Getir Trotoar

Kita sebagai anggota masyarakat juga harus berani memberi sanksi sosial bagi pelanggar pelanggar aturan. Tanpa itu, perilaku kolektif kita tak akan berubah.

Rabu, 5 Februari 2020 | 07:59 WIB
0
285
Getir  Trotoar
Trotoar diserobot pedagang kaki lima (Foto: mediaindonesia.com)

Saya tersenyum getir melihat meme yang tiba tiba masuk di salah satu WA Group yang saya ikuti. Di meme tersebut terlihat ada seorang lelaki tengah berjalan di jalan raya. Padahal di sebelahnya terlihat ada trotoar lebar yang dibuat khusus untuk pejalan kaki. Di meme tersebut ditulis "Jangan ditiru! Sudah dibuatkan trotoar lebar malah berjalan di jalan raya".

Kita dibiarkan untuk berfikir dan menilai sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Pada meme ini, seolah-olah pejalan kaki yang disalahkan. Padalah ia berjalan di jalan raya karena .....lihat meme.

Ini gambaran sempurna kacaunya sebuah tata-kelola. Ada pelanggaran pedagang kaki lima. Ada pembiaran dari pemerintah. Ada pembiaran juga dari masyarakat. Tak ada sanksi sosial.

Bahkan alih alih menegur pedagang kaki lima yang menyerobot trotoar, malah ada anggota masyarakat yang bertengger makan dengan nyamannya, terlihat tak merasa bersalah duduk di sana. Huh!

Mungkin ini yang dimaksud dengan lemahnya moral, akhlak, nilai-nilai yang menjadi pemandu perilaku. Pembangunan fisik memang perlu. Namun pembangunan fisik tanpa didasari moral, hasilnya seperti ini. Kita terlalu terpaku pada perangkat luar, pada simbol, pada "cover" bukan "isi".

Tahun lalu, saya memandu dua orang Jepang yang salah satunya seorang ibu yang belum pernah ke Indonesia. Saya malu dalam hati ketika melihat Si Ibu ini berkali-kali mengekspresikan keheranannya melihat perilaku kita sebagai bangsa di jalan.

Ada motor yang saling menyerobot. Ada orang menyebrang di jalan tanpa jalur (zebra cross) yang ditentukan. Ada pedagang kaki lima yang bertengger di trotoar pejalan kaki. Ada polisi yang tak melakukan apa-apa. Semrawut. Lengkap sudah!

Saya merasa getir melihat semua ini. Namun untuk melakukan perubahan sungguh tak mudah. Perlu keterlibatan semua pihak. Pemerintah yang diberi amanah untuk menegakkan aturan harus tegas.

Kita sebagai anggota masyarakat juga harus berani memberi sanksi sosial bagi pelanggar pelanggar aturan. Tanpa itu, perilaku kolektif kita tak akan berubah.

***