Diperkirakan mulai abad ke-15 M, Islam mulai masuk ke wilayah Sulawesi, khususnya wilayah selatan. Kehidupan pada kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi membuat penyebarannya sangat progresif.
Meski awalnya didominasi oleh kerajaan Hindu dan Budha, namun semakin banyaknya pemeluk agama Islam menyebabkan munculnya beberapa kerajaan Islam di Sulawesi. Untuk lebih jelasnya berikut ini kami akan membahas secara lengkap nama-nama Kerajaan Islam Di Sulawesi beserta sejarah dan kehidupan masyarakatnya.
Nama Kerajaan Islam Di Sulawesi
Kerajaan Bolaang Mongondow
Pemerintahan Kerajaan Bolaang Mongondow berpusat di wilayah Sulawesi Utara yang pada saat itu telah menganut sistem demokrasi konstitusional. Sesuai dengan namanya, masyarakat kerajaan ini didominasi oleh suku Mongondow yang sebagian besar bermukim di kawasan Gunung Komasaan.
Uniknya, masyarakat saat itu sangat percaya bahwa mereka berasal dari dua pasang suami istri, Gumulangit dan Tendeduata serta Tumotoibokat dan Tumotoiboko. Keyakinan ini memisahkan masyarakat Mongondow menjadi dua kelompok dan menjadi awal mula silsilah barat bangsa mereka.
Dilihat dari gaya hidupnya, suku Mongondow saat itu masih suka berpindah-pindah alias nomaden. Mereka memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti berburu binatang di hutan, mencari umbi-umbian, menangkap ikan dan juga mengolah sagu.
Menjadi salah satu kerajaan Islam di Sulawesi, namun sebenarnya banyak masyarakat bangsa ini yang juga menganut agama lain. Bahkan nama raja di Kerajaan Boolang Mongondow pun identik dengan nuansa Eropa, ada kurang lebih 24 pemimpin yang berasal dari era 1400 M – 1950.
Kerajaan Bungku
Kerajaan Bungku merupakan salah satu kerajaan Islam di Sulawesi yang wilayahnya berada di wilayah Sulawesi Tengah, tepatnya di Kabupaten Morowali. Tidak banyak catatan sejarah yang membahas tentang kerajaan ini, namun diketahui bahwa Kerajaan Bungku berhasil ditaklukkan oleh pasukan Ternate (Tobelo).
Bahkan pada tahun 1682, Kerajaan Bungku diambil alih oleh Gubernur Padbrugge sebagai hukuman bagi Sultan Ternate akibat tindakan pemberontakannya. Konon rumah yang dulunya dijadikan istana Raja Bungku, ternyata sekarang masih berdiri kokoh sebagai bukti salah satu peninggalan. Makam Raja Bungku biasanya ditemukan di belakang rumah masyarakat.
Kerajaan Soppeng
Dilansir dari website pemerintah Kabupaten Soppeng menyebutkan bahwa hingga saat ini belum ada kesepakatan yang jelas mengenai asal usul Kerajaan Soppeng. Namun berdasarkan sebuah tulisan sastra, konon penduduk Kerajaan Soppeng aslinya berasal dari dua tempat berbeda yaitu Gattareng dan Sewo.
Dalam sebuah lontara tertulis adanya sistem pemerintahan sebelum terbentuknya Kerajaan Soppeng berdasarkan kesepakatan 60 pemimpin. Konon menurut cerita daerah Soppeng mengalami kekeringan yang menimbulkan kekacauan dalam berbagai hal.
Maka masyarakat memutuskan untuk mengangkat pemimpin berdasarkan musyawarah hingga terbentuknya Kerajaan Soppeng. Sayangnya, tidak banyak informasi sejarah mengenai peninggalan salah satu kerajaan Islam di Sulawesi ini.
Kerajaan Parigi
Beralih ke wilayah Sulawesi Tengah, ada salah satu nama Kerajaan Islam yang cukup populer di sini yaitu Kerajaan Parigi. Sesuai dengan namanya, kerajaan ini terletak di wilayah Parigi yang telah berdiri sejak tahun 1515 dengan wilayah meliputi Dolago, Toboli, Masigi dan Lantibu. Makagero menjadi raja pertama Kerajaan Parigi pada pelantikan Francisco Lesa, seorang gubernur Portugis.
Saat itu penjajah Portugis masih berkuasa di wilayah Sulawesi Tengah. Namun ketika Belanda memasuki wilayah Parigi dengan tujuan menguasai wilayah tersebut, seluruh rakyat Kerajaan Parigi sepakat untuk melawan mereka. Vinono, seorang putra mahkota, dengan tegas menolak kehadiran Belanda di wilayah Parigi sekaligus menjadi pemimpin aksi perlawanan.
Jika dilihat dari segi kehidupan sosialnya, masyarakat Kerajaan Parigi terbagi berdasarkan strata sosialnya. Kelompok terbawah adalah Batua yang terdiri dari para budak. Kelompok diatasnya disebut To Dea yang terdiri dari masyarakat Kerajaan Parigi biasa. Kemudian di atasnya ada kelompok Totua Nungata yang merupakan tokoh adat di masyarakat.
Kerajaan Tallo
Kerajaan Islam lain di Pulau Sulawesi adalah Kerajaan Tallo, erat kaitannya dengan sejarah Kerajaan Gowa. Bahkan sering disebut dengan Kerajaan Gowa Tallo atau Kesultanan Makassar setelah Islamisasi. Namun saat itu Kerajaan Gowa dan Tallo terlibat perselisihan hingga terjadilah pertempuran antara kedua kerajaan yang dimenangkan oleh Gowa.
Sedikit membahas tentang sejarah Kerajaan Tallo, kerajaan ini pertama kali muncul pada abad ke 15 dengan wilayah meliputi Parang Loe, Moncong Loe, Pannampu dan Saumata. Dari seluruh silsilah Raja di Kerajaan Tallo, yang paling populer dan berpengaruh adalah Karaeng Matoaya (memerintah 1593 – 1623) dan putranya sebagai penerusnya, Karaeng Pattingalloang (memerintah 1641 – 1654).
Kerajaan Buol
Kerajaan Islam lain di Provinsi Sulawesi bernama Kerajaan Buol jika dilihat dari peta terletak di Kabupaten Toli Toli. Perkembangan kerajaan ini diketahui dimulai sejak tahun 1380-an M pada masa pemerintahan Raja Ndubu I. Sepeninggal Anogu Rlipu, gelar raja diberikan kepada Bokidu yang menurut sejarah merupakan raja pertama yang beragama Islam. Sayangnya, tidak banyak informasi sejarah yang menggambarkan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat di Kerajaan ini.
Kerajaan Banggai
Keberadaan Kerajaan Banggai diketahui telah tertulis dalam kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada masa Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini awalnya hanya menguasai wilayah Pulau Banggai, namun terus berkembang hingga ke daratan Sulawesi Tengah Bagian Timur.
Kerajaan Banggai terbentuk dari penggabungan 4 kerajaan kecil, dan menariknya memiliki sistem pemerintahan demokratis. Pemilihan Raja bukan berdasarkan faktor keturunan, melainkan hasil pemungutan suara lembaga legislatif seperti DPR dengan melihat kualitas calon Raja.
Demikian ulasan tentang Mengenal Beberapa Kerajaan Islam Di Sulawesi seperti yang dilansir togel online. Semoga bermanfaat.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews