Vaksinasi Covid-19 tidak menyebabkan kasus hepatitis akut yang saat ini berkembang. Oleh sebab itu masyarakat diminta untuk mewaspadai hoax, karena vaksin Covid-19 yang ada di Indonesia saat ini aman dan halal digunakan.
Belakangan sempat terjadi sebuah kasus yang cukup menghebohkan yakni mengenai kemunculan hepatitis akut, terutama menjangkiti anak-anak. Sejauh ini sama sekali masih belum diketahui secara pasti mengenai penyebab dan asal-muasal terjadinya hepatitis akut tersebut.
Namun satu hal yang jelas, bahwa Prof. dr. Hanifah Oswari selaku Lead Scientist menyatakan sama sekali tidak ada kaitan antara kasus Hepatitis Akut dengan vaksinasi Covid-19.
Pernyataan tersebut dibuatnya lantaran ternyata beberapa diantara masyarakat menghubung-hubungkan seolah pemberian vaksinasi Covid-19 menjadi penyebab terjadinya Hepatitis Akut. Ditegaskan oleh Hanifah bahwa sama sekali tidak ditemukan bukti konkrit yang sesuai dengan dugaan tersebut.
Awal mula penyebaran berita hoax tersebut terjadi di media sosial, yang mana terdapat klaim bahwa vaksinasi COVID-19 merupakan penyebab pemicunya Hepatitis Akut yang menjangkiti ratusan anak di dunia.
Lebih tepatnya klaim tersebut menyatakan bahwa kandungan vektor adenovirus dalam beberapa vaksin, termasuk diantaranya merk Johnson & Johnson lah yang menjadi biang keladi masalah.
Sontak pihak ahli medis pun langsung memberikan bantahan akan berita hoax tersebut dan menyatakan bahwa adenovirus yang terdapat dalam kandungan vaksin ternyata sangatlah berbeda dengan apa yang ditemukan dalam kasus Hepatitis Akut.
Kemudian ditambahkan oleh dr Pail Offit selaku Direktur Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia bahwa terdapat perbedaan adenovirus yang terkandung dalam Hepatitis dengan yang disuntikkan dalam vaksin.
Dalam kasus hepatitis akut, ternyata mengandung adenovirus bertipe 41, sedangkan untuk adenovirus yang terdapat dalam kandungan vaksin Covid-19 seperti pada merk J&J adalah bertipe 26.
Selain itu ditambahkan olehnya bahwa ternyata adenovirus yang terdapat dalam vaksin sama sekali tidak mampu untuk memperbanyak diri dan menyebar di dalam tubuh manusia, sangat berbeda sifatnya dengan yang terdapat pada Hepatitis.
Fakta selanjutnya yang diungkapkan oleh dr. Mark Slifka selaku Profesor mikrobiologi dan imunologi di Oregon Health & Science University menunjukkan bahwa ternyata terdapat beberapa kasus hepatitis akut yang menjangkiti anak padahal sama sekali dirinya masih belum menerima vaksinasi Covid-19 sebelumnya. Oleh sebab itu, memang sama sekali tidak ada bukti yang mendukung klaim berita hoax itu.
Hal yang bisa diupayakan bersama adalah terus meningkatkan kewaspadaan, pencegahan dan juga pengendalian infeksi Hepatitis Akut itu. Pemerintah sendiri telah mengupayakan beberapa hal, termasuk diantaranya adalah dengan segera menerbitkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya.
Saat ini mmemang masih belum diketahui secara pasti etiologinya, maka memang masih diperlukan pemeriksaan secara lebih lanjut, untuk itu pihak Kemenkes juga telah menetapkan beberapa tempat seperti pada Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso dan Laboratorium Fakultas Kedokteran UI sebagai tempat pemeriksaan spesimen lebih lanjut. Selain itu pencegahan dan pengendalian infeksi juga terus dikerahkan dari penyediaan tenaga kesehatan dan juga fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Masyarakat diharapkan bijak dan tidak mudah mempercayai informasi yang beredar di media sosial. Selain itu, masyarakat juga diharapkan melakukan pengecekan silang terhadap sebuah informasi dengan merujuk kepada media-media mainstream. Dengan adanya kesadaran tersebut, maka beragam hoax tentang vaksinasi Covid-19 dapat diberantas.
***
Prita Mulyasari, Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews