"Korban Tu Ga Wajib, yg Wajib Tu Berhijab"

Kalimat "Yang wajib itu berhijab" secara psikologis merupakan kalimat kesombongan bagi yang berhijab, di saat yang sama melecehkan bagi yang tidak berhijab.

Senin, 5 Agustus 2019 | 11:00 WIB
0
740
"Korban Tu Ga Wajib, yg Wajib Tu Berhijab"
Papan reklame yang viral (Foto: Suara.com)

Dari sisi kreatif, iklan produk hijab itu cukup nyleneh dan provokatif. Ini menjadi salah satu modal untuk menarik perhatian orang. Target paling mendasar dari sebuah kegiatan beriklan.

Dari sisi momentum pun cukup related karena beberapa saat lagi umat Islam akan merayakan hari raya kurban. Ditambah lagi kreativitas grafis yang memperlihatkan seekor kambing yang dipakein kerudung.

Ini cukup lucu, lugas dan tetap related dengan produk yang diiklankan.

Tapi mengapa orang lantas pada menggelinjang?

Saya melihat masalahnya ada di pemilihan kata (diksi) di iklan ini.

Secara ritmik, kalimat "Korban itu gak wajib, yang wajib itu berhijab" sangat lugas, padat, jelas dan enak jatuh bunyinya. Apalagi kalimat ini cukup kontras karena mempertentangkan dua premis: wajib dan tidak wajib.

Tapi karena iklan ini bersinggungan dengan elemen agama, meski rumus-rumus beriklan yang baik sudah terpenuhi, maka tidak serta merta iklan itu menjadi iklan yang 'baik'.

Karena ini tentang pemilihan kata.

KORBAN ITU GAK WAJIB, nah ini kalimat yang bisa diterima ambigu oleh audience. Memang benar korban (maksudnya kurban) itu gak wajib bagi muslim yang tidak mampu, tapi setiap muslim dalam alam bawah sadarnya ada keinginan untuk bisa berkurban kambing tiap tahun. Bahkan kalau perlu kurban hewan unta, terasa lebih syari.  

Kalimat "Korban itu gak wajib" secara psikologis buat yang berkurban merasa tidak dihargai, dan bagi yang masih berangan-angan berkurban serasa dikebiri mimpinya.

YANG WAJIB ITU BERHIJAB, nah ini kalimat yang bisa memicu api dalam sekam bagi perseteruan pihak-pihak yang melihat hukum berhijab itu sendiri. Ada yang melihat itu wajib, yang lainnya tidak. Ini hukum yang debatable karena perbedaan tafsir sampai sekarang.

Kalimat "Yang wajib itu berhijab" secara psikologis merupakan kalimat kesombongan bagi yang berhijab, di saat yang sama melecehkan bagi yang tidak berhijab. Halus sih sehalus kalimat "semoga anda mendapat hidayah'.

Mari kita bandingkan dalam kasus lain dalam urusan pemilihan kata seperti kasus "kambing berhijab" di atas.

"Hidup sendiri itu tidak dosa.
Yang dosa itu sudah hidup berpasangan tapi masih mengaku bujangan kepada setiap wanita, padahal cucunya segudang."

Kalimat di atas itu tidak akan banyak melukai hati orang, karena di sana tidak dilibatkan unsur agama secara frontal.

Bandingkan dengan kalimat yang di bawah ini:

"Hidup sendiri itu tidak dosa.
Yang dosa itu, sudah hidup sendiri tapi anti poligami. Itu menentang syariat."

Saya yakin kalimat itu akan membuat banyak insan-insan lemah yang meradang, terluka hatinya, terguncang jiwanya.

Salam tiang listrik...!!!

***