Samuel Tipa Padan, ayahanda Yansen, adalah sosok guru yang sedari awal menyadari, buku dan kegiatan lierasi berperan mengubah hidup keluarga dan keturunannya. Yansen membuktikannya.
Sebuah panggung berkaki rendah berdiri di bibir Sungai Sesayap, Malinau, Kaltara. Membelakangi sungai berbadan lebar, sebagaimana tipikal sungai-sungai di Kalimantan. Panggung untuk acara bedah buku "Kaltara Rumah Kita" karya Dr. Yansen Tipa Padan itu berdiri di samping Tubu, cafe tempat anak-anak muda Malinau ngopi, sekaligus tuan rumah acara. Saat acara tiba bertepatan dengan datangnya senja, suasana menjadi sedemikian syahdu, indah dan memberi kesan yang tak biasa.
Saya menjadi salah seorang yang didapuk untuk duduk di atas panggung selain Yansen, Bupati Malinau yang menulis buku itu, Dodi Mawardi (moderator), Masri Sareb Putra (guru menulis yang merupakan ensiklopedia berjalan soal Dayak), dan Sapto Raharjo yang mewakili Penerbit BIP, salah satu penerbit yang dimiliki Kompas-Gramedia. Tugas saya mendengarkan, sekaligus jika moderator memberi kesempatan bertanya.
Sebelum acara puncak berupa peluncuran buku "Kaltara Rumah Kita" itu, berlangsung acara sederhana berupa penganugerahan rekor MURI kepada Keluarga Besar Samuel Tipa Padan dengan prestasi sebanyak 31 anggota keluarga menulis sebuah artikel/cerita kehidupan bertema "Hidup bersama Allah jadi Produktif", kemudian dikompilasi menjadi sebuah buku setebal 358 halaman dengan judul yang sama dengan tema. Anggota keluarga tertua tercatat berusia 63 tahun yang termuda 9 tahun.
Rekor ini sangat istimewa dalam dunia literasi, mengingat tidak mudah menjadi "trendsetter" dalam dunia literasi. Meski tidak terucap dan bahkan tak terberitakan, saya menduga motor penggerak dari kegiatan literasi keluarga itu adalah Yansen Tipa Padan, Bupati Malinau yang menjabat dua periode, tahun 2011 hingga 2021. Yansen menjadi "trendsetter" dalam dunia literasi, khususnya seorang pejabat setingkat bupati yang produktif menulis buku.
Buku yang tercatat sebagai rekor MURI itu diumumkan langsung oleh Jaya Suprana melalui rekaman video saat penganugerahan dilakukan. Perwakilan MURI yang hadir dalam acara yaitu Manajer MURI, Yusuf Ngadri, mengatakan, adalah belum terjadi sebelumnya di mana sebuah keluarga besar diorkestrasi untuk menulis artikel dengan tema tertentu dan kemudian dibukukan.
Dirigen yang menjadi "trendsetter"-nya tidak lain dari Yansen Tipa Padan. Di antara 31 keluarga besar Samuel, dialah yang paling produktif menulis buku. Tercatat sudah 6 buku yang telah diterbitkan dan 3 lagi masih dalam taraf penulisan, plus satu buku yang akan ditulis ulang.
Keenam buku yang telah ditulis dan diterbitkan penerbit major itu ialah:
1. Gerdema (Gerakan Desa Membangun) Embroe Revolusi Desa.
2. Revolusi Desa.
3. Revolusi RT.
4. Dayak Lundayeh Idi Lun Bawang : Budaya Serumpun di Dataran Tinggi Borneo.
5. Hidup Bersama Allah Jadi Produktif.
6. Kaltara Rumah Kita.
Buku yang akan terbit lagi ialah:
7. Budaya Membangun Bangsa.
8. Peradaban Masyarakat Sungai Krayan.
9. Menghianti Keputusan Sendiri.
Lahirnya buku yang mendapat penghargaan Rekor MURI itu terinspirasi oleh visi "sesepuh" keluarga besar Yansen, yaitu Samuel, dengan maksud untuk menginspirasi banyak orang. Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Kompas-Gramedia) itu diluncurkan pada Minggu, 12 Januari 2020, di Bang Abak, Kuala Lapang, Kecamatan Malinau Barat, sehari sebelum hari lahir Bupati Malinau yang ke-60 tahun. Dengan demikian buku ini menjadi "kado terindah" bagi Yansen pribadi.
"Hidup Bersama Allah Jadi Produktif" dengan demikian merupakan penegasan bahwa bersama keluarga kita akan terus tumbuh dan berkembang menghasilkan sesuatu yang bernilai positif, dengan terus berpegang pada ajaran agama tentunya. Tuhan menjadi sumber pengharapan untuk menghadapi segala problematika kehidupan, sedangkan keluarga menjadi dasar kekuatan dan pijakan menghadapi tantangan yang terbentang di depan mata.
Buku ini sekaligus mengabadikan kisah keluarga besar Samuel Tipa Padan. Di dalamnya, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua menulis sesuai dengan persepsi dan sudut pandang pengalaman mereka masing-masing. Tidak aneh, dari 31 penulis lahir 31 persoalan yang hadir dalam sudut pandang berbeda. Alhasil, pelangi yang berwarna-warni indah ada dalam buku itu, menjadi satu kesatuan, yang saling memperindah dan melengkapi.Gagasan awal menulis bermula dari liburan keluarga di sebuah area perkebunan milik Yansen di Batu Ruyud, Fe' Milau, Krayan Tengah, pertengahan Juni 2019. Tidak sekadar liburan semata rupanya, tetapi momen itu digunakan untuk berlatih menulis bagi semua anggota keluarga yang hadir, tanpa pandang usia. Mereka ditantang untuk menuangkan pengalaman maupun pikirannya dalam sebuah tulisan dan wajib sifatnya, tentunya setelah didahului interaksi antaranggota keluarga dalam sebuah "camp".
Samuel Tipa Padan, ayahanda Yansen, adalah sosok guru yang sedari awal menyadari, buku dan kegiatan lierasi berperan mengubah hidup keluarga dan keturunannya. Terbukti, Yansen sebagai turunanya, adalah seorang bupati yang juga pegiat literasi. Ada enam buku yang telah diterbitkan, tiga masih dalam persiapan, bahkan satu buku akan ditulis ulang karena datanya yang disimpan di flashdic hilang.
Pada "buku kolaboratif" yang boleh jadi satu-satunya di dunia -dengan demikian Rekor MURI harus dikoreksi menjadi Rekor Dunia yang layak masuk Guinness Books of Record- yang yang menulis di urutan ke-31 menjadi penutup semua tulisan. Judul tulisannya "Pokok Anggur yang Benar, Bertumbuh Subur dan Berbuah Lebat", berisi inspirasi kehidupan, kebenaran dalam bersikap, keharmonisan dalam keluarga, keharusan mengenal lingkungan dan alam sekitar, sampai literasi berupa pelajaran menulis.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews