Kultum Tarawih [18]: Ikhlas Beribadah

Pertanyaan ini tentu hanya diri masing-masing yang dapat menjawab. Semoga Allah, Zat yang Maha Membolakbalikkan Hati, senantiasa meluruskan hati kita di jalan-Nya.

Kamis, 14 Mei 2020 | 04:57 WIB
0
253
Kultum Tarawih [18]: Ikhlas Beribadah
Chrisye (Foto: denisaputra.com)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih mengizinkan kita untuk menjalani bulan Ramadan hingga kita bisa sampai pada malam kedelapanbelas. Semoga semangat ibadah dan takwa kita tetap terjaga dan terus bertambah, dan semoga Allah berikan kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan ini, juga agar kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya.

Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.

Almarhum Chrisye, semasa hidupnya adalah musisi yang luar biasa. Selain menyanyikan lagu-lagu pop, almarhum juga menyanyikan lagu-lagu religi. Mungkin satu lagu religi yang dinyanyikan almarhum, yang paling sering kita ingat dan kita jadikan renungan adalah “Ketika Tangan dan Kaki Berkata” yang terinspirasi dari Surah Yasin ayat 65. Namun, ada juga lagu lain yang tak kalah menohok jika dijadikan renungan, yaitu lagu “Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada” yang beliau nyanyikan dengan Ahmad Dhani.

Lagu ini sempat menuai kontroversi. Beberapa kalangan mungkin mempermasalahkan karena lagu ini seolah mempertanyakan konsep beriman kepada kehidupan setelah kematian. Padahal, maksud lagu yang terinspirasi dari syair Rabiah Al-Adawiyah ini, bukan demikian. 

Lirik lagu ini, jika diperhatikan terdiri dari soal-soal berikut:

1. Apakah kita semua benar-benar tulus menyembah pada-Nya? 

2. Atau mungkin kita hanya takut pada neraka, dan mengingkan surga? 

3. Bisakah kita semua benar-benar tulus menyembah pada-Nya, karena sungguh memang Dia pantas disembah dan dipuja?

4. Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud kepada-Nya, menyebut nama-Nya?

Jelas bahwa lagu ini bukan mempertanyakan konsep surga dan neraka. Lagu ini mempertanyakan keikhlasan beribadah kita. Sudahkah kita beribadah benar-benar karena takwa kita kepada-Nya?

Karena keikhlasan kita, semata-mata karena Allah kita beribadah, atau hanya karena ketakutan kita akan neraka? Atau karena keinginan kita mengejar bidadari dan segala kenikmatan surga?

Hadist yang selalu dibahas pertama dalam berbagai kitab hadist klasik adalah hadist innamal a’malu binniyat, segala sesuatu itu tergantung daripada niatnya. Kalau kita perhatikan pelafalan niat ibadah, mulai dari niat salat, niat wudhu, niat mandi wajib, niat ibadah apapun itu, selalu diakhiri dengan lillahi ta’ala/karena Allah Ta’ala. Jadi, sudahkah kita benar-benar berniat melakukan ibadah semata-mata karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Atas Segalanya?

Saat salat, kita membaca doa iftitah, setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca Al-Fatihah. Inna shalati, wa nusuki, wa mahyaya, wa mamati lillahi rabbil ‘alamin. Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Tuhan Semesta Alam. Ini konsep yang pelaksanaannya dipertanyakan oleh lagu almarhum Chrisye tadi. 

Bacaan niat dan doa yang kita lafalkan, ibadah yang kita lakukan, sudahkah kita ikhlas semata-mata karena Allah Ta’ala? Bukan karena ingin mengincar bidadari surga? Bukan karena takut pada neraka? Atau, bukan karena keinginan kita dicap sebagai ahli ibadah dan orang alim?

Pertanyaan ini tentu hanya diri masing-masing yang dapat menjawab. Semoga Allah, Zat yang Maha Membolakbalikkan Hati, senantiasa meluruskan hati kita di jalan-Nya. 

Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

***