Anies dan Muin, Botol Ketemu Tutup Jadi Klop

Gaya bicara Muslim Muin dan Gubernur Anies Baswedan ini mempunyai kesamaan yaitu menangkap air hujan dan memasukkan air ke bumi. Jadi klop. Botol ketemu tutup.

Senin, 6 Januari 2020 | 20:58 WIB
0
1377
Anies dan Muin, Botol Ketemu Tutup Jadi Klop
Muslim Muin (Foto: viva.co,id)

Mengapa Gubernur DKI Jakarta,Anies Baswedan tetap kukuh pada pendiriannya yaitu ide atau gagasan bahwa solusi penanganan banjir di Jakarta dengan "naturalisasi" bukan dengan "normalisasi?

Apakah ide atau gagasan "naturalisasi" murni dari Gubernur Anies Baswedan?

Terjawab sudah. Ternyata ide atau gagasan "naturalisasi" terkait penanganan atau pengendalian banjir berasal dari Anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) yaitu Prof Muslim Muin dari ITB yang merupakan Pakar Hidrodinamika. Makanya mengapa Anies ngotot bahwa naturalisasi adalah yang benar, bukan normalisasi.

Jadi video yang sempat viral dari Anies Baswedan secara sunatulloh air hujan dari langit harus dimasukkan ke dalam tanah, bukan dialirkan ke laut. Di seluruh dunia begitu. Bukan sedang mengigau, tetapi ada rujukanya yang berasal dari Muslim Muin yang merupakan tim ahlinya.

Akan tetapi ketika bajir melanda Jakarta, Gubernur Anies Baswedan menunggu air laut surut supaya air yang menggenangi Jakarta bisa mengalir ke laut.

Inilah ambigunya atau esok tahu-sore tempe ucapan sang gubernur. Di satu sisi air hujan harus dimasukkan ke bumi, bukan dialirkan ke laut. Tapi ketika banjir, meminta bantuan laut supaya air laut surut dan bisa mengalirkan air ke laut.

Bahkan, Muslim Muin menimpakan tanggung jawab banjir ke menteri PUPR dan Pemerintah Pusat dengan cara membenahi hulunya dengan cara "menangkap" air hujan di Puncak. Karena banjir di Jakarta adalah karena banjir kiriman dari Puncak,Bogor.

Gaya bicara Muslim Muin dan Gubernur Anies Baswedan ini mempunyai kesamaan yaitu menangkap air hujan dan memasukkan air ke bumi. Jadi klop. Botol ketemu tutup.

Muslim Muin juga mengaku ia yang melarang gubernur Anies Baswedan melakukan "normaslisasi" karena dianggap tidak tepat. Dan Muslim Muin juga yang meminta pembangunan Tanggul Raksasa atau Giant Sea Wall dibatalkan.

Apa yang sudah dilakukan oleh Gubernur Anies Baswedan terkait penanganan banjir dengan konsep naturalisasi selama dua ahun menjabat? Tidak ada. Konsep normalisasi atau naturalisasi sama-sama butuh lahan yang luas dan harus membebaskan tanah di sekitar sungai. Tanpa itu omong kosong.

Konsep naturalisasi gubernur hanya membiarkan aliran sungai itu apa adanya tanpa dilebarkan atau dikeruk sungai yang sudah dangkal itu.

Intinya gubernur DKI tidak bertanggung jawab terkait banjir yang melanda ibu kota Jakarta, karena itu tanggung jawab pemerintah pusat dan menteri PUPR. Makanya yang bersangkutan menantang untuk debat.

Faktanya, terkait banjir di Jakarta, tanpa banjir kiriman dari Puncak dan hanya karena hujan lokal yang ada di Jakarta bisa menyebabkan banjir. Solusinya hanya dengan normalisasi supaya air bisa mengalir ke sungai dengan lancar.

Terkesan gubernur DKI Jakarta ingin menyalahkan banjir kiriman yang berasal dari Puncak. Seolah tanpa banjir kiriman Jakarta tidak akan banjir.

Bagiamana kalau misalnya Bogor itu negara lain dan Jakarta juga negara lain-artinya mau menyalahkan negara lain tanpa melakukan rekayasa dalam penanggulangan atau pengendalian banjir.

Pengendalian banjir di Jakarta perlu aksi nyata, bukan dengan kata-kata manis. Apalagi debat kusir.

***