Saat menggunakan handrub, lakukan prosedur cuci tangan dalam 20-30 detik. Saat menggunakan air dan sabun, lakukan prosedur cuci tangan dalam 40-60 detik.
Satu sisi, Pak Guru bersyukur karena dengan adanya pandemi COVID-19 ini, orang-orang mulai memperhatikan kebersihan tangan/hand hygiene. Utamanya adalah sekarang hampir semua orang punya hand sanitizer. Pak Guru hanya menyayangkan karena masih banyak yang belum paham cara penggunaan hand sanitizer secara rasional.
Kebanyakan dari kita setelah punya hand sanitizer, malah tidak pernah cuci tangan pakai sabun. Mungkin dipikir karena sudah ada hand sanitizer yang fungsinya sama dengan sabun, dan lebih praktis, jadi cuci tangan pakai sabun tidak perlu lagi. Padahal, tidak demikian.
Handrub itu awalnya dikembangkan untuk setting klinis, seperti di klinik kesehatan atau rumah sakit. Karakteristik kerja di sana adalah tangan kita akan sering terpapar kuman, namun tidak terlalu sering kena kotoran tampak. Selain itu, petugas kesehatan juga harus sering berpindah ke pasien-pasien yang ditangani.
Maka diperlukan metode yang praktis untuk memastikan tangan bersih dari kuman, dan di sini penggunaan hand sanitizer menjadi lebih pas.
Hand sanitizer menjadi efektif ketika kandungan alkohol di dalamnya lebih dari 60%. Hand sanitizer dengan alkohol di bawah 60% bisa jadi tidak membunuh kuman, namun hanya MENGHENTIKAN SEMENTARA pertumbuhan kuman, sehingga mengurangi efektivitasnya.
Ini penting diperhatikan untuk memilih atau membuat sendiri hand sanitizer, agar ketentuan kandungan alkohol ini dipenuhi pada 60-95%.
Tidak semua kuman bisa dibasmi dengan hand sanitizer. Beberapa kuman lolos dari hand sanitizer, yang Pak Guru tahu ada kuman penyebab diare di antaranya. Sebagian orang juga tidak menggunakan hand sanitizer secara tepat baik dalam jumlah maupun cara penggunaan sehingga efektivitas hand sanitizer menjadi berkurang. Pun, apabila tangan kita ada kotoran yang tampak, hand sanitizer menjadi tidak efektif.
Cuci tangan yang paling efektif memang dengan air dan sabun. Lebih banyak kuman yang dapat dibunuh apabila kita mencuci tangan dengan air dan sabun secara benar. Ketika tangan kita terlihat ada kotoran yang tampak, air dan sabun akan jadi lebih efektif daripada hand sanitizer.
WHO lebih menyarankan penggunaan hand sanitizer untuk hand hygiene, apabila tangan kita tidak terdapat kotoran tampak. Hal ini disebabkan kepraktisan dan lebih 'tolerable' untuk kulit. Terutama dalam setting klinis seperti di klinik atau rumah sakit. Cuci tangan digunakan apabila tangan kita terdapat kotoran tampak.
Sedikit berbeda, CDC lebih menyarankan penggunaan air dan sabun untuk kegunaan sehari-hari, didasarkan pada fakta-fakta terkait hand sanitizer. Baru apabila air dan sabun tidak bisa dipakai atau tidak ada, digunakan hand sanitizer. Baik WHO dan CDC mengutamakan penggunaan air dan sabun apabila terdapat risiko penularan bakteri penyebab diare.
Baik penggunaan handrub atau air dan sabun, semuanya hanya efektif apabila digunakan secara benar. Ikuti langkah-langkah cuci tangan yang benar (enam langkah). Saat menggunakan handrub, lakukan prosedur cuci tangan dalam 20-30 detik. Saat menggunakan air dan sabun, lakukan prosedur cuci tangan dalam 40-60 detik.
Pak Guru sendiri menerapkan hal-hal berikut:
1. Mengutamakan penggunaan air dan sabun untuk mencuci tangan.
2. Bawa hand sanitizer untuk berjaga-jaga apabila sulit atau tidak ada air dan sabun.
3. Dalam hal Pak Guru harus lebih banyak menggunakan hand sanitizer, sesudah 5 kali berturut-turut menggunakan hand sanitizer, sebisa mungkin segera mencuci tangan dengan air dan sabun sekali. Ini untuk memastikan tidak ada kuman-kuman yang 'tersisa'.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews