Revolusi Industri 4.0 dan Pengembangan Angkatan Kerja

Saat Pemerintah menambah fokus ke pengembangan angkatan kerja atau SDM itu merupakan tindakan sangat penting dan tepat.

Senin, 25 Maret 2019 | 14:39 WIB
0
648
Revolusi Industri 4.0 dan Pengembangan Angkatan Kerja
Ilustrasi Industry 4.0 (Foto: Validnews.co)

Angkatan kerja di Indonesia berjumlah 131 juta orang menurut data BPS Agustus 2018. Bukan jumlah yang sedikit. Di sisi lain suka atau tidak suka dan mau atau tidak mau kita akan menghadapi revolusi industri 4.0. Bagaimana hubungan antara revolusi industri 4.0 dan pengembangan angkatan kerja?

Dalam paparan yang sama BPS mengatakan ada 124,01 juta orang yang bekerja pada Agustus 2018. Bertambah 2,95 juta orang atau meningkat 2,3 persen dibandingkan dengan Agustus 2017.

Tingkat pengangguran terbuka Indonesia pada Agustus 2018 adalah 5,34 persen. Menurun sebanyak 0,16 persen dibandingkan dengan Agustus 2017.

Revolusi Industri 4.0

Revolusi industri 4.0 cepat atau lambat pasti akan masuk ke Indonesia. Karena revolusi ini berhubungan dengan bagaimana bekerja lebih efektif dan efisien menggunakan teknologi. Pengusaha yang ingin meningkatkan atau minimal mempertahankan tingkat profit, pasti pada suatu waktu akan mengadopsi ini.

Segala sesuatu memang memiliki sisi positif dan sisi negatif. Industri 4.0 memiliki sisi negatif akan mengurangi jumlah orang yang bekerja karena digantikan dengan robot atau perangkat lunak yang bisa berupa kecerdasan buatan.

Baca “ Pekerjaan yang akan hilang pada 2030

Tetapi di sisi lain jika kita muak dengan korupsi di Indonesia. Mungkin dengan terintegrasinya semua sendi pemerintahan menggunakan teknologi. Korupsi akan bisa sangat dikurangi, karena semuanya transparan.

Revolusi industri 4.0 bukan hanya menghilangkan pekerjaan kasar seperti buruh, namun juga pekerjaan kerah putih juga sebagian akan hilang. Sebagai contoh nyata adalah dengan maraknya internet banking, jumlah nasabah yang berkunjung ke cabang bank berkurang. Sehingga kebutuhan teller dan customer service berkurang.

Suatu ketika mungkin saja pekerjaan akunting akan hilang. Karena tergantikan dengan kecerdasan buatan, terutama untuk posisi pencatatan. Sekarang saja banyak perusahaan sudah menggunakan SAP sehingga data terhubung dari mulai penjualan, pembelian sampai penagihan dan pembayaran.

Jangan kita bayangkan bahwa pekerjaan tenaga penjualan akan aman. Terutama yang fokus ke penjualan ke perusahaan. Suatu saat saya membayangkan bahwa mesin produksi pabrik mobil misalnya, akan berkomunikasi ke mesin pabrik ban memberitahu berapa stok ban yang sudah terpakai untuk membuat mobil. Mesin pabrik ban akan memproduksi sesuai dengan kebutuhan pabrik mobil.

Melihat kecanggihan ini tentu perlu persiapan, bagaimana angkatan kerja Indonesia bisa menghadapi revolusi Industri 4.0. Persiapan yang berarti pengembangan angkatan kerja Indonesia.

Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja Indonesia

Grafik di atas memperlihatkan dari 131 juta angkatan kerja Indonesia. Sekitar 75 juta atau 57,46 persen angkatan kerja hanya memiliki pendidikan setingkat SMP paling tinggi.

Artinya masih banyak angkatan kerja kita yang akan bisa tergantikan oleh robot. Sedangkan mungkin mereka terpaksa bekerja dan tidak meneruskan sekolah agar bisa membantu kehidupan ekonomi keluarga.

Apakah karena memang yang dibutuhkan tenaga kerja yang terampil serta berpendidikan di era sekarang dan masa depan, 75 juta orang ini dilupakan? Tentu tidak!

Program Pemerintah

Pemerintah, setelah fokus ke infrastruktur selama kurang lebih 4 tahun. Mulai tahun 2019 akan menambah fokus untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) atau dengan kata lain pengembangan angkatan kerja Indonesia.

Perbaikan kurikulum SMK akan dilakukan agar lebih sesuai dengan kebutuhan industri. Agar Industri semangat mendukung pendidikan vokasi maka sekarang ini sedang dipersiapkan insentif berupa pengurangan pajak dua kali untuk biaya yang dikeluarkan dalam membina pendidikan dan juga riset dan pengembangan.

Misalnya sebuah perusahaan mengeluarkan biaya seribu rupiah untuk pendidikan vokasi. Maka perusahaan bisa mencatatkan dua kali seribu atau dua ribu rupiah sebagai pemotong keuntungan sebelum pajak.

Selain itu pemerintah juga telah mendirikan sekitar 1000 balai latihan kerja dan merencanakan tambahan 3000 balai latihan kerja di tahun 2020.

Vokasi penting karena tidak semua orang berbakat untuk kuliah. Misalnya seseorang yang sangat suka bekerja dengan mesin, sedangkan dia tidak suka dengan pelajaran di sekolah. Mengapa tidak diberi pelatihan untuk menjadi mekanik sehingga bisa langsung bekerja. Orang seperti ini biasanya lebih suka bekerja dengan tangannya dibanding dengan pekerjaan yang lebih menggunakan pikiran.

Selain itu untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Program pendidikan vokasi bisa dirancang untuk mendidik tenaga kerja bidang pertanian. Sehingga terampil menggunakan cara yang lebih baik dalam mengolah tanah pertanian. Dengan harapan panen meningkat, kesejahteraan petani meningkat, dan ketahanan pangan Indonesia semakin baik.

Tetapi untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0, tidak tertutup kemungkinan angkatan kerja yang hanya tamatan SMP dan SMA, diberikan pelatihan untuk membuat perangkat lunak atau coding. Apakah bisa? Sangat bisa! Tahun 2017, Haikal  (19 tahun) seorang remaja lulusan SMP berhasil meretas situs Tiket.com yang berpotensi meraup 4,1 miliar rupiah jika tidak tertangkap.

Di sisi lain, pemerintah juga sedang mempersiapkan program KIP Kuliah. Program ini akan sangat berguna bagi anak keluarga kurang mampu yang memang berbakat dan memiliki minat tinggi untuk kuliah.

Pemerintah menambah fokus ke pengembangan angkatan kerja atau SDM adalah suatu hal yang sangat penting dan tepat. Demi menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dan juga meningkatkan nilai jual angkatan kerja kita agar bisa diberikan gaji yang lebih baik.

***