Witing Tresno Jalaran Soko Kulino, Ilange Tresno Jalaran Ono Wong Liyo

Apa yang terjadi-suami atau laki-laki tersebut seolah tidak berdaya dan tidak punya tenaga untuk melerainya. Mirip harimau jantan tersebut "plonga-plongo".

Selasa, 23 Februari 2021 | 10:08 WIB
0
358
Witing Tresno Jalaran Soko Kulino, Ilange Tresno Jalaran Ono Wong Liyo
Ilustrasi selingkuh (Foto: ngobronlin.id)

"Witing tresno jalaran soko kulino-Ilange tresno jalaran ono wong liyo".

Ungkapan bahasa Jawa diatas mempunyai makna atau arti bahwa seseorang bisa jatuh cinta atau tumbuh rasa cinta karena sering ketemu dan rasa cinta dan sayang juga bisa hilang karena hadirnya orang lain atau sering disebut "pihak ketiga".

Jadi datangnya jatuh cinta bukan hanya berawal dari pandangan pertama semata tetapi juga bisa dari kebiasaan bercanda atau sering bertemu. Mulanya biasa saja. Akhirnya keterusan dan saling jatuh cinta.

Seperti dalam tembang atau kidung dengan judul "Lingsir Wengi" yang konon merupakan karya Sunan Kalijaga (Kalijogo). Kidung tersebut menceritakan orang yang sedang dimabuk asmara, juga berawal dari bercanda dan akhirnya tumbuh rasa cinta.

Inilah penggalan tembang Lingsir Wengi:

"Kawitane mung sembrono njur kulino". (awalnya-hanya bercanda terus terbiasa).

"Ra ngira yen bakal nuwuhke tresno". (tak menyangka kalau akan menumbuhkan rasa cinta).

"Nanging duh tibane aku dewe kang nemahi". (tetapi pada akhirnya-aku sendiri yang mengalaminya).

Jadi tembang "Lingsir Wengi" yang pernah menjadi soutrack lagu dalam film Kuntilanak bukan untuk mengundang setan gentayangan penunggu tempat keramat.

Dua isan yang berlainan jenis kalau sedang di mabuk asmara tentu akan menaikan libido karena didorong hormon testoteron dan estrogen. Dan tidak akan menimbulkan masalah kalau dua insan tersebut statusnya lajang dengan lajang atau belum mempunyai ikatan pernikahan.

Akan timbul masalah kalau salah satu punya ikatan pernikahan dengan lanjang atau dua-duanya sama-sama punya ikatan pernikahan, bukan hanya "banjir sperma" tetapi bisa banjir darah. Lihatnya tayangan berita-berita pembunuhan yang berawal dari kasus percintaan.

Janur kuning yang sudah melengkung pun tidak menghalangi sebagian orang untuk memasuki wilayah yang sakral ini. Bahkan janur kuning pun diacak-acak dan dirusak. Tentu ada pihak yang tersakiti.Ojo ngrusak pager ayu.

Hari-hari ini ada berita perselingkuhan yang jadi trending topik yang menghiasi media online. Warganet atau publik pun ramai-ramai merajam pihak wanitanya dengan sebutan pelakor. Stigma negatif tertuju padanya. Seolah-olah kesalahan hanya ada pada sang wanita. Dan laki-lakinya melenggang bebas. Padahal laki-lakinya juga termasuk "Garangan" yang menyukai  atau menggerogoti jeroan-entah jeroan apa.

Pernahkah melihat dua betina harimau bertengkar hebat dan disaksikan oleh harimau jantan?Ternyata harimau jantan tersebut tidak berusaha melerai dengan naluri atau instingnya tetapi malah plonga-plongo seperti kebingungan harus berbuat apa.

Baca Juga: Nissa Sabyan yang Merebut Suami Orang, Nissa yang Tak Perlu Dibela

Dan kita sering menyaksikan dua wanita yang bertengkar hebat saling jambak dan pukul hanya karena ingin mempertahankan rumah tangganya dan satu pihak ingin merebut lelaki tersebut. Apa yang terjadi-suami atau laki-laki tersebut seolah tidak berdaya dan tidak punya tenaga untuk melerainya. Mirip harimau jantan tersebut plonga-plongo.

Kalau suamimu biasa memanggil dengan sebutan "mama" dan tiba-tiba berubah menjadi "umi" maka-waspadalah!

Begitu juga sebaliknya kalau istrimu biasa memanggil dengan sebutan "ayah atau papa" dan tiba-tiba berubah menjadi "dedy", maka-waspadah!

***