percaya yang akan dikorbankan Nabi Ibrahim adalah Ismail. Dua duanya juga boleh dipercaya dan didakwahkan.

Kedua keyakinan itu boleh terus hidup, walau satu dari narasi besar wahyu itu bertentangan soal fakta. Jika “Yesus mati disalib” benar secara fakta, maka keyakinan “Yesus tidak mati disalib” salah. Sebaliknya jika “yesus tidak mati di salib” benar secara fakta, maka “Yesus mati di salib” salah. Mustahil dua duanya benar secara fakta.

Tapi kita melihat dua agama yang meyakini fakta yang berbeda, bahkan bertolak belakang bisa tumbuh menjadi dua agama terbesar sepanjang sejarah homo sapiens.

Tak heran kini tumbuh 4.300 agama di seluruh dunia. Semua bisa hidup berdampingan. Tersedia 4.300 konsep Tuhan dan sistem kepercayaan yang berbeda beda. Ini bisa terjadi karena homo sapiens mampu meyakini apapun dengan teguh, walau keyakinanya besandar pada fakta yang salah. (6)

Namun dibandingkan narasi besar mitologi, dan narasi besar wahyu, narasi besar ilmu pengetahuan yang kini dominan.

Kini narasi besar ilmu pengetahuan mulai masuk babak baru. Narasi ini terus menyusun spiritualitas baru: apa yang membuat hidup kita bahagia, bermakna dan berbuat baik.

Spiritualitas baru ini bukan agama. Ia tidak juga menggantikan agama. Ia disusun dengan satu pembuktian, bahwa panduan hidup bermakna dan bahagia bisa dihasikan melalui riset empirik.

***

Juni 2020

Catatan Kaki

1). Epic of Gilgamesh salah satu dokumen agama paling tua. Ia mecatat keyakinan dan kisah pada peradaban Mesopotamia, sekitar 1800- 2000 tahun sebelum masehi

2. Detaill kisah banjir bandang yang dikirim para Dewa, diduga memberi inspirasi penulis kitab suci perjanjian lama dengan kisah Nabi Nuh

3. Siapa yang sebenarnya menulis kisah para Nabi dan keseluruhan Perjanjian Lama. Riset menemukan kitab itu ditulis oleh beberapa orang dalam kurun waktu yang berbeda karena perbedaan tata bahasa.

4. Para arkeolog menyimpulkan kisah eksodus bahkan tokoh Nabi Musa sendiri bukan peristiwa dan tokoh yang benar benar hadir dalam sejarah

5. Sebanyak 21 bukti geologis dan ilmu pengetahuan bahwa banjir badang yang menenggelamkan dunia seperti Nabi Nuh mustahil terjadi

6. Kini tumbuh 4300 agama

Denny JA