Tuhan malah menyuruh umat islam untuk saling mengenal dan saling berkolaborasi dengan umat, suku, dan bangsa lain untuk menciptakan dunia yang rahmatan lil alamin.
Mengapa umat Islam membenci dan memusuhi orang Israel dan umat Yahudi?
Karena dulu… ya dulu sekali, sekitar 14 abad yang lalu, umat islam pernah bermusuhan dengan umat Yahudi dan perseteruan itu tertulis dalam Alqur’an. Lalu para ulama Islam mengawetkan dan bahkan mengobar-ngobarkan permusuhan tersebut agar TETAP ABADI.
Meski perseteruan antara umat Islam dengan kaum kafir, umat Nasrani, dan umat Yahudi sudah berlalu selama 14 abad tapi perseteruan, permusuhan, dan kebencian itu masih diawetkan dan dihirup setiap hari.
Jangankan itu. Sedangkan permusuhan antara kaum Sunni dan Syiah yang dimulai belasan abad yang lalu saja sampai saat ini masih awet, segar, dan dipupuk dengan penuh semangat oleh umat Islam.
Mereka terus menyimpan dan mengobarkan dendam lama seolah itu adalah amanah suci yang harus terus dilestarikan. Padahal Sunni dan Syiah itu punya Tuhan yang sama, Nabi yang sama, Alquran yang sama, syahadat yang sama, salat yang sama, puasa yang sama, dan ada ratusan kesamaan lain yang bisa disebutkan kalau mau.
Tapi mereka lebih memilih satu perbedaan, saya Sunni dan kamu Syiah. Dan itu membuat kita benar-benar berbeda. Berbeda berarti bermusuhan. Mari kita bermusuhan sampai kiamat. Titik.
Apakah Alqur’an mengajarkan umat Islam untuk membenci kaum Nasrani dan Yahudi yang pernah bermusuhan dengan mereka 14 abad yang lalu? Tidak.
Alqur’an memang menuliskan permusuhan dan perseteruan tersebut tapi Tuhan SAMA SEKALI TIDAK MENYURUH umat Islam untuk tetap mempertahankan permusuhan dan kebencian tersebut.
Apa yang tertulis itu adalah catatan sejarah perjuangan Nabi di zamannya yang penuh dengan hikmah. Tapi Tuhan tidak pernah menyuruh umat Islam untuk tetap membenci dan memerangi mereka.
Sebaliknya, Tuhan malah menyuruh umat islam untuk saling mengenal dan saling berkolaborasi dengan umat, suku, dan bangsa lain untuk menciptakan dunia yang rahmatan lil alamin.
Tapi kok berbeda antara ajaran dengan realitanya…?!
Mengapa sih kita sebagai umat Islam sampai sekarang masih tetap memusuhi dan membenci umat Nasrani dan umat Yahudi? Bukankah aneh sekali jika umat Islam Indonesia yang tidak pernah berkenalan dan bersentuhan dengan umat Yahudi dan bangsa Israel tapi memiliki kebencian yang sangat mendalam pada mereka?
Because it is cultivated alias memang sengaja ditanamkan pada mereka oleh para guru agama dan ulama Islam. Kebencian memang ditanamkan dan itu ditanamkan secara turun temurun dari satu guru agama ke guru agama berikutnya.
Umat Islam tidak perlu tahu mengapa mereka harus membenci mereka kan itu sudah ada tertulis dalam Alqur’an. Pokoknya benci saja karena dulu mereka, yaitu kakek moyang mereka, sangat memusuhi Nabi dan umat Islam. Jadi sekarang kita balas dendam.
Sampai kapan…?! Ya, entah. Emang kenapa kita harus berhenti mendendam?
Bukankah bangsa kita dulu pernah dijajah, ditindas, dan diperbudak oleh bangsa lain seperti Portugis, Belanda, Jepang selama beratus tahun. Lalu mengapa kok sekarang bangsa Indonesia malah bersikap mesra, bersahabat, dan seolah lupa sama sekali dengan kejahatan bangsa-bangsa yang pernah memusuhi, memerangi, dan memperlakukan kita dengan begitu buruk?
Karena kejahatan, permusuhan, dan kebencian mereka tidak tertulis dalam Kitab Suci, Bambang…!
Kalau tidak tertulis dalam Kitab Suci maka para guru agama tidak bisa menggunakan ayat-ayat tentang permusuhan tersebut untuk menggosok-gosok dan memprovokasi umatnya agar tetap membenci. Lagipula sentimen kebangsaan tidak sekuat sentimen keagamaan.
Kalau sudah selesai ya selesai. Bahkan bangsa Timor Leste yang pernah kita jajah selama 27 tahun saja sekarang sudah lupa dan pingin bermesaraan lagi dengan kita kok! Lha wong Habibie dan Xanana Gusmao saja bisa berangkulan kok kita malah membenci bangsa Israel, umat Nasrani, dan kaum kafir yang tidak pernah ada stori.
Sentimen keagamaan sebatil apa pun bisa dilaminating, dibungkus, diawetkan, dikemas, dan dihias dengan indah untuk MEMBODOHI UMAT.
Apa yang lebih bodoh daripada membenci dan memusuhi bangsa dan umat yang tidak pernah bersinggungan dengan kita hanya karena empat belas abad yang lalu penganut agama kita PERNAH saling bermusuhan?
Saya stop sampai di sini uneg-uneg saya. Saiki mikiro...! Saya percaya bahwa apa yang saya sampaikan ini cukup keras dan bisa membuat Anda, khususnya jika Anda merasa sebagai guru agama atau ulama, merasa kena maegeri di ulu hati. Kalau kurang keras nanti saya tambahi.
Surabaya, 8 Juni 2021
***
Satria Dharma
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews