Biarlah pesta pernikahan Atta-Aurel jadi cerita sendiri. Kita gak usah julid. Biarlah kehidupan setelah ini dijalani pasangan baru itu.
Berita yang paling bikin males adalah kehadiran Presiden Jokowi ke acara pernikahan Atta Halilintar dan Aurel. Iya, mudah saja bilang bahwa acara itu sudah memenuhi protokol kesehatan. Semua yang hadir pakai masker. Jaga jarak sekaligus jaga gengsi.
Atau serenceng pembelaan lainnya.
Acara dihadiri oleh Presiden dan Menteri Pertahanan. Mungkin kehadiran Menhan itu sebagai makna simbolis agar Aurel bisa bertahan dari serangan Atta nantinya. Meski pada ujungnya Aurel diwajibkan tetap pasrah. Seperti Menhan yang dulu gahar, kini pasrah bongkokan di hadapan Jokowi.
Selain itu, kedatangan Menhan yang alumni militer sebagai nasihat agar Atta gak cuma bisa ashiiiap, asshiaap doang. Asshiiap doang tanpa langkah nyata gak akan ada manfaat buat Aurel.
Saya sih, gak terlalu peduli dengan berapa penghasilan Atta sebagai Youtuber. Bolehlah miliaran. Tapi masa itu yang menjadi alasan pesta pernikahannya dihadiri Presiden?
Hanya karena Atta konten kreator lalu sampai Setneg harus mengagendakan secara khusus pesta pernikahan dihadiri Jokowi? Kalau ini alasannya berlebihan kayaknya.
Atau apakah karena Aurel anak hasil perkawinan silang antara PDIP dan PAN?
Begini. Ibunda Aurel, Krisdayanti adalah anggota DPR dari PDIP. Sementara ayahnya Anang Hermansyah adalah politisi PAN. Nah, jarang-jarang PDIP sama PAN bisa nyatu. Hanya bisa disatukan di dalam diri Aurel.
Mungkin karena makna itu akhirnya sesneg memutuskan acara pernikahan Atta dan Aurel sebagai agenda kenegaraan.
Sebetulnya kita gak masalah Presiden datang ke acara pernikahan. Memang sudah jadi kebiasaan Presiden Jokowi sejak dulu suka menyempatkan diri datang ke undangan pernikahan.
Kita ingat saat seorang ajudannya menikah. Meski perayaan digelar di gang sempit, Presiden Jokowi menyempatkan diri untuk hadir. Atau ketika anak seorang pegawai kebersihan Istana menikah. Presiden Jokowi juga hadir.
Masa sih, anak persilangan PDIP dan PAN, Presiden Jokowi menolak hadir?
Tapi bukan soal hadir gak hadirnya yang dibicarakan orang.
Yang jadi cibiran adalah kehadiran itu tepat setelah pengumuman mudik dilarang. Kehadiran itu tepat saat persidangan Rizieq yang berkenaan dengan kerumunan pernikahan anaknya digelar. Kehadiran itu tepat saat suasana masih pandemi.
Meski sekali lagi, protokol kesehatan di acara itu sudah dijalani dengan ketat.
Ketika ada seorang relawan meninggal juga Presiden menyempatkan melayat. Toh, gak ada yang ribut? Tapi kenapa sekarang saat pernikahan Atta dan Aurel yang dihadiri Presiden dua periode dan Capres dua periode, malah pada ribut?
Mungkin masalahnya karena kali ini pesta perkawinan mereka seperti pamer kemewahan. Atta adalah milyuner assiap, sementara Aurel adalah anak sambung Asanti. Pesta mereka di tengah pendemi. Disiarkan langsung stasiun TV group MNC. Kayaknya pesta itu seperti sedang menjulurkan lidah ke kita yang merayakan ulang tahun di bawah pohon jambu.
Ujungnya adalah signal apa yang mau disampaikan dengan kehadiran Presiden pada pesta pernikahan seorang Youtuber kelas kakap dengan anak artis yang menjelma jadi politisi?
Nah, ini masalahnya adalah komunikasi. Kayaknya pihak Istana gak siap dengan komunikasi yang klir agak gak terbangun persepsi negatif.
Kita bisa saja menjelaskan bahwa sepanjang menjalankan protokol kesehatan ketat gak masalah orang berkegiatan. Beda sama Rizieq. Boro-boro protokol kesehatan. Wong, protokol kenormalan saja sering dilanggar.
Biarlah pesta pernikahan Atta-Aurel jadi cerita sendiri. Kita gak usah julid. Biarlah kehidupan setelah ini dijalani pasangan baru itu.
"Saya nikahkan Atta Halilintar bin Fulan, dengan Aurel binti Anang Hermansyah dengan mas kawin bla, bla, bla..."
"Asshiiiaappp!... "
"Gimana saudara Kumkum. Apakah sah? "
"Syaahhhhiiiap!"
Eko Kuntadhi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews