Jangan Membenci Berlebihan

Jika nalar saya sudah hilang dari kepala saya, titik kesadisan sampai mana yang akan sanggup saya lakukan.

Minggu, 29 September 2019 | 21:44 WIB
0
331
Jangan Membenci Berlebihan
Ilustrasi kebencian (Foto: Kompas.com)

Kita boleh tidak menyukai (mengingkari) sesuatu/seseorang, karena berbagai alasan, apalagi alasan yang membawa manfaat.
Tapi jangan membenci.

Atau bolehlah membenci, tapi sekedarnya saja. Jangan sampai kebencian tersebut menguasai diri kita. Merubah pola pikir & perilaku kita.

Karena apa? Sama seperti mencinta, kebencian itu bisa menghilangkan nalar hingga ke titik minus.

Seseorang dalam keadaan normal, mungkin untuk membunuh tikus dan serangga yang mengganggu pun dia tidak tega (itu saya).
Namun dalam situasi lain... Saat marah, emosi, terhasut, terprovokasi, dalam kerumunan.. ketika ia memelihara kebencian dan situasi lain tersebut memancingnya keluar, ia tidak akan pernah tahu dan membayangkan apa yang akan mampu ia lakukan.

Semuanya akan berlangsung cepat, di luar kendali dan bahkan tidak sadar apa yang ia sedang lakukan. Seperti sebuah pembunuhan tanpa rencana.

Ia mungkin bisa saja sanggup membakar manusia hidup-hidup. Menusuk orang berkali-kali hingga mati lalu memutilasinya.
Melakukan penyiksaan yang sangat sadis di luar batas kemanusiaan dan semakin korban menjerit kesakitan justru ia menikmatinya.

Bukan, ia bukan seorang psikopat. Ia tidak memiliki gangguan mental sama sekali.

Itu hanya sebuah rasa kebencian yang meluap keluar karena dipicu oleh sesuatu. Setiap orang bisa mengalaminya, dalam situasi apapun.

Misalnya, anda membenci perempuan bercadar. Lalu pada siang yang cerah saat anda makan siang di sebuah foodcourt, tertangkap oleh massa perempuan bercadar kedapatab mencuri. Seketika itu juga kebencian anda meluap dan sanggup menelanjangi perempuan tersebut di depan umum.

Anda tidak kasihan sama sekali pada perempuan yang wajahnya menatap anda, mengiba meminta dibelaskasihani..

Nalar anda sudah hilang dan dikuasai kebencian.

Situasi semacam itu bisa terjadi pada siapa saja. Tidak perlu menjadi seorang psikopat atau bipolar.

Saya kadang juga suka membayangkan.. Jika nalar saya sudah hilang dari kepala saya, titik kesadisan sampai mana yang akan sanggup saya lakukan. Astaghfirullah.

Jangan membenci berlebihan.

***