Perempuan Sempurna, Perempuan Intelijen

Perempuan Amerika agen Mossad inilah yang membuka jalan. Ia berusaha membangun jaringan bisnis agar bisa ikut dalam pesta-pesta, di mana para pilot tempur Irak hadir dan berbaur.

Senin, 29 Juli 2019 | 05:21 WIB
0
669
Perempuan Sempurna, Perempuan Intelijen
Ilustrasi perempuan cantik (Foto: Dewiku.com)

Daya tarik perempuan yang paling utama terletak pada pemikirannya, kecerdasannya. Dengan kecerdasannya, daya tarik seks (sex appeal) menjadi sangat mengemuka dan kuat. Itulah senjata terampuh dalam sejarah pertikaian umat manusia.

Oke, tentang itu pasti aklamasi. Begitu juga dengan paras cantik dan bentuk tubuh, juga tidak perlu dibahas. Tentu saja banyak sekali perempuan yang cerdas, mereka bekerja di berbagai profesi, ada aktris, ekonom, scientist, akademisi, politisi, pengusaha, profesional, atlet, dan seterusnya.

Perempuan dengan tingkat kecerdasan tinggi akan dengan mudah memahami situasi, memetakan persoalan, menemukan dan merumuskan solusi, serta menerapkannya dengan cara senatural mungkin, sewajar mungkin, memenuhi kaidah-kaidah psikologis dalam berinteraksi, juga mentaati etika lokal maupun universal.

Mungkinkah ada perempuan seperti itu? Mungkin. Apakah ada? Belum tentu.

Perempuan sempurna hanya mungkin ada dalam tugas-tugas yang menuntut kesempurnaan: intelejen.

Benar, bahwa profesi lain juga menuntut kesempurnaan dalam bekerja, tapi masih dengan tingkat toleransi tertentu untuk kesalahan. Sedangkan sebagai intelejen, kesempurnaan yang harus ditampilkan dalam tugas, tanpa toleransi sama sekali. Ini mutlak membutuhkan komitmen maksimal, integritas maksimal, pengetahuan dan kemampuan maksimal dalam menginterpretasikan skenario ke dalam adegan nyata. Mulai dari memahami dan memetakan persoalan, mengerti tujuan yang ingin dicapai, dan yang terpenting, apa yang harus dilakukan.

Untuk yang terakhir ini, hanya seorang perempuan dengan kecerdasan sangat tinggi bisa melakukannya sesuai tuntutan: sempurna, tanpa kesalahan. Misalnya, bagaimana mata harus bereaksi untuk merespon kalimat tertentu dari komunikan yang menjadi targetnya. Berapa cepat meraih pesawat telepon ketika mendapat panggilan dari orang tertentu, kata pertama apa yang harus diucapkan, dan seterusnya. Hal itu diperlukan untuk tidak mengecewakan Sang Target. Tapi juga tidak membuatnya curiga.

Mereka harus mampu mendengarkan kalimat yang tidak disuarakan oleh orang yang berinteraksi dengannya, mengetahui kejadian yang tidak dilihatnya atau dikemukakan padanya. Mereka harus bisa menganalisis data atau informasi sekecil apapun, dan menyimpulkan artinya. Harus mampu menganalisis risiko dalam beberapa tahap kemungkinan sebelum sesuatu terjadi.

Membayangkan perempuan berkecerdasan tinggi dengan tugas yang mutlak harus dilaksanakan dengan sempurna, ada dua sosok perempuan yang berhasil melakukannya.

Pertama, tidak diketahui namanya. Dia adalah perempauan Amerika yang bekerja untuk Mossad dan ditempatkan di Irak. Awal tahun 1960an, Uni Sovyet memasok beberapa skadron tempur Irak dengan MiG-21. Saat itu, MiG-21 adalah pesawat tercanggih yang ditakuti oleh Israel. Tugas dari Panglima Angkatan Udara Israel, Marsekal Dan Tolkowsky, bagaimanapun caranya, agar Mossad harus mendapatkan pesawat tersebut.

Nah, perempuan Amerika agen Mossad inilah yang membuka jalan. Ia berusaha membangun jaringan bisnis agar bisa ikut dalam pesta-pesta, di mana para pilot tempur Irak hadir dan berbaur. Tidak perlu waktu lama, maka perempuan Amerika itu sudah berkenalan dengan beberapa pilot militer Irak. Salah satunya adalah Munir Redfa, seorang perwira beragama Nasrani, berusia 30an tahun, dan dipercaya menerbangkan MiG-21 yang belum lama dikirim dari Sovyet.

Pertemuan dengan Redfa menjadi rutin dan terjalin hubungan pribadi, hingga mereka memutuskan liburan bersama ke Paris. Jalan makin terbuka. Hasilnya, tahun 1967 dalam satu latihan terbang di pagi buta, Munir Redfa membawa kabur MiG-21 ke Israel. Selama penerbangan kabur, Redfa dipandu dan dilindungi oleh beberapa pesawat tempur Israel. Di Negev, keluarga Redfa sudah menunggunya untuk kehidupan baru. Di mana perempuan Amerika tadi? Tidak ada yang tahu.

Kedua, juga seorang perempuan Amerika, namanya Cindy. Ia juga bekerja untuk Mossad. Tahun 1986 seorang ahli fisika nuklir, Mordechai Vanunu yang cukup lama bekerja di pusat pengembangan tenaga nuklir Israel di Dimona, Negev. Vanunu keluar dari dinasnya, karena hatinya tidak bisa menerima kalau keahliannya dimanfaatkan untuk membuat senjata nuklir.

Vanunu menjadi buruan Mossad setelah membocorkan program nuklir Israel kepada The Sunday Times, New York. Vanunu tahu risiko apa yang ia hadapi saat itu. Karenanya ia berpindah-pindah tempat tinggal dan nama berganti-ganti.

Untuk menangkap Vanunu, Mossad mengutus Cindy untuk bisa berkenalan dan menjadi ‘pacar’ Vanunu. Tidak perlu waktu sampai setahun, Cindy sudah jadi ‘pacar’ Vanunu. Lewat satu skenario yang matang, Cindy berhasil mengajak Vanunu untuk berlibur di Italia. Di sana Mossad sudah menanti. Vanunu tertangkap.

Pihak Sovyet, Irak, dan media dari berbagai negara sangat ingin mengetahui siapa perempuan Amerika yang mampu membujuk Redfa membawa kabur MiG-21 dari Irak. Juga, siapa Cindy yang menggiring Vanunu ke dalam perangkap Mossad.

Tapi itu menjadi salah satu rahasia yang dijaga sangat ketat oleh Mossad. Mungkin itulah pesan dari Charles Proteus Steinmetz, seorang ilmuwan Yahudi yang menulis, “Akan tiba waktunya bagi satu negara kecil berdaulat, yang lapisan pertama pertahanannya adalah pengetahuan.”

***