Dipatil udang atau ikan bisa bikin demam. Kalau tidak percaya, anda boleh coba. Ada beberapa jenis udang dan ikan yang patilnya bisa bikin demam. Udang galah, ikan patin, ikan lele, ikan baung punya patil yang kalau menyengat tubuh manusia tidak cepat ditangani bisa bikin demam.
Terkait dipatil dan demam, entah kebetulan atau tidak, ada dua kejadian yang berdekatan. Jokowi dipatil udang di tambak udang Muara Gembong, Bekasi. Sementara di tempat lain, Prabowo terserang demam di Hambalang, Bogor.
Ketika dipatil udang, tangan Jokowi sampai berdarah. Setelah dibereskan ajudannya, Jokowi dapat melanjutkan kegiatannya yang padat.
Di Hambalang, Prabowo demam. Terbayang, badannya pasti meriang, gemetar dan agak lemas. Akibatnya, sejumlah kegiatannya yang padat jadi tertunda.
Apakah ada hubungan antara Jokowi dipatil dan Prabowo demam? Mengapa Jokowi yang dipatil udang, Prabowo yang demam? Apakah Jokowi dipatil udang menyebabkan Prabowo demam? Apakah Prabowo demam karena Jokowi dipatil udang? Apakah Jokowi dan Prabowo udah janjian, siapa yang dipatil, dan siapa yang mesti demam? Naah!
Menurut "kata orang-orang", kalau dua orang saling memiliki hubungan dekat, bila satu pihak mengalami sesuatu, maka pihak lain lain akan turut merasakannya atau memberikan tanda-tanda tertentu walau keduanya dipisahkan jarak yang cukup jauh. Kata nenek dan dipercaya orang sekampung, hal itu pertanda keduanya lagi kangen.
Bila melihat jarak antara Muara Gembong Bekasi dan Hambalang Kabupaten Bogor tidak lah jauh. Sama-sama berada di satu propinsi, yakni Jawa Barat. Ditanggung, kedua tempat itu sinyal hp lancar dan saling terkoneksi.
Lalu pertanyaannya, apakah antara Jokowi dan Prabowo sedang dilanda saling kangen?
Dalam teori dasar ilmu "kangenologi" mensyaratkan kedekatan hubungan. Bukan sekedar kenal. Bukan sekedar tahu. Tapi lebih dari itu, yakni adanya interaksi yang tinggi, saling pengertian dan pemahaman antar keduanya.
Menilik waktu ke belakang soal kedekatan hubungan Jokowi dengan Prabowo jelas ada. Mereka sudah berteman sejak dulu. Kalau resminya sejak Pilgub DKI 2012, saat Gerindra dan PDIP mengusung Jokowi/Ahok.
Saat kampanye, Prabowo turun langsung untuk memenangkan Jokowi/Ahok. Dan kedua pasangan itu menang! Jokowi senang, Prabowo pun girang--bukan meriang.
Kini mereka tetap berteman, tapi berbeda kubu. Mereka berteman dalam persaingan politik sejak Pilpres2014 hingga sekarang 2019.
Kalau dalam Pilpres 2014 kedua teman ini statusnya sama, yakni sama-samanewbe memperebutkan kursi RI-I usai habis masa jabatan Presiden SBY. Sementara pada Pilpres 2019 "kasta politik" Jokowi lebih tinggi. Posisinya sebagai petahana, sedangkan Prabowo penantang yang mencoba merebut kursi Jokowi.
Dunia politik itu aneh tapi nyata. Teman tak selamanya satu kubu. Berbeda kubu tak selamanya jadi musuh.
Dalam pilpres, Prabowo dan Jokowi yang tadinya "berteman", kemudian menjadi "tidak berteman". Keduanya berbeda kubu politik. Malah terjadi persaingan menjadi sengit antar kubu Jokowi dan kubu Prabowo di ruang publik demokrasi negeri ini.
Secara historis, Prabowo berjasa memberi Jokowi ke panggung politik nasional. Prabowo adalah salah satu King Maker politik Jokowi di pentas nasional. Tapi, ketika Prabowo kebelet pengen jadi Presiden, malah tersalib Jokowi. Lalu, apakah kemudian secara pribadi mereka berdua tidak berteman? Mereka tetap berteman, sejak pilgub DKI 2012, Pilpres 2014 sampai Pilpres 2019 dan seterusnya.
Jadi kalau dihitung, keduanya sudah berteman dekat selama tujuh tahun. Dimana ada berita Jokowi, disitu ada berita Prabowo. Media dan publik seperti tak ingin memisahkan kedua tokoh ini. Media dan publik lah yang terus menerus merawat kedekatan Jokowi dan Prabowo.
Karena mereka sudah lama dekat dan mungkin terjadi saling kangen, apakah ketika Jokowi dipatil udang menjadi petanda kangen dengan Prabowo? Kalau dilihat kronologisnya, Prabowo lebih dulu demam kemudian Jokowi dipatil udang. Apakah itu pertanda Prabowo kangen Jokowi?
Kangen seperti apa mereka? Apakah kangen masa-masa dekat saat Pilgub DKI 2012? Lalu, apakah sekarang tidak dekat?
Justru sekarang mereka dekat, karena sama-sama jadi capres untuk Pilpres 2019. Sama-sama sering tampil di muka publik. Dan tentu saja bertemu dalam sejumlah kesempatan resmi dan tidak resmi.
Namun tampaknya, apa yang dikatakan nenek kali ini soal kangen tidak bisa dijadikan pegangan sepenuhnya. Karena pembuktiannya sulit. Oleh orang jaman now, perkataan nenek seringkali dianggap "cocokologi". Dua peristiwa terjadi terlebih dahulu, kemudian dihubung-hubungkan sehingga tampak rasional. Istilah kerennya merasionalkan fenomena.
Namun bila melihat dasar ilmu pengetahuan modern, teori muncul setelah ada pengalaman empiris, baik itu pengalaman tak terencana namun berulang, maupun berupa ujicoba berkali-kali di laboratorium. Maka didapatkanlah simpulan teori.
Nah, dari sisi mana kita ingin mengetahui relasi "kangen" antara Jokowi dan Prabowo? Apakah Jokowi "harus" dipatil udang berkali-kali dan Prabowo pun demam berkali-kali? Jangan!
Bagaimanapun, kita berharap cukup sekali Jokowi dipatil udang. Dan cukup sekali pula Prabowo demam.
Soal saling kangen atau tidak antara Jokowi dan Prabowo, biarlah mereka yang merasakannya secara privat.
Lha, untuk apa tulisan ini dibuat pakai bawa-bawa "kangenologi"? Apakah mau mengobok-obok dua peristiwa Jokowi dan Prabowo untuk tujuan politik?
Saya ingin dari paparan itu, saya dan pembaca jadi berpikir sehingga tidak ada dusta antara kita. Apa itu?
Kita, walau berbeda pilihan politik, tetap dalam satu pikiran yang sama, yaitu mengharapkan kedua tokoh itu selalu sehat dan bisa melanjutkan karyanya. Kalau mereka selalu sehat, aku rapopo...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews