Kita sebagai anggota masyarakat juga harus berani memberi sanksi sosial bagi pelanggar pelanggar aturan. Tanpa itu, perilaku kolektif kita tak akan berubah.
Saya tersenyum getir melihat meme yang tiba tiba masuk di salah satu WA Group yang saya ikuti. Di meme tersebut terlihat ada seorang lelaki tengah berjalan di jalan raya. Padahal di sebelahnya terlihat ada trotoar lebar yang dibuat khusus untuk pejalan kaki. Di meme tersebut ditulis "Jangan ditiru! Sudah dibuatkan trotoar lebar malah berjalan di jalan raya".
Kita dibiarkan untuk berfikir dan menilai sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Pada meme ini, seolah-olah pejalan kaki yang disalahkan. Padalah ia berjalan di jalan raya karena .....lihat meme.
Ini gambaran sempurna kacaunya sebuah tata-kelola. Ada pelanggaran pedagang kaki lima. Ada pembiaran dari pemerintah. Ada pembiaran juga dari masyarakat. Tak ada sanksi sosial.
Bahkan alih alih menegur pedagang kaki lima yang menyerobot trotoar, malah ada anggota masyarakat yang bertengger makan dengan nyamannya, terlihat tak merasa bersalah duduk di sana. Huh!
Mungkin ini yang dimaksud dengan lemahnya moral, akhlak, nilai-nilai yang menjadi pemandu perilaku. Pembangunan fisik memang perlu. Namun pembangunan fisik tanpa didasari moral, hasilnya seperti ini. Kita terlalu terpaku pada perangkat luar, pada simbol, pada "cover" bukan "isi".
Ada motor yang saling menyerobot. Ada orang menyebrang di jalan tanpa jalur (zebra cross) yang ditentukan. Ada pedagang kaki lima yang bertengger di trotoar pejalan kaki. Ada polisi yang tak melakukan apa-apa. Semrawut. Lengkap sudah!
Saya merasa getir melihat semua ini. Namun untuk melakukan perubahan sungguh tak mudah. Perlu keterlibatan semua pihak. Pemerintah yang diberi amanah untuk menegakkan aturan harus tegas.
Kita sebagai anggota masyarakat juga harus berani memberi sanksi sosial bagi pelanggar pelanggar aturan. Tanpa itu, perilaku kolektif kita tak akan berubah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews