Bajingan

Tapi sungguh, bajingan ini sebuah profesi. Di sebagian wilayah Jogja masih ada, walaupun sudah langka.

Rabu, 3 Juni 2020 | 14:28 WIB
0
433
Bajingan
Kusir roda pedati alias bajingan (Foto: sexygoodliving.com)

Andai saja orang-orang tahu sejarah arti kata bajingan. Tentu tak mau lagi mengumpat dengan kata ini.

Pergeseran makna kata yang cukup jauh dari arti sesungguhnya. Catat, ini bukan versi KBBI, ya!

"Bajingan" sebenarnya adalah sebuah profesi atau pekerjaan, pengemudi gerobak sapi atau kusir pedati yang ditarik sapi. Nah lho?

Kenapa bisa kata bajingan sekarang ini menjadi kata umpatan? Bukankah itu pekerjaan yang baik-baik saja serta halal?

Berdasar keterangan turun temurun simbah-simbah di daerah saya, pada jaman dulu di sebagian pulau Jawa, di masa kendaraan belum banyak. Masyarakat yang ingin bepergian ke kota untuk suatu keperluan biasanya mengandalkan tranportasi gerobak sapi ini. Ikut nebeng ceritanya.

Karena jam lewatnya gerobak sapi ini tidak menentu, pagi, siang, sore atau malam hari. Kadang membuat orang yang menunggunya menjadi tidak sabar.

Sehingga keluar kata, "Bajingane kok suwe temen?" [Bajingannya kok lama benar?] atau "Tekane kok suwe temen bajingan" [Datangnya kok lama benar bajingan].

Seiring waktu ada pergeseran makna kata bajingan. Dahulu pun kata bajingan digunakan untuk menggambarkan keterlambatan seseorang atau sesuatu, hingga terucap, "Suwe temen sih kaya bajingan!" [Lama bener sih seperti bajingan!]

Kata bajingan jadi semakin jauh dari arti sesungguhnya. Pada masa kecil sudah sering mendengar kata bajingan, yang saya kira berasal dari kata hewan bajing.

Sekarang sudah menjadi umpatan yang umum, bukan sekedar ungkapan terhadap keterlambatan seseorang. Pergeseran makna yang cukup unik. Memang terdengar sangat kasar untuk sebagian orang.

Tapi sungguh, bajingan ini sebuah profesi. Di sebagian wilayah Jogja masih ada, walaupun sudah langka.

Beberapa kali diadakan festival gerobak pedati di Jogja. Tentu tak ketinggalan para bajingan ini.

***