Banyak fakta yang tidak bisa dipaparkan di sini karena sangat sensitif, tetapi penting diketahui publik.
Baru selesai membaca buku "New Capital of Indonesia: Abandoning Destitude Jakarta, Moving to Plundered Borneo" oleh Andre Vltchek dan Mira Lubis, terbitan 2020 dan berisi 133 halaman.
Sangat bagus untuk memberi pencerahan tentang rencana ibukota baru ini. Tentang fakta yang sengaja ditutup-tutupi dari publik, sehingga rencana pembangunan ibukota baru ini kelihatan yang bagus-bagus saja.
Saya baru juga tahu bahwa pembangunan ibu kota baru di zaman Soekarno sudah dimulai dan dalam proses pengerjaan. Lokasinya di kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Yang mengerjakan adalah pemerintah Uni Soviet (Rusia) dan dicanangkan oleh presiden Soekarno pada tahun 1957.
Yang memberi nama Palangka Raya juga Soekarno.
Pembangunan ibu kota baru itu berhenti total karena terjadi peristiwa G30S di tahun 1965. Semua insinyur Rusia diusir dan pekerja Dayak yang berafiliasi dengan Rusia banyak yang ditangkap dan dipenjara.
Hingga kini tetua-tetua di sana masih enggan dan takut membicarakan ibu kota RI yang mangkrak di tengah jalan, karena trauma berkepanjangan dicap PKI.
Ini tentu mengejutkan saya, karena selama ini dibangun wacana bahwa ibukota baru di Kalimantan itu cuma angan-angan presiden Soekarno, belum direalisir. Karena master plan memang untuk ibukota negara, Palangka Raya kini adalah kota yang terbesar secara geografis di Indonesia, meskipun penduduknya kini cuma 250.000 jiwa.
Penulis buku ini mengatakan bahwa pembangunan ibukota baru di Kalimantan di zaman Soekarno dan Jokowi sangat berbeda.
Di zaman Jokowi segala kepentingan oligarki dan konglomerasi raksasa berkelindan di sana. Berpuluh tahun bumi Kalimantan dijarah dan dirusak lingkungan alamnya untuk diambil kayunya, batubaranya, minyaknya dan dibabat hutannya untuk ditanami sawit.
Dan di lokasi rencana ibukota baru ini semua dikuasai oleh konglomerasi. Jadi, penjelasan bahwa wilayah IKN ini merupakan tanah kosong bertolak belakang dengan fakta.
Banyak fakta yang tidak bisa dipaparkan di sini karena sangat sensitif. Kalo Anda bisa mendapatkan versi ebook-nya silakan dibaca sendiri.
Mestinya kalo pemerintah fair dan transparan, buku semacam ini dibiarkan saja beredar. Supaya masyarakat mendapat insight yang jelas tentang seluk beluk ibukota yang baru ini.
***
Catatan Admin:
Penulis buku ini, Andre Vltchek yang meninggal di Istanbul, Turki, pmSelasa, 22 September 2020 Selain jurnalis, pembuat film dokumenter kelahiran Leningrad, Uni Soviet (kini Rusia), 57 tahun lalu itu meninggal di dalam minivan Mercedes yang ditumpanginya dari Kota Samsun di tepi Laut Hitam ke Istanbul. Ia tertidur di selama perjalanan yang sudah ditempuhnya sembilan jam dan tidak bangun lagi ketika kendaraannya tiba di sebuah hotel di Distrik Karakoy pada pukul 05.30. “Saya berusaha membangunkannya, tapi dia tak merespons,” ujar Rossie Indira, istri Vltchek sebagaimana dikutip Majalah Tempo. Kematian jurnalis ini di negara yang juga menjadi tempat terbunuhnya jurnalis Kashoggi menimbulkan kecurigaan adanya ketidakwajaran atas kematiannya, sebagaimana dilaporkan kantor berita di Turki.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews