Indonesia adalah negara yang bukan-bukan, karena dibilang sekuler tetapi warna agama tetap dominan.
Kalau kita mau mengadu domba, model-model Rocky Gerung kalau memprovokasi (misal ngadu-domba Megawati dengan Jokowi, Butet Kartaredjasa dengan Jokowi, atau yang terbaru Muhamad Lutfi dengan Jokowi), kita bisa ngadu teroris dengan MUI.
Lha wong dari niatan sebelum, dan surat wasiat yang dituliskan, parta pelaku bom bunuh diri di Indonesia, hampir semuanya meyakini ajaran agamanya. Berjihad dan menjemput kehidupan yang lebih baik daripada di dunia. Tapi, kok tega-teganya MUI bilang mereka nggak punya agama? Bahkan, dengan semena-mena mengganti agama mereka dengan agama tertentu?
Tapi karena kita mengaku nalar kita normal-normal saja, hanya orang putus asa saja yang menganggap jalan normal adalah kekalahan atau kepengecutan. Karena toh yang ditawarkan di luar itu, persis gaya-gaya Soeharto yang mutlak-mutlakan. Sementara rerata kita dengan Pilpres 2014 dan 2019 meyakini tak ingin kembali ke gaya soehartoisme.
Itulah mangkanya gaya berpolitik dan berkomunikasi politik rang-orangan macam mereka itu, the kadrun 'n penyinyir, sangat-sangat menyebalkan. Tak jauh beda dengan model-model AHY dan bapaknya, menyinyir pada Jokowi namun begitu Kemenkumham menolak gugatan Demokrat versi KLB, mereka memuji-muji Jokowi. Politikus kok lebay. Di situ kalau kita bisa jujur, akan mengakui Jokowi lebih besar dari yang membencinya.
Meski pertarungan besarnya, ialah bagaimana bangsa Indonesia ini makin tahu, bahwa persoalan kita bukan persoalan agamaisme atau sekularisme. Tetapi bagaimana cara berkeagamaan kita, yang dalam banyak hal masih bermasalah dengan soal utang-piutang Piagam Djakarta dalam preambule UUD 1945 kita.
Meski Sukarno telah menjelaskan dengan gemilang pada 1 Juni 1945, masih saja ada kelompok yang mempersoalkan dasar ideologi negara.
Jadinya, sebagaimana kritik Gus Dur, Indonesia adalah negara yang bukan-bukan, karena dibilang sekuler tetapi warna agama tetap dominan, namun dibilang negara agama juga bukan. Senyampang itu, ketika Soeharto mulai memperalat agama sebagai kepentingan politiknya, di situ dipakai sebagai loophole para pengimpi khilafah. Apalagi negeri ini, bagaimana pun adalah negeri yang kaya. Menjadi terlihat miskin karena koruptor masih leluasa.
Dan di tengah situasi itu, ada golongan tertentu yang dalam hal tertentu membuat agama tertentu, dieksploitasi untuk orgasme tertentu.
Apakah agama terkentu itu adalah agama tertentu? Haembuh!
@sunardianwirodono
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews