Ma'rifat

Pada Schimmel ia menjelaskan fase-fase ma‘rifat itu dengan tiga etape: via purgativa, illuminativa (negativa) dan unitiva.

Kamis, 16 Juni 2022 | 07:42 WIB
0
215
Ma'rifat
Annemarie Schimmel (Foto: swararahima.com)

“Jika diskusi ihwal hakikat sembari sama-sama berjalan di atas air, kita tak lebih mahir dari ikan. Berabad-abad menyelami air laut asin, jika dimakan tak akan dirasai senila garam di tubuhnya.” (Idries Shah, 1924-1996).

Hakikat dan jalan spiritualitas banyak ditemui dalam berbagai agama. Tradisi Cina klasik, misalnya, memiliki istilah antara lain “wu wei” (無為). Di India dikenal pula seperti dukkha, tanha dan atman. Di Jepang lebih populer dengan zen (禅) dan yang dikenal lebih luas lagi sebagai istilah mistisisme (Latin: mysticum).

Dunia mistisisme yang dalam Islam dikenal dengan dua istilah sufi (صوفي) dan tasawuf (التصوف) telah berkembang pesat di periode awal Islam melalui tiga tokoh sufi terkenal Ibnu Sina, Al-Hallaj dan Rabiah Al-Adawiyah.

Khusus untuk Al-Hallaj pada abad-10, ia dikenal dengan ajaran sufinya dengan doktrin „anna al-haqq“ (أنا الحق) dan hingga kini masih berpengaruh pada semua penganut mistisisme seperti Meister Eickart (1260-1328) dan jauh sebelum itu melalui Santo Agustinus( 354-430) dari Hippo, terutama dalam bukunya „Confession.“

Para pengkaji tarekat spiritual pada umumnya lebih menyukai istilah mistisisme sebagai ma‘rifat (معاريف) atau cara manusia menyelami hakikat Allah (إله) melalui tiga filsafat spiritual dalam islam, masing-masing syariah, hakikat (tarikat) dan ma‘rifat. Prof. Dr. S.H. Nasr (89), profesor sains dan fisika MIT asal Iran pernah mengulasnya dalam „Ideals and Realities of Islam (1966) dan telah diterjemahkan oleh mendiang Gus Dur (1940-2009). Atau, dalam buku lainnya Nasr, „doktrin kosmologi Islam.“

Pengkaji lain dalam ihwal ma‘rifat, ada P.J. Zoetmulder(1906-1995) dengan istilah sastra suluk (monisme), Reynold A. Nicholson (1868-1945) lewat „The Mystics of Islam“(1914) dan yang paling mutakhir dan sangat komprehensif, Annemarie Schimmel (1922-2003) dalam „Mystical Dimensions of Islam“ (1975). Untuk studi mistisisme lebih dalam, Evelyn Underhill menulis buku „Mysticism: A Study in Nature and Development of Man‘s Spiritual Conciousness“(1911).

Pada Schimmel ia menjelaskan fase-fase ma‘rifat itu dengan tiga etape: via purgativa, illuminativa (negativa) dan unitiva. Ketiga etape ini pada 1948 pernah dirumuskan oleh mistikus Frithjof Schuon (1907-1998) sebagai „kesatuan transendental agama-agama“ (the trancendent unity of religions) dengan metode rangkap evaluatif: eksoteris dan esoteris.

ReO Filsawan