India dan Pakistan

Minggu, 3 Maret 2019 | 05:50 WIB
0
558
India dan Pakistan
Ilustrasi India dan Pakistan (Foto: Sindonews.com)

Kalau Anda bertemu orang India dan Pakistan, dapatkah Anda membedakan mereka? Saya tidak. Itu sama saja seperti kita disuruh membedakan antara orang Jawa dengan orang Sunda, atau orang Batak dengan orang Minang. Mereka sebenarnya serumpun.

Secara lebih sepadan kita bisa bandingkan seperti Indonesia dan Malaysia. Apa yang membedakan kita dengan mereka? Nyaris tidak ada. Indonesia dan Malaysia terpisah jadi negara berbeda karena negara yang menjajahnya berbeda. Indonesia dijajah Belanda, sedang Malaysia dijajah Inggris. Ketika memerdekakan diri, masing-masing membangun identitas baru, sendiri-sendiri.

India dan Pakistan sama-sama dijajah Inggris. Para tokohnya dulu bahu-membahu berjuang bersama, untuk memerdekakan diri dari penjajahan Inggris. Mahatma Gandhi dan Muhammad Ali Jinnah dulu berjuang bersama. Tapi ketika hendak merdeka, Ali Jinnah mengatakan bahwa mereka tidak bisa bersama India. Mereka ingin negara sendiri, dengan Islam sebagai dasar negara.

Belakangan ternyata Islam pun tak cukup untuk menyatukan Pakistan. Negara ini pecah menjadi Pakistan dan Bangladesh. Keduanya sama-sama negara Islam.

Ketika hendak memproklamirkan kemerdekaan, kita menghadapi situasi yang punya kemiripan, walau tidak sama. Sebagian dari pejuang kemerdekaan dulu menginginkan negara Islam, sama seperti Ali Jinnah. Tapi sebagian yang lain menginginkan negara yang identitas utamanya bukan agama.

Sebagian yang lain, khususnya dari Indonesia bagian timur merasa tidak nyaman kalau Indonesia membawa identitas Islam. Mereka memilh untuk berpisah saja. Maka akhirnya dipilihlah Republik Indonesia, tanpa embel-embel Islam.

Kita memilih untuk bersatu, menyatukan perbedaan. India dan Pakistan memilih untuk berpisah. Kini keduanya berhadap-hadapan, siap untuk berperang. Sedangkan kita tetap bersatu dengan damai.

Tapi persatuan bukanlah sesuatu yang abadi. Ia tidak seperti lampu yang terus menyala setelah kita tekan sakelar untuk menyalakannya. Persatuan bisa rusak dan hilang seketika. Persatuan harus selalu kita rawat. Sudah terlalu banyak contoh terancamnya persatuan kita, sepanjang sejarah yang sudah kita lalui.

Bagaimana merawatnya? Sadarilah bahwa Indonesia ini adalah rumah milik bersama, tempat kita berbagi ruang hidup. Setiap orang yang hidup di sini diperlakukan sama, sebagai anak bangsa, sebagai warga negara. Itu syarat mutlak. Tanpa itu tidak akan ada persatuan.

Bayangkan, bagaimana mungkin seseorang mau tinggal dengan damai salam suatu rumah, kalau di dalam rumah itu hak-haknya dirampas. Kau tak akan mau, aku pun tak. Maka jangan rampas hak orang lain.

Tidak boleh ada satu individu maupun kelompok di masyarakat yang boleh merasa bahwa mereka lebih berhak dari yang lain, tak peduli berapa besar pun kelompok itu. Negeri ini tidak memberi keistimewaan apapun kepada mayoritas, baik mayoritas suku maupun agama. Sekali lagi, setiap orang sama kedudukannya.

Jadi tidak boleh ada suku mayoritas yang merasa punya hak lebih. Tidak pula boleh ada agama mayoritas yang merasa punya hak lebih atau dilebihkan. Tidak boleh ada minoritas yang dirampas haknya.

Setiap orang berhak hidup, bekerja mencari nafkah, mendapat pendidikan, mendapat perlindungan, dan beribadah menurut keyakinan mereka masing-masing. Kalau ada yang merampasnya, ia sedang merusak dan menghancurkan persatuan.

***