Pertanyaan ini tentu hanya diri masing-masing yang dapat menjawab. Semoga Allah, Zat yang Maha Membolakbalikkan Hati, senantiasa meluruskan hati kita di jalan-Nya.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih mengizinkan kita untuk menjalani bulan Ramadan hingga kita bisa sampai pada malam kedelapanbelas. Semoga semangat ibadah dan takwa kita tetap terjaga dan terus bertambah, dan semoga Allah berikan kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan ini, juga agar kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya.
Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.
Almarhum Chrisye, semasa hidupnya adalah musisi yang luar biasa. Selain menyanyikan lagu-lagu pop, almarhum juga menyanyikan lagu-lagu religi. Mungkin satu lagu religi yang dinyanyikan almarhum, yang paling sering kita ingat dan kita jadikan renungan adalah “Ketika Tangan dan Kaki Berkata” yang terinspirasi dari Surah Yasin ayat 65. Namun, ada juga lagu lain yang tak kalah menohok jika dijadikan renungan, yaitu lagu “Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada” yang beliau nyanyikan dengan Ahmad Dhani.
Lagu ini sempat menuai kontroversi. Beberapa kalangan mungkin mempermasalahkan karena lagu ini seolah mempertanyakan konsep beriman kepada kehidupan setelah kematian. Padahal, maksud lagu yang terinspirasi dari syair Rabiah Al-Adawiyah ini, bukan demikian.
Lirik lagu ini, jika diperhatikan terdiri dari soal-soal berikut:
1. Apakah kita semua benar-benar tulus menyembah pada-Nya?
2. Atau mungkin kita hanya takut pada neraka, dan mengingkan surga?
3. Bisakah kita semua benar-benar tulus menyembah pada-Nya, karena sungguh memang Dia pantas disembah dan dipuja?
4. Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud kepada-Nya, menyebut nama-Nya?
Jelas bahwa lagu ini bukan mempertanyakan konsep surga dan neraka. Lagu ini mempertanyakan keikhlasan beribadah kita. Sudahkah kita beribadah benar-benar karena takwa kita kepada-Nya?
Karena keikhlasan kita, semata-mata karena Allah kita beribadah, atau hanya karena ketakutan kita akan neraka? Atau karena keinginan kita mengejar bidadari dan segala kenikmatan surga?
Hadist yang selalu dibahas pertama dalam berbagai kitab hadist klasik adalah hadist innamal a’malu binniyat, segala sesuatu itu tergantung daripada niatnya. Kalau kita perhatikan pelafalan niat ibadah, mulai dari niat salat, niat wudhu, niat mandi wajib, niat ibadah apapun itu, selalu diakhiri dengan lillahi ta’ala/karena Allah Ta’ala. Jadi, sudahkah kita benar-benar berniat melakukan ibadah semata-mata karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Atas Segalanya?
Saat salat, kita membaca doa iftitah, setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca Al-Fatihah. Inna shalati, wa nusuki, wa mahyaya, wa mamati lillahi rabbil ‘alamin. Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Tuhan Semesta Alam. Ini konsep yang pelaksanaannya dipertanyakan oleh lagu almarhum Chrisye tadi.
Bacaan niat dan doa yang kita lafalkan, ibadah yang kita lakukan, sudahkah kita ikhlas semata-mata karena Allah Ta’ala? Bukan karena ingin mengincar bidadari surga? Bukan karena takut pada neraka? Atau, bukan karena keinginan kita dicap sebagai ahli ibadah dan orang alim?
Pertanyaan ini tentu hanya diri masing-masing yang dapat menjawab. Semoga Allah, Zat yang Maha Membolakbalikkan Hati, senantiasa meluruskan hati kita di jalan-Nya.
Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews