Dan para influencer yang suka julid julidan bakal juga insyaf bahwa perilaku celamiter, minta gretongan dan duit supaya jadi endorser bakalan juga tamat riwayatnya.
Gini ya kita orang Indonesia dikenal banget sebagai bangsa selfie. Kemana mana selfie. Makan selfie. Kondangan selfie. Tidur selfie. Naik Haji selfie. Bahkan ngelayat orang matipun selfie juga kalo bisa deketin mukanya sama jenasah… tapi gak ada muka sedih sama sekali, malahan cengar cengir. Minta ampun. Apapun alasannya, sebenarnya kita kegilaan pengen eksis di medsos.
Eksis
Yes eksis... Mau fake atau beneran, itulah ciri khas bangsa kita. Jadi gak heran kalo tempat hiburan, amusyeimenzs pak, bandara, stasiun kereta atau terminal bus semuanya nyediain tempat selfie yang instragamable mentok. Kita rame rame upload untuk sekedar bilang Ai wes dher…
Ini buah dari kita yang suka pameerrr. Yang ingin lebih dari orang lain. Kekalapan kita akhirnya buat kita bingung mau ngapain lagi untuk bisa eksis. Apalagi Instragam kita isinya foto foto yang semua orang punya. Gaya kita juga sama kaum selfiness. Kaki disilang sambil senyum ngehek (oh please yang pose gaya gituan ganti kek ).
Atau bergaya ala sosialita dengan mulut yang dicoba mengangga mangap hingga keliatan seksi dan berkelas buat nunjukin ekspresi gembira yang gak norak ( lu pade bisa praktekin gaya congor model gini).
Celamiter Akibat Difollow
Mati gaya jadi pengen ganti gaya di medsos. Itu yang buat kaum pameerr-en follow selebritis Instagram atau vlogger. Mereka pantau gimana gayanya. Bajunya. Kacamatanya. Sepatunya. Terbang naik apa. Ndublaknya menunya apa. Minumnya apa. Gaya muke gile nya kayak apa. Gerak tangannya kayak apa.
Kemudian kita tiru gaya salep medsos itu. Dan sang salep berlagak kayak bintang karena difollow ribuan bahkan jutaan orang. Akibat you .. you dan you follow dia, si seleb banyak manfaatin lu lu pade.
Celamitan kemana-mana minta gretongan. Dari mulai tiket , makan, minum bahkan risoles gratis.
Padahal di dunia nyata dia cuma sendirian. Tapi mereka terus berfikir keras bagaimana dia tetap eksis meski harus palsu-palsuan atau gaya maksa. Supaya dapet gretongan dan uang banyak.
Jadi dia bisa aja cari cari cerita. Yang gak aneh dianeh-anehin. Yang kecil dibesarin. Tapi yang gede dikecilin.
Ni influencer kayak gini bawaannya selalu kebelet. Maklum aja dalam otaknya dia merasa dikelilingi oleh ribuan followernya. Jadi otaknya terlalu cupet untuk memikirkan akibat dari perbuatannya. Yang penting gimana postingannya viral.
Garuda di Medsosku
Dan ini menimpa Garuda. Si Influencer kayaknya gak ada bahan untuk cerita. Kebetulan Garuda telat cetak menu. Jadi ditulis lah pake tangan. Ini emang gak lazim se gak lazimnya lu lu pade selfie selfian pake boomerang jadi keliatan norak banget.
Kalo si influencer itu bijak dia bisa twist confeysyen dia dengan bahasa yang positif. Misalnya wah luar biasa pelayanan Garuda sampai pramugarinya sempet-sempetin nulis buat kita karena menunya ketinggalan di bandara.
Kalo dia nulis gitu kan bisa dapet gretongan tiket banyak tuh.. dan gak usah celamitan lagi..
Namun dia nih sama dengan kita yang resah sampai mendesah karena takut telat eksis. Yang jarinya lebih lincah nulis yang jelek jelek. Libido kita naek sampe ke ujung pala buat laporan "kejadian aneh" sambil senyum iblis dan mikir wahhhh aseeek nih bakal virallllll...
Dan cerita itu di upload. Tersebar. Di like. Dikomentari dan di share. Kita dan influencer ketawa puas karena banyak yang sepakat dengan pandangan kita. Kita biarkan menu tulisan tangan menjadi kontroversi. Cerita makin seru ketika pihak yang kita bincangkan ke sodok pantatnya dan bergabung di gelanggang medsos yang sangat berisik.
Kepancing
Begonya Garuda kepancing. Bela diri tapi goblok.
Ketara banget manajemennya gaptek soal influencer influenceran dan dampak tulisannya. Dia pake gaya Draconian ala bakar lumbung buat ngusir tikus. Dia larang awak kabin di photo. Penumpang juga gak boleh sembarang cekrak cekrek.
Larangan dodol bikin naik Garuda tambah konyol. Udah mahal gak boleh selfie pulak.
Gini kali flight announcement waktu mau take off:
" Kami mengimbau para penumpang terhormat untuk tidak mem photo kami sepanjang perjalanan ini. Tidak memfoto penumpang lain. Pelanggaran atas aturan ini diancam hukuman sesuai undang-undang ITE. Terima kasih. Selamat menikmati perjalanan Anda bersama Garuda "
(PS: waktu di Singapur gua sering isi suara flight entertainment Garuda sama Eva Nanda, Rane Hafied)
Nah... di dunia maya kita bisa tertawa bebas dengan pengumuman imajiner ini. Sekaligus sebenarnya menertawakan kebodohan-kebodohan kita, betapa kita ini bodoh dalam ber sosmed termasuk manajemen Garuda. Trus main lapor polisi lagi.
Mbok yao...
Kita lupa bahwa ada seribu cara bagi Garuda untuk mengubah olok olok menjadi peristiwa yang ceria. Garuda bisakan bilang:
"Menu tulis tangan adalah keunikan tersendiri dari Garuda yang senantiasa melayani penumpang bagaikan raja. Kita akan buat menu dikelas bisnis dengan tulisan tangan dengan tinta berwarna emas. Nantikan kejutan kami. Nikmati kemewahan kelas bisnis selama penerbangan Anda bersama Garuda. 30 persen diskon buat Anda yang selfie bersama menu tulisan tangan kami pada penerbangan berikutnya…"
Jika kontennya kayak gini, dijamin influencer yang coba nulis yang gak penting bakal mati kutu. Dia gak bisa lagi julid cari cari kesalahan gara-gara gak ada bahan. Kepuasan dia melihat kejulidan massal tiba tiba mendapat perasaan ngilu di selangkangannya. Dia gak nyangka Garuda justru ngemplang kepalanya saat mau orgasme lagi di medsos.
Dan para influencer yang suka julid julidan bakal juga insyaf bahwa perilaku celamiter, minta gretongan dan duit supaya jadi endorser bakalan juga tamat riwayatnya.
Bisa jadi nanti, cuma pedagang cilok yang kasih gretongan sampe mencret-mencret hingga julukan bukan lagi influencer tapi influencret.
Itu hanya bisa terjadi jika kita dalam bermedsos
Kita puas dan bangga akan diri kita sendiri
Karena kita setia pada apa yang kita punya..
(PS : yang suka selfi kakinya kek gini. Please tolong ganti gaya dah gak instragamable lagi).
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews