Di era globalisasi sekarang ini, kita sudah tidak bisa lagi untuk tidak bersaing, semua situasi dan keadaan menantang kita untuk memperlihatkan kemampuan.
Apa yang kita alami saat ini tidaklah jauh berbeda dengan apa yang dihadapi bangsa ini di waktu yang lalu, ketergantungan kita kepada bantuan asing begitu kuat, sehingga kita kurang memikirkan potensi sendiri, tidak pernah mau berusaha untuk bangkit,membangun semua kekuatan yang ada.
Kalau dulu bangsa ini terinjeksi secara psikologis, sekarang bangsa ini di Injeksi secara Finansial oleh bangsa asing, sehingga lebih senang hidup dibawah bayang-bayang bangsa asing, seperti yang Bung Hatta bilang, “Kelemahan bangsa ini terletak pada Wataknya”, makanya Bung Karno pun pernah menuangkan gagasan “Nation and Character Building”.
Tidak dalam semua hal bangsa asing itu lebih Hebat dari bangsa kita, dan tidak semua hal mereka kuasai. Kadang ada hal-hal yang mereka juga tidak ketahui, nah bangsa kita ini kadang mampu menutupi kelemahan mereka tersebut.
Kalau dengan strata pendidikan yang sama, tidak mesti mereka lebih Hebat dari bangsa kita. Kadang mereka mengetahui sesuatu sangatlah bersifat mechanical, dan cara berpikirnya sangat mechanical, sementara kita cenderung manual, lebih memahami tekhnis eksekusinya berdasarkan pengalaman.
Dalam prakteknya sesuatu yang sangat mechanical itu tidaklah efektif dan praktis, sementara orang-orang kita menguasainya baik secara tekhnis maupun kepraktisannya dalam eksekusi, yang seperti itu mereka harus belajar mensiasatinya dengan kita.
Jadi kalau mereka kerja hebat, sementara kita bekerja secara cerdas. Yang jelas secara sugestif sebagai bangsa asing superioritas mereka lebih diakui terlebih dahulu, sementara kita dianggap bangsa yang inferior.
Ada hal yang terpenting dari sebuah pendidikan yang harus dibangun sejak dini, bahwa bangsa ini harus menjadi bangsa Pemenang, bukanlah bangsa pecundang. Seperti halnya Bung Hatta menggugah pendidikan para pemuda Indonesia pada jamannya.
“Pendidikan terutama sekali harus menyadarkan pemuda bahwa tujuan hidupnya adalah Kemerdekaan Tanah Air. Dengan cara demikian kita memupuk warganegara yang cakap, yang siap berjuang untuk hadian yang tertinggi bagi Tanah Air kita” (Bung Hatta)
Pendidikan yang paling mendasar dibutuhkan saat ini adalah pendidikan karakter, seperti yang dicita-citakan Bung Karno. Agar para pemimpin dimasa depan lebih memiliki rasa nasionalisme yang berkeadaban, yang lebih mengedepankan kepentingan Bangsa daripada kepentingan pribadinya.
Tapi percayalah, secara perlahan-lahan kita bisa melepaskan diri dari sugesti bahwa "Bangsa Asing Itu Lebih Hebat dari Kita," dan kita sudah mulai bangkit dengan lebih percaya diri. Semua tergantung bagaimana pemimpin memberikan teladan untuk memberikan semangat yang membangkitkan.
Saya pernah membuktikan bahwa Bangsa Asing tidak lebih Hebat dari kita, dan saya memperlihatkan kepada mereka, kita pun bisa lebih pandai dari mereka. Pantang dianggap remeh oleh bangsa asing. Mental seperti itu sangat diperlukan dalam persaingan di era globalisasi.
Saat itu saya mendapat kepercayaan sebagai Art Director sebuah produksi iklan, kebetulan sutradaranya dari Negara Singapura, seorang anak muda yang sangat cerdas dan kreatif. Pada awalnya dia under estimate dengan kemampuan saya.
Dalam proses eksekusi, dia menemukan kendala tekhnis yang tidak bisa dia atasi. Akhirnya saya diminta sama Produser saya untuk mendampinginya, dan memberikan solusi terhadap persoalan tekhnis dalam eksekusi sebuah adegan.
Sayapun mencoba memberikannya pengarahan, dengan pengarahan saya tersebut diluar dugaan dia hasilnya jauh diatas ekspektasinya, dia pun memberikan pujian yang menurut saya sebagai sesuatu yang sangat berharga sekali.
Nyatanya secara sportif mereka juga sangat mengapresiasi kelebihan yang kita miliki. Yang terpenting adalah, kita sadar betul bahwa pada dasarnya ketrampilan dan pengetahuan itu bukanlah hanya milik bangsa Asing, kita juga bisa lebih terampil dari mereka.
Di era globalisasi sekarang ini, kita sudah tidak bisa lagi untuk tidak bersaing, semua situasi dan keadaan menantang kita untuk memperlihatkan kemampuan. Pendidikan tidak cukup hanya didapatkan dari bangku Sekolah, Pendidikan harus diimbangi dengan ketrampilan yang maksimal.
Kita sudah tidak bisa dibilang bangsa 'Inlander' sekarang ini, karena kita bukanlah bangsa yang terbelakang. Kita sudah siap berkompetisi dengan bangsa manapun, lihatlah banyak generasi muda Indonesia yang selalu menjadi Pemenang dalam berbagai kompetisi global.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews